Orang yang Memutuskan Pertemanan karena Perbedaan Pandangan Politik, Biasanya Menunjukkan 9 Perilaku Ini Tanpa Disadari
- Sedekat apapun hubungan kita dengan orang lain, tak dipungkiri bahwa adanya perbedaan pandangan. Baik dari segi kepercayaan, gaya hidup, atau bahkan politik.
Menjelang pemilihan Presiden atau Kepala Daerah, biasanya masyarakat akan lebih terbuka terhadap politik karena harus memilih pemimpin yang tepat. Sehingga hal tersebut memicu pergesekan atau perdebatan dengan orang lain, termasuk teman sendiri.
Dalam hal ini, kita akan selalu kuat untuk menonjolkan kelebihan pihak yang dipilih, sementara teman sendiri juga melakukan hal sama. Sehingga obrolan pun kian memanas dan bahkan ada yang memutuskan pertemanannya karena hal tersebut.
Melansir dari laman Ge Editing pada (16/10) orang yang memutuskan pertemanan karena perbedaan pandangan politik, biasanya menunjukkn 9 perilaku ini tanpa disadari :
1. Sering Terlibat dalam Ruang Gema
Politik dapat menjadi topik yang menimbulkan polarisasi, seringkali menimbulkan perdebatan dan perbedaan pendapat dengan sengit. Orang-orang yang putus pertemanan karena perbedaan politik biasanya mempunyai perilaku yang sama.
Sederhananya, ruang gema adalah lingkungan disaat seseorang hanya menemukan informasi atau pendapat yang mencerminkan dan memperkuat pendapatnya sendiri. Media sosial memainkan peran penting dalam menciptakan ruang gema ini, dan tanpa disadari, kita bisa dengan mudah jatuh ke dalam perangkap ini.
Senang rasanya dikelilingi oleh orang-orang yang berpikiran sama dan memiliki pandangan sama. Lalu ketika kamu terus-menerus diberi informasi yang sejalan dengan perspektifmu, akan sulit untuk berempati dengan pandangan yang berbeda.
2. Takut Menghadapi Biasnya Sendiri
Orang yang cenderung putus asa karena perbedaan politik sering kali takut menghadapi biasnya sendiri. Kita semua memiliki bias masing-masing, dan mereka membentuk pandangan dunia, mempengaruhi keputusan, dan bahkan mempengaruhi pandangan politik kita.
Namun tidak nyaman untuk mengakui bias-bias ini, apalagi menantang mereka. Padahal kita sendiri bukan terancam oleh pandangan politik tapi takut terhadap perspektif tentang bias itu sendiri.
3. Berjuang dengan Disonansi Kognitif
Disonansi kognitif mengacu pada ketidaknyamanan mental yang kita alami ketika menganut dua atau lebih keyakinan, nilai, atau sikap yang bertentangan. Fenomena psikologis ini pertama kali dikemukakan oleh Leon Festinger dalam bukunya tahun 1957, “A Theory of Cognitive Dissonance”.
Ketika teman mempunyai pandangan politik yang berbeda, hal itu dapat menimbulkan rasa disonansi kognitif. Kita menyukai teman-teman dan menghargai pendapat mereka, tapi ketika pandangan politik itu bertentangan dengan kita, hal itu akan menimbulkan konflik.
Untuk mengurangi ketidaknyamanan ini dan mengembalikan keseimbangan, beberapa orang mungkin terpaksa meninggalkan teman yang menyebabkan disonansi tersebut.
4. Menghargai Keseragaman Dibanding Keberagaman
Keberagaman adalah bumbu kehidupan, yang memberi kita perspektif berbeda dan memperluas pemahaman tentang dunia. Tapi bagi sebagian orang, keseragaman terlihat lebih menarik.
Orang yang putus pertemanan karena perbedaan politik seringkali lebih menghargai keseragaman dibandingkan keberagaman. Mereka lebih memilih kenyamanan dalam homogenitas, disaat semua orang mempunyai pemikiran yang sama dan tidak ada pandangan yang menantang.
Preferensi terhadap keseragaman ini dapat terwujud dalam banyak cara, mulai dari memilih teman dengan memiliki minat hingga pandangan politik yang sama.
