Pelaku Kasus Bullying di Binus School Merasa Berkuasa Sebab Orang Tua Ternama? Psikolog Ungkap Faktanya
Salah satu gerbang masuk Binus School, Serpong, Tangerang Selatan. [Suara.com/Rena Pangesti]
19:40
20 Februari 2024

Pelaku Kasus Bullying di Binus School Merasa Berkuasa Sebab Orang Tua Ternama? Psikolog Ungkap Faktanya

Kasus perundungan alias bullying yang terjadi di Binus School Serpong hingga kini masih menjadi sorotan. Pasalnya, kasus bullying ini melibatkan nama anak artis Vincent Rompies. Hal tersebut membuat banyak warganet terkejut. Pasalnya, warganet tidak menyangka kalau anak Vincent Rompies melakukan tindakan bullying kepada juniornya.

Namun, rupanya bukan hanya anak Vincent Rompies yang merupakan putra sosok ternama. Pasalnya, dari beberapa pelaku yang melakukan bullying tersebut juga ada anak anggota DPR RI dan mantan penyiar berita sekaligus pemimpin redaksi salah satu stasiun televisi, Arief Suditomo hingga dokter spesialis urologi, dr. Edwin Tobing.

Salah satu gerbang masuk Binus School, Serpong, Tangerang Selatan. [Suara.com/Rena Pangesti]Salah satu gerbang masuk Binus School, Serpong, Tangerang Selatan. [Suara.com/Rena Pangesti]

Hal itu lantas menjadi sorotan warganet. Pasalnya, menurut warganet para pelaku merupakan anak dari sosok ternama. Hal itu yang menjadi alasan para pelaku berani melakukan bullying atau kekerasan kepada korban.

"Mentang-mentang anak pejabat , anak artis , anak yang punya stasiun tv lah ,, yg namanya bullying tetep aja harus dapet hukuman setimpal minimal korban mukul balik lah sesuai yang mereka lakuin ke korban wkwkwk ,, tolol kata gw kalo damai," tulis akun @kepo***.

“Gara-gara anak orang ternama jadi merasa besar bertindak semaunya, kurang ajar,” cuit akun @bw******.

Lantas mengapa pada beberapa kasus anak sosok ternama menjadi pelaku kekerasan? Melihat fenomena tersebut, Psikolog Klinis & Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, M.Psi. menjelaskan, pada dasarnya kedudukan tinggi tidak selalu mendorong seseorang melakukan kekerasan terhadap seseorang.

Namun, adanya pandangan tersebut justru yang sebenarnya bisa menjadi pemicu seseorang bersikap dan berperilaku atas status yang dimilikinya.

“Kedudukan yang lebih tinggi tidak serta merta mendorong seseorang untuk melakukan hal semena-mena termasuk kekerasan. [ersepsi dan nilai daripada kedudukan yang lebih tinggi inilah yang mempengaruhi bagaimana seseorang kemudian bersikap dan berperilaku atas status tersebut,” ungkap Veronica saat dihubungi Suara.com, Selasa (20/2/2024).

Pasalnya, kedudukan lebih tinggi sesungguhnya adalah tanggung jawab yang lebih besar. Mereka yang memiliki kedudukan tinggi itu memiliki tanggung jawab moral yang harus diembannya dalam menjalankan tugas dan perannya secara baik dan benar. Hal ini karena setiap perbuatannya memberikan dampak pengaruh terhadap orang banyak ataupun masyarakat.

Sementara dalam kasus bullying di Binus School Serpong juga bisa terjadi karena penyalahgunaan senioritas. Banyak yang menyalah artikan dirinya sebagai senior sehingga memiliki kuasa lebih tinggi dibandingkan juniornya.

Akibatnya, hal ini membuat seseorang berlaku semena-mena. Bahkan, lebih parahnya, mereka tidak memperdulikan hak asasi manusia dan kebebasan orangg lain.

“Senioritas dapat menjadi masalah ketika keadaan lebih tinggi tersebut disalahartikan dan disalahgunakan sebagai memiliki kuasa yang lebih tinggi atas orang lain. Mereka merasa boleh sewenang-wenang untuk melakukan atau meminta apapun yang dikehendaki tanpa memperdulikan hak asasi manusia dan kehendak bebas orang lain,” jelas Veronica.

Oleh sebab itu, pelaku kekerasan dapat didorong karena merasa kedudukannya tinggi memang bisa, jika menyalahgunakan posisinya. Namun, faktornya tidak hanya itu. Kekerasan ini bisa didorong karena faktor lain mulai dari pengasuhan, pertemanan, lingkungan, interaksi, dan lain sebagainya.

Editor: M. Reza Sulaiman

Tag:  #pelaku #kasus #bullying #binus #school #merasa #berkuasa #sebab #orang #ternama #psikolog #ungkap #faktanya

KOMENTAR