



Seberapa Menjanjikan Green Jobs Bagi Zilenial, dan Bagaimana Tips Memulainya?
Gaji dan jabatan bukan lagi satu-satunya tujuan dalam berkarier bagi generasi Z dan milenial. Kelompok yang kerap disebut Zilenial ini mulai memprioritaskan nilai-nilai keberlanjutan, dampak sosial, dan keselarasan etika dalam memilih pekerjaan.
Survei global Deloitte tahun 2024 menunjukkan bahwa 86 persen Gen Z dan 89 persen milenial menilai pentingnya memiliki sense of purpose dalam bekerja.
Sebanyak 50 persen Gen Z dan 43 persen milenial bahkan mengaku pernah menolak proyek atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan nilai pribadi mereka, termasuk yang berkaitan dengan isu lingkungan dan inklusi.
Hasil serupa muncul dalam survei yang dilakukan oleh Suara Mahasiswa Universitas Indonesia (Suma UI) dan Yayasan Indonesia Cerah terhadap 715 mahasiswa.
Sebanyak 98 persen responden menyatakan bahwa green jobs, pekerjaan yang mendukung pelestarian lingkungan, dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
“Sebagian besar responden percaya bahwa green jobs adalah peluang karier yang menarik,” ujar Dian dari Yayasan Indonesia Cerah dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
Manajer Kebijakan dan Advokasi Koaksi Indonesia, Azis Kurniawan, menyebut bahwa green jobs berperan penting dalam pemulihan lingkungan, sesuai laporan International Renewable Energy Agency (IRENA) mengenai transisi energi.
Menurutnya, pembatasan suhu bumi hingga 1,5°C diperkirakan menciptakan dua juta green jobs pada 2030 dan meningkat menjadi 2,5 juta pada 2050.
Data dari International Labour Organization (ILO) tahun 2013 menunjukkan bahwa Indonesia telah memiliki sekitar 3,98 juta green jobs, dengan sektor pertanian menyumbang lebih dari 60 persen. Proyeksi Bappenas tahun 2021 juga memperkirakan tambahan 1,8 juta green jobs pada 2045 dalam skenario ekonomi hijau.
Azis juga mengungkapkan bahwa sektor energi terbarukan berpotensi menciptakan jauh lebih banyak lapangan kerja dibandingkan sektor energi fosil.
Dalam publikasi Koaksi Indonesia tahun 2021, disebutkan bahwa peningkatan kapasitas energi terbarukan sebesar 70 megawatt pada 2030 akan menciptakan sekitar 432 ribu lapangan kerja untuk tenaga teknik. Jumlah ini diproyeksikan meningkat menjadi 1,1 juta pada 2040 dan 1,12 juta pada 2050.

“Energi terbarukan menciptakan 8 sampai 10 kali lebih banyak tenaga kerja dibandingkan energi fosil dengan investasi yang sama,” kata Azis.
Sementara itu, Senior Project Development Manager Akuo Energy, Dallih Warviyan, menyoroti kesenjangan antara pertumbuhan kebutuhan tenaga kerja hijau dan ketersediaan keahlian hijau (green skills). Merujuk pada LinkedIn Global Green Skills Report 2022, ia menyebut bahwa antara 2016 hingga 2021, green jobs tumbuh 8 persen, sedangkan peningkatan green skills hanya 6 persen.
“Ini menjadi tantangan besar bagi industri untuk menemukan talenta yang sesuai,” ujar Dallih.
Dallih menambahkan bahwa saat pandemi, green jobs terbukti lebih tahan terhadap guncangan dibanding pekerjaan konvensional. Ia juga mengungkapkan bahwa pekerjaan dengan pertumbuhan tercepat saat ini di antaranya sustainability manager, wind turbine engineer, dan solar energy specialist.
Selain itu, kebutuhan green skills juga mulai muncul dari industri lama seperti fesyen. Menurut Dallih, industri fesyen yang telah lama berdiri kini terdorong untuk menjadi lebih berkelanjutan seiring dengan tuntutan pengurangan emisi dan limbah.
Tips Memulai Greens Jobs
Tidak memiliki gelar sarjana bukan berarti seseorang tidak dapat berkontribusi secara profesional dalam upaya pelestarian lingkungan. Dengan pendekatan yang tepat, individu dari berbagai latar belakang dapat meniti karier di sektor ramah lingkungan dan memberi dampak nyata bagi bumi.
Langkah pertama yang dapat diambil adalah mengenali minat pribadi serta nilai yang diyakini. Isu lingkungan yang paling menggugah kepedulian, seperti energi terbarukan, pengelolaan sampah, konservasi alam, atau pertanian berkelanjutan, dapat menjadi petunjuk awal dalam menentukan arah karier. Dengan memahami preferensi kerja, apakah lebih menyukai aktivitas di luar ruangan, bekerja dalam tim, atau fokus pada aspek teknis—seseorang dapat mengidentifikasi bidang kerja yang paling sesuai.
Setelah itu, penting untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan. Saat ini tersedia berbagai kursus daring gratis yang dapat diakses melalui platform seperti Coursera, edX, atau FutureLearn. Pelatihan-pelatihan tersebut mencakup topik-topik seperti praktik keberlanjutan, efisiensi energi, dan teknologi ramah lingkungan. Di beberapa negara, pemerintah juga menyediakan pelatihan teknis dan sertifikasi melalui program yang dapat diikuti oleh peserta tanpa gelar, termasuk pelatihan di sekolah kejuruan atau komunitas.
Selain bekal pengetahuan, membangun jaringan profesional merupakan kunci untuk membuka peluang kerja di bidang ini. Bergabung dalam organisasi lingkungan, mengikuti lokakarya atau konferensi, serta menjadi bagian dari komunitas digital dapat memperluas koneksi dan mempertemukan seseorang dengan mentor atau calon pemberi kerja. Dalam banyak kasus, peluang kerja atau kolaborasi muncul melalui interaksi informal di komunitas tersebut.
Pengalaman praktis juga memainkan peran penting. Seseorang dapat memulainya dengan menjadi sukarelawan di organisasi lingkungan, taman kota, atau kebun komunitas. Selain itu, banyak lembaga nirlaba dan perusahaan ramah lingkungan yang membuka peluang magang atau kerja paruh waktu bagi mereka yang menunjukkan ketertarikan dan inisiatif tinggi. Dalam jangka panjang, pengalaman langsung ini akan menjadi nilai tambah yang signifikan, terlebih jika seseorang ingin melanjutkan ke posisi yang lebih profesional.
Tag: #seberapa #menjanjikan #green #jobs #bagi #zilenial #bagaimana #tips #memulainya