Inilah 7 Pengalaman Masa Lalu yang Membuat Anda Terobsesi pada Citra Diri Sendiri dan Penampilan Fisik
Ilustrasi seseorang yang terobsesi pada citra diri sendiri dan penampilan fisik. (Sumber foto: freepik/ Frolopiaton Palm)
13:08
8 Mei 2024

Inilah 7 Pengalaman Masa Lalu yang Membuat Anda Terobsesi pada Citra Diri Sendiri dan Penampilan Fisik

 - Masa lalu seringkali menjadi fondasi bagi sikap dan kebiasaan yang Anda miliki sebagai orang dewasa.

Banyak dari Anda mungkin tidak menyadari bahwa pengalaman-pengalaman masa lalu tersebut dapat memiliki dampak yang kuat, terutama dalam hal bagaimana Anda memandang diri sendiri dan citra diri.

Tahukah Anda bahwa ternyata, serangkaian peristiwa masa lalu ini dapat membentuk obsesi yang berlebihan terhadap penampilan dan citra diri Anda di masa dewasa.

Dilansir dari Hack Spirit pada Rabu (8/5), terdapat 7 pengalaman masa lalu yang sering menjadi pemicu kecenderungan seseorang untuk terlalu memperhatikan citra diri dan penampilannya saat dewasa.

1. Sering dikritik saat kanak-kanak

Ketika seseorang mengalami kritik yang konstan selama masa kecilnya, hal itu dapat memengaruhi cara mereka melihat diri sendiri dan orang lain.

Kritik yang terus-menerus dapat membuat seseorang merasa takut untuk dinilai buruk oleh orang lain.

Sebagai tanggapannya, mereka cenderung terbiasa untuk terus memantau dan mengubah citra atau perilaku mereka agar sesuai dengan standar yang diyakininya.

Jika ketakutan ini tidak diatasi, ini bisa berkembang menjadi obsesi terhadap citra diri, di mana setiap kritik negatif dianggap sebagai ancaman terhadap harga diri mereka.

2. Mengalami penolakan

Ketika seseorang mengalami penolakan, hal itu dapat memengaruhi cara mereka melihat diri sendiri dan bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain.

Jika seseorang sering ditolak atau merasa tidak diterima oleh teman, kelompok sosial, atau bahkan keluarga, mereka akan merasa tidak berharga dan perlu terus membuktikan nilai mereka.

Untuk mengatasi perasaan-perasaan ini, seseorang bisa menjadi terlalu fokus pada citra diri mereka, dan menganggapnya sebagai cara untuk diterima oleh orang lain dan mencegah penolakan lebih lanjut.

3. Paparan terhadap standar kecantikan yang tidak realistis

Standar tersebut tidak hanya terkait dengan penampilan fisik, tetapi juga mencakup perilaku, pencapaian, dan gaya hidup.

Paparan yang terus-menerus terhadap standar ini bisa membuat seseorang merasa tidak mencukupi dan merasa tertekan untuk memenuhi standar tersebut.

Dalam upaya untuk merasa diterima atau cocok dengan standar yang ditampilkan oleh media seperti di media sosial, seseorang cenderung akan mulai terobsesi dengan citra mereka sendiri. Mereka merasa perlu untuk mencerminkan kesempurnaan yang mereka lihat dalam media.

4. Hanya mendapatkan pujian terkait penampilan

Ketika seseorang sering kali dipuji atau diberi penghargaan hanya karena penampilannya yang menarik, mereka bisa mulai mengaitkan nilai dan harga diri mereka dengan penampilan fisik mereka.

Hal ini terutama terjadi jika pujian terhadap penampilan mereka lebih banyak daripada pengakuan terhadap keterampilan, bakat, atau karakter mereka.

Akibatnya, mereka bisa terlalu fokus pada mempertahankan dan meningkatkan penampilan fisik mereka, bahkan mengorbankan aspek-aspek lain dari pertumbuhan pribadi dan peningkatan diri sendiri.

5. Mengalami pengalaman bullying

Para pelaku bullying biasanya menargetkan penampilan atau perilaku korban, yang menyebabkan korban merasa tidak aman terkait dengan penampilan mereka.

Korban bullying mulai percaya bahwa dengan mengubah atau meningkatkan penampilan mereka, mereka dapat melindungi diri dari lebih banyak perlakuan buruk.

Keyakinan ini kemudian bisa menjadi pemicu obsesi terhadap citra diri, di mana mereka terus-menerus memantau dan menyesuaikan penampilan mereka agar sesuai dengan standar sosial.

6. Kurangnya contoh teladan yang baik

Ketika seseorang tidak memiliki contoh teladan yang baik, hal itu dapat mempengaruhi obsesi mereka terhadap citra diri.

Sayangnya, pengaruh media dan teman sebaya seringkali mempromosikan standar kecantikan dan kesuksesan yang dangkal, sehingga membuat seseorang cenderung memprioritaskan penampilan mereka daripada aspek-aspek lain dari kepribadian mereka.

7. Hidup di lingkungan yang mementingkan penampilan

Jika seseorang hidup di lingkungan di mana penampilan fisik sangat dipentingkan, hal itu sangat memengaruhi kekhawatiran mereka terhadap citra diri.

Lingkungan tersebut bisa berupa keluarga yang sangat memperhatikan penampilan, sekolah di mana popularitas terkait erat dengan penampilan fisik, atau komunitas di mana kecantikan dianggap lebih penting daripada kualitas lainnya.

Hal ini bisa menyebabkan mereka terlalu memperhatikan penampilan dan selalu berusaha untuk memenuhi standar kecantikan yang ada.

Mereka selalu merasa perlu untuk menjaga dan meningkatkan citra diri mereka agar merasa dihargai dan diterima oleh orang lain.

Editor: Nicolaus Ade

Tag:  #inilah #pengalaman #masa #lalu #yang #membuat #anda #terobsesi #pada #citra #diri #sendiri #penampilan #fisik

KOMENTAR