Sekilas Mirip, Ketahui Perbedaan Hubungan Toxic dan Abusive Menurut Psikolog
- Hubungan yang tidak sehat kerap diberi label toxic, padahal dalam beberapa kasus, dinamika yang terjadi sudah masuk kategori abusive.
Kesalahan menyamakan hubungan toxic dan abusive bisa berakibat serius, karena berisiko meremehkan tingkat bahaya yang dialami seseorang.
Meskipun semua hubungan abusive bersifat toxic, tapi tidak semua hubungan toxic bisa disebut abusive. Memahami perbedaannya menjadi langkah awal untuk melindungi kesehatan mental dan keselamatan diri.
Berikut penjelasan mendalam mengenai perbedaan hubungan toxic dan abusive, berdasarkan pandangan para pakar psikologi dan relasi.
Perbedaan hubungan toxic dan abusive
1. Hubungan toxic ditandai pola negatif, abusive mengandung kontrol
Dalam hubungan toxic, masalah biasanya muncul dari pola komunikasi yang buruk, emosi yang tidak terkelola, atau kurangnya keterampilan relasi. Kedua pihak bisa sama-sama berkontribusi terhadap dinamika toxic tersebut.
Psikoterapis Kaytee Gillis, LCSW menjelaskan, hubungan toxic dicirikan oleh pola perilaku negatif yang merusak kesejahteraan emosional, namun belum tentu melibatkan niat untuk menyakiti.
“Hubungan toxic sering kali melibatkan manipulasi, pelanggaran batas, dan komunikasi yang melemahkan, tetapi belum tentu berbasis kekuasaan,” jelas Gillis, dilansir dari Psychology Today, Sabtu (20/12/2025).
Sebaliknya, hubungan abusive selalu melibatkan ketimpangan kuasa. Satu pihak secara sadar berusaha mengendalikan, mendominasi, atau menyakiti pasangannya, baik secara emosional, psikologis, maupun fisik.
2. Toxic bisa terjadi dua arah, abusive hanya satu arah
Terapis dan intimacy coach Lori Beth Bisbey mengatakan, hubungan toxic bisa bersifat dua arah. Kedua pihak sama-sama terjebak dalam perilaku yang saling memicu konflik dan luka emosional.
“Hubungan toxic bisa melibatkan dua orang yang sama-sama tidak memiliki keterampilan untuk saling mendukung, sehingga memunculkan sisi terburuk satu sama lain,” jelasnya disadur dari Bussines Insider.
Namun, dalam hubungan abusive, hanya ada satu pelaku dan satu korban. Perilaku abusive tidak bersifat timbal balik, karena didorong oleh keinginan untuk mengambil alih kendali.
“Abuse adalah bentuk bahaya yang disengaja dan berakar pada kekuasaan,” tegas Bisbey.
3. Niat menjadi pembeda utama
Niat merupakan perbedaan krusial antara hubungan toxic dan abusive. Dalam hubungan toxic, seseorang bisa melukai pasangannya tanpa sadar, misalnya karena trauma masa lalu atau ketidakmampuan mengelola emosi.
Sebaliknya, dalam hubungan abusive, tindakan menyakitkan dilakukan dengan kesadaran penuh.
“Toxicity berasal dari kurangnya kontrol diri, sedangkan abuse berasal dari upaya satu pihak untuk mengambil kontrol atas orang lain,” ungkap Pendidik seksualitas Galia Godel.
Dengan kata lain, abusive bukan sekadar konflik emosional, melainkan strategi sistematis untuk mendominasi pasangan.
4. Pola perilaku
Hubungan toxic masih memiliki peluang untuk membaik jika kedua pihak menyadari masalah dan mau berubah. Pola toxic bisa bersifat situasional dan tidak selalu konsisten.
Namun, hubungan abusive ditandai oleh pola yang berulang dan sering kali semakin parah. Gillis menjelaskan, hubungan abusive menunjukkan pola kontrol yang konsisten dan progresif.
“Abusive relationships memperlihatkan pola kekuasaan dan kontrol yang terus berulang, bukan kejadian satu kali,” ujar Gillis.
5. Dampak yang ditimbulkan berbeda
Baik hubungan toxic maupun abusive sama-sama berbahaya bagi kesehatan mental. Namun, tingkat kerusakan pada hubungan abusive jauh lebih serius.
Kekerasan emosional dan psikologis dalam hubungan abusive dapat berdampak jangka panjang, terutama pada anak-anak dan individu yang rentan.
Gillis menekankan, luka emosional dari hubungan abusive bisa memengaruhi struktur psikologis seseorang dalam jangka panjang.
Sementara itu, hubungan toxic biasanya menyebabkan stres kronis, kelelahan emosional, dan penurunan kepercayaan diri, tetapi belum tentu mengancam keselamatan fisik.
6. Hubungan toxic bisa berkembang menjadi abusive
Salah satu alasan penting memahami perbedaan toxic dan abusive adalah karena hubungan toxic berpotensi berkembang menjadi abusive jika dibiarkan.
Gillis menjelaskan, perilaku toxic seperti kritik berlebihan atau kecemburuan ekstrem bisa meningkat menjadi bentuk abusive seperti isolasi sosial atau ancaman emosional.
“Apa yang dimulai sebagai perilaku toxic dapat berkembang menjadi kontrol koersif jika tidak diakui dan dihentikan,” ucap Gillis.
Pentingnya membedakan toxic dan abusive
Tidak semua konflik atau perbedaan pendapat harus langsung diberi label toxic atau abusive. Perselisihan adalah bagian normal dari hubungan sehat.
Masalah muncul ketika konflik berubah menjadi pola toxic yang menetap, atau ketika salah satu pihak menggunakan konflik sebagai alat abusive untuk merendahkan dan menguasai.
Dengan memahami perbedaan ini, seseorang dapat lebih objektif menilai hubungannya dan mengambil langkah yang tepat, baik itu memperbaiki dinamika toxic atau mencari bantuan dan perlindungan dari hubungan abusive.
Ketika hubungan sudah menunjukkan tanda abusive, mencari bantuan profesional dan dukungan menjadi langkah yang sangat penting.
Tag: #sekilas #mirip #ketahui #perbedaan #hubungan #toxic #abusive #menurut #psikolog