Tak Pernah Nimbrung di Grup WA? Simak 5 Ciri Kepribadian 'Silent Reader' di Grup WhatsApp, Menurut Perspektif Psikologi
Ilustrasi kelompok orang yang aktif menggunakan grup WhatsApp. (Foto: Freepik/bangkokclickstudio)
20:07
24 November 2024

Tak Pernah Nimbrung di Grup WA? Simak 5 Ciri Kepribadian 'Silent Reader' di Grup WhatsApp, Menurut Perspektif Psikologi

– Apakah Anda sering menemukan anggota grup WhatsApp yang hanya membaca tanpa pernah memberikan komentar?

Mereka disebut sebagai silent reader, individu yang tetap berada di grup tetapi tidak pernah berpartisipasi dalam diskusi. Meski terlihat pasif, perilaku ini sebenarnya mencerminkan kepribadian tertentu yang menarik untuk dipelajari.

Menurut psikologi, perilaku ini bisa mencerminkan beberapa ciri kepribadian unik yang sering kali tidak disadari banyak orang. Fenomena silent reader ini bukan sekadar kebiasaan, melainkan memiliki dasar psikologis yang cukup kompleks.

Menurut para ahli, keputusan untuk tetap diam dalam grup sering kali didorong oleh kebutuhan emosional atau sosial tertentu. Apakah Anda penasaran untuk mengetahui lebih dalam akan fenomena ini? Simak artikel ini sampai akhir!

Apa Itu Silent Reader?

Silent reader adalah individu yang terlihat aktif secara pasif di grup WhatsApp. Mereka membaca setiap pesan, melihat foto atau video yang dikirim, bahkan menyimak diskusi mendalam, tetapi memilih untuk tidak memberikan respons apa pun.

Keberadaan mereka kerap ditandai oleh centang biru tanpa balasan. Namun, mengapa seseorang memilih untuk menjadi silent reader?

Dilansir dari Independent, Minggu (24/11), inilah lima ciri kepribadian yang sering ditemukan pada silent reader di grup WhatsApp menurut perspektif psikologi.

Ciri Kepribadian Silent Reader Menurut Psikologi

1. Kebutuhan Akan Rasa Aman

Menurut Dr. Sarah Buglass, seorang pakar psikologi sosial dan siber, beberapa orang menjadi silent reader karena keinginan untuk merasa terhubung tanpa harus terlibat langsung.

Grup WhatsApp memberikan rasa kebersamaan, tetapi pada saat yang sama, mereka merasa cemas untuk berpartisipasi secara aktif.

2. Takut Ketinggalan Informasi (Fear of Missing Out/FOMO)

Silent reader sering kali dipengaruhi oleh fear of missing out atau rasa takut tertinggal informasi penting. Mereka tetap berada di grup meskipun sudah tidak relevan dengan kehidupan mereka, hanya untuk memastikan mereka tidak melewatkan percakapan yang bisa berguna di masa depan.

3. Mereka Nyaman Melakukan Pengawasan Sosial

Bagi sebagian orang, menjadi silent reader adalah bentuk pengawasan sosial. Dengan tetap berada di grup, mereka bisa memantau dinamika kelompok tanpa perlu terlibat dalam konflik atau diskusi yang tidak diinginkan. Hal ini juga memberikan rasa kontrol terhadap lingkungan sosial mereka.

4. Cenderung Punya Kepribadian Introvert

Orang dengan kepribadian introvert cenderung lebih nyaman mengamati daripada berbicara. Mereka menikmati interaksi secara pasif karena merasa energi mereka terkuras jika harus terlibat dalam percakapan yang intens atau berkepanjangan.

5. Menghindari Konflik atau Stigma

Keluar dari grup WhatsApp bisa diartikan sebagai tanda ketidakpedulian atau bahkan sikap antipati terhadap anggota lain. Beberapa orang lebih memilih ‘diam’ di grup daripada meninggalkannya untuk menghindari potensi konflik atau kesalahpahaman.

Dampak Menjadi Silent Reader

Meski terlihat sepele, menjadi silent reader dapat memiliki dampak psikologis. Ketidakterlibatan aktif dapat memperburuk rasa isolasi sosial, terutama jika individu merasa bahwa mereka tidak bisa mengekspresikan diri.

Di sisi lain, jika dilakukan dalam takaran yang sehat, silent reading bisa menjadi mekanisme untuk menjaga hubungan tanpa tekanan berlebih.

Tips untuk Silent Reader Jika Ingin Berpartisipasi Lebih di Grup Whatsapp

1. Ikutlah Berkomunikasi Secara Bertahap

Mulailah dengan memberikan respons sederhana, seperti emoji atau komentar singkat. Ini membantu membangun rasa percaya diri.

2. Evaluasi Kebutuhan Anda

Tanyakan pada diri sendiri: Apakah grup ini masih relevan dengan kebutuhan sosial Anda? Jika tidak, mungkin lebih baik untuk keluar dengan sopan.

3. Kelola Ekspektasi

Tidak semua interaksi membutuhkan respons. Jangan terlalu membebani diri untuk selalu aktif.

Kesimpulannya, menjadi silent reader di grup WhatsApp bukanlah hal yang salah. Namun, memahami alasan di balik perilaku ini dapat membantu kita mengenali kebutuhan sosial dan emosional diri sendiri.

Jika Anda seorang silent reader, tidak ada salahnya untuk sesekali terlibat—hal kecil seperti itu bisa mempererat hubungan tanpa mengubah sifat asli Anda.

Dengan tetap mempertahankan keseimbangan, baik menjadi pengamat maupun partisipan, kita bisa menciptakan hubungan sosial yang sehat dan bermakna di era digital.

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #pernah #nimbrung #grup #simak #ciri #kepribadian #silent #reader #grup #whatsapp #menurut #perspektif #psikologi

KOMENTAR