Terapkan Gaya Hidup Slow Living: 5 Kebiasaan Ini Harus Ditinggalkan untuk Kehidupan yang Lebih Tenang dan Terhindar dari Stres
- Dalam dunia yang serba cepat saat ini, mudah untuk merasa bahwa hidup adalah perlombaan yang tiada akhir. Tenggat waktu, pemberitahuan, dan serangkaian perlombaan yang tiada akhir seringkali membuat setiap orang merasa kewalahan dan kehilangan keseimbangan diri.
Gaya hidup slow living adalah gaya hidup yang mendorong kita untuk mundur, menyederhanakan, dan menikmati momen-momen dalam hidup. Gaya hidup ini lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas, kesengajaan daripada ketergesa-gesaan, dan menciptakan ruang untuk hal yang paling penting.
Mengadopsi seni hidup lambat ini bukan berarti meninggalkan segalanya dan pindah ke kabin terpencil. Sebaliknya, ini tentang membuat perubahan kecil dan berarti yang memungkinkan kamu untuk merangkul ketenangan dan mengurangi stres.
Dilansir dari BlogHerald, inilah 5 kebiasaan yang harus ditinggalkan demi kehidupan yang lebih damai dan seimbang.
1. Multitasking secara mental
Hidup di jalur yang cepat seringkali berarti kita secara mental berada di tempat lain sementara secara fisik menjalani tugas sehari-hari. Kebiasaan pertama yang perlu dihilangkan adalah melakukan banyak tugas secara terus menerus.
Untuk itu maka hadirlah konsep perhatian penuh atau mindfulness. Kesadaran pada dasarnya berarti hadir di saat ini dan memfokuskan perhatian pada apa yang sedang dilakukan saat ini.
Ini seperti menikmati kopi di pagi hari, benar-benar mendengarkan cerita teman, atau merasakan tekstur rumput di bawah kaki. Dengan fokus pada pengalaman saat ini, kita dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
Hal ini juga akan membantu kita untuk dapat menghargai kesenangan hidup yang sederhana, yang seringkali kita abaikan saat bepergian. Percayalah pikiran kamu akan berterima kasih karena ini.
2. Terlalu berkomitmen
Saat ini terasa tidak berbahaya, tetapi seiring waktu, mengatakan "ya" terlalu sering dapat menyebabkan stres dan kelelahan. Ketika jadwal kalian penuh sesak, hanya ada sedikit waktu yang tersisa untuk beristirahat, merenung, atau melakukan hal-hal yang benar-benar membuatmu bahagia.
Setiap kali mengatakan "ya" pada sesuatu, secara tidak langsung kamu juga mengatakan "tidak" pada hal lainnya. Entah itu untuk ketenangan pikiran, waktu senggang, atau bahkan waktu yang berkualitas bersama orang-orang terkasih.
Komitmen yang berlebihan tidak hanya menyita waktu, tetapi juga energi. Dengan mencoba melakukan segalanya, kita jadi seringkali merasa kewalahan, tidak melakukan apapun dengan baik, dan membenci komitmen yang telah diambil.
Sebelum menyetujui sesuatu, tanyakan pada diri kamu: Apakah ini sesuai dengan prioritasmu? Apakah ini sesuatu yang benar-benar kamu lakukan? dan yang paling penting apa yang harus kamu korbankan agar mengatakan ya?
Belajar untuk menerima lebih sedikit komitmen memungkinkan kamu memberikan yang terbaik untuk apa yang benar-benar penting, membuat hidup jauh lebih tenang, lebih terarah, dan jauh lebih tidak menegangkan.
3. Perfeksionisme
Perfeksionisme mungkin terdengar mengagumkan di permukaan. Namun, kenyataannya, itu adalah salah satu hambatan terbesar menuju kehidupan yang lebih tenang dan bebas stres.
Hal ini karena perfeksionisme menetapkan standar yang sangat tinggi dan seringkali tidak dapat dicapai. Alih-alih merayakan kemajuan dan pencapaian, kamu malah terpaku pada apa yang salah dan apa yang bisa diperbaiki.
Perfeksionisme tidak dapat melindungi diri. Ia membuat kamu terperangkap dalam siklus kerja berlebihan dan ketidakpuasan, sehingga mencegah menikmati momen saat ini.
Untuk menjalani hidup yang lambat, penting untuk dapat melepaskan keinginan akan kesempurnaan dan sebaliknya berusaha mencapai cukup baik. Fokus pada kemajuan, bukan kesempurnaan. Berikan izin diri sendiri untuk membuat kesalahan dan belajar darinya.
4. Selalu perlu menjadi 'produktif'
Dengan aliran nasihat yang terus menerus untuk bekerja lebih keras, mengoptimalkan setiap detik, dan memanfaatkan setiap momen dengan sebaik-baiknya, banyak orang yang meyakini bahwa nilai mereka terkait langsung dengan seberapa banyak hal yang dapat mereka lakukan.
Hal ini seringkali mengakibatkan apa yang para ahli sebut sebagai produktivitas yang beracun, yaitu kebutuhan untuk selalu mencapai sesuatu, bahkan dengan mengorbankan istirahat, relaksasi, dan kegembiraan.
Itulah pola yang dapat memberitahumu bahwa waktu senggang adalah waktu yang terbuang sia-sia. Produktivitas memiliki tempatnya. Penting untuk berjuang mencapai tujuan dan menyelesaikan berbagai hal.
Namun, produktivitas tidak harus selalu ada dalam setiap aspek kehidupan. Dorongan untuk terus menerus menjadi produktif dapat menyebabkan kelelahan, hubungan yang tegang, dan hilangnya hubungan dengan hal yang benar-benar penting.
Hidup lambat yang sesungguhnya berarti memahami bahwa menjadi sama berharganya dengan melakukan. Ini tentang menemukan keseimbangan dan menikmati momen-momen hening sambil menikmati pengalaman tanpa merasa perlu mengubahnya menjadi tugas.
5. Terus mencari validasi
Kebiasaan mencari validasi dari orang lain adalah perilaku yang diam-diam dapat merusak kehidupan yang lebih tenang dan tidak terlalu menegangkan. Kita semua ingin dihargai, disukai, dan diakui, itulah sifat manusia.
Namun, ketika kita terus menerus mengharapkan persetujuan orang lain, kita menyerahkan kendali atas kebahagiaan dan harga diri. Kebutuhan untuk validasi ini dapat menyebabkan kita melampaui batas.
Akhirnya kita seringkali membuat keputusan berdasarkan apa yang kita pikir akan menyenangkan orang lain dan merasa stres ketika persetujuan tersebut tak kunjung datang. Padahal, tidak ada validasi eksternal yang menggantikan kedamaian yang datang dari dalam.
Ketika kamu melepaskan kebutuhan akan persetujuan, maka kamu membebaskan diri untuk membuat pilihan yang selaras dengan nilai dan prioritasmu. Nikmati kegembiraan hidup yang autentik dan sesuai dengan keinginanmu.
Tag: #terapkan #gaya #hidup #slow #living #kebiasaan #harus #ditinggalkan #untuk #kehidupan #yang #lebih #tenang #terhindar #dari #stres