Namun, dengan lebih menghargai keseragaman dibandingkan keberagaman, orang-orang ini mungkin secara tidak sengaja membatasi pertumbuhan pribadi mereka dan kehilangan wawasan berharga yang dapat ditawarkan oleh berbagai perspektif.
5. Memprioritaskan Politik daripada Hubungan
Bukan rahasia lagi bahwa pandangan politik dapat membentuk identitas kita. Mereka mencerminkan nilai-nilai, keyakinan, dan prinsip-prinsip hidup. Bagi sebagian orang, pandangan ini sangat penting sehingga lebih diutamakan daripada hubungan.
Mereka melihat sikap politik sebagai aspek identitas yang tidak bisa dinegosiasikan, serta sesuatu yang tidak bisa mereka kompromikan. Pola pikir ini dapat menimbulkan konsekuensi yaitu kehilangan teman-teman karena perbedaan pandangan politik.
Pertemanan yang dibangun atas dasar rasa saling menghormati, pengertian, dan berbagi pengalaman, harus lebih penting dibandingkan perbedaan keyakinan politik.
6. Kurang Berempati
Inti dari persahabatan yang kuat terletak pada empati atau kemampuan untuk memahami dan berbagi perasaan orang lain. Sayangnya jika menyangkut politik, empati bisa menjadi hal pertama yang dihilangkan.
Mereka yang memutuskan hubungan dengan temannya karena perbedaan politik sering kali kesulitan berempati terhadap sudut pandang yang berbeda. Sehingga sangat mudah untuk menyebut perbedaan keyakinan politik seorang teman sebagai salah atau sesat.
Dengan tidak melatih empati, orang-orang ini berisiko kehilangan tidak hanya teman, tapu juga kesempatan untuk belajar dan berkembang dari sudut pandang yang berbeda.
7. Mengalami Krisis Identitas
Orang-orang yang memutuskan pertemanan karena perbedaan politik seringkali mengalami krisis identitas serupa, jika pandangan politik seorang teman bertentangan dengan pandangan kita, hal itu dapat menggoyahkan landasan keyakinan.
Konflik internal ini dapat menimbulkan perasaan ketidakpastian dan kebingungan tentang jati diri sendiri. Dalam kasus seperti ini, jalan keluar termudah mungkin adalah dengan menjauhkan diri dari orang yang menyebabkan kekacauan ini.
8. Kurang Terampil dalam Komunikasi
Komunikasi adalah aspek mendasar dari hubungan apapun. Orang yang putus teman karena perbedaan politik seringkali kesulitan berkomunikasi secara efektif.
Mereka mungkin merasa sulit untuk mengartikulasikan sudut pandangNYA tanpa menggunakan argumentasi atau perdebatan sengit. Demikian pula, mereka juga kesulitan mendengarkan pandangan temannya tanpa bersikap defensif.
Kurangnya komunikasi yang efektif dapat menimbulkan perpecahan di antara teman-teman, menyebabkan kesalahpahaman dan akhirnya putus pertemanan.
9. Kehilangan Pertumbuhan Pribadi
Penting untuk menyadari bahwa kehilangan teman karena perbedaan politik dapat menyebabkan hilangnya peluang untuk mengembangkan diri. Ketika kita terlibat dengan perspektif yang berbeda, hal itu akan membuka pikiran, menantang keyakinan, dan pada akhirnya dapat membantu kita bertumbuh.
Pertemanan yang hilang karena pandangan politik adalah sebuah perspektif belum dijelajahi, percakapan belum selesai, dan peluang untuk berkembang yang belum dimanfaatkan.
Mengutip dari laman Kabupaten Sukoharjo, selain bisa memutuskan pertemanan, perbedaan sudut pandang politik ini juga bisa mengakibatkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, serta terhambatnya pembangunan dalam suatu negara.
Maka dari itu, kita semua jangan terlalu fokus menyuarakan salah satu pihak hanya untuk menyamakan satu perspektif, melainkan fokus pada perubahan dan dedikasikan diri sendiri dalam hal positif untuk negara.
Tag: #orang #yang #memutuskan #pertemanan #karena #perbedaan #pandangan #politik #biasanya #menunjukkan #perilaku #tanpa #disadari