Saran Dokter agar Perempuan PCOS Menjalani Kehamilan Lebih Aman
Perempuan dengan sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovary syndrome (PCOS) kerap dibayangi kekhawatiran akan risiko komplikasi saat hamil.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dr. Niken Pudji Pangastuti, SpOG KFER, menegaskan bahwa PCOS bukanlah kondisi yang tidak bisa diubah.
“PCOS ini memang bukan suatu kondisi yang menetap, bukan suatu kondisi yang dinasibkan. Jadi bisa dikelola gejalanya,” tutur dr. Niken dalam acara Comprehensive Obgyn Service at Brawijaya Hospital Antasari, di Jakarta Selatan, Sabtu (13/12/2025).
Dengan pengelolaan yang tepat sejak sebelum kehamilan, perempuan PCOS tetap memiliki peluang menjalani kehamilan yang sehat dan relatif lancar.
Kelola PCOS sejak sebelum hamil
Menurut dr. Niken, langkah penting bagi perempuan dengan PCOS adalah memulai pengelolaan kondisi sebelum merencanakan kehamilan.
Fokus utama berada pada perbaikan gaya hidup yang berpengaruh langsung terhadap keseimbangan hormon dan ovulasi.
“Sebelum hamil harus mengatur pola makan, olahraga, diet. Begitu mencapai diberat badan yang ideal, ovulasi terjadi dengan sendirinya,” jelas dokter yang berpraktik di Brawijaya Hospital Antasari ini.
Berat badan yang lebih ideal membantu memperbaiki sensitivitas insulin dan keseimbangan hormon, yang sering kali terganggu pada perempuan dengan PCOS.
Dengan demikian, proses ovulasi dapat kembali terjadi secara lebih teratur tanpa harus selalu bergantung pada obat-obatan.
Ilustrasi olahraga.
Kualitas sel telur ikut membaik
Perubahan gaya hidup tidak hanya membantu memicu ovulasi, tetapi juga berpengaruh pada kualitas sel telur.
Dr. Niken menjelaskan, ketika kondisi tubuh membaik, sel telur tidak lagi mengalami hambatan dalam proses pematangannya.
“Sel telurnya jadi bagus lagi, tidak stuck lagi perkembangannya, dan akhirnya selama proses kehamilan pun relatif lebih lancar, lebih sesuai dengan yang diharapkan,” ujarnya.
Kualitas sel telur yang lebih baik akan berdampak pada kualitas embrio dan kemampuan tubuh mempertahankan kehamilan.
Hal ini menjadi salah satu kunci untuk menekan risiko keguguran dan komplikasi lainnya pada ibu PCOS.
Dengan ovulasi yang lebih teratur dan kualitas sel telur yang membaik, kehamilan berpotensi berjalan lebih stabil. Namun, ia mengingatkan, setiap pasien memiliki kondisi yang berbeda. Maka dari itu, pengelolaan PCOS perlu dilakukan secara individual dan berada di bawah pengawasan tenaga medis.
Tantangan setelah melahirkan, termasuk menyusui
Risiko dan tantangan pada ibu PCOS tidak berhenti setelah proses persalinan. Salah satu hal yang kerap ditemui adalah kendala dalam produksi ASI pada masa awal menyusui.
“Tapi beberapa orang ada kendala saat menyusui, ASI-nya belum keluar padahal usia bayinya sudah beberapa hari. Ada kemungkinan bayi kuning karena tidak diberikan ASI,” jelas dr. Niken.
Kondisi ini bisa membuat ibu dan bayi membutuhkan perhatian lebih, terutama pada hari-hari pertama setelah kelahiran.
Oleh karenanya, kesiapan menghadapi masa menyusui juga perlu menjadi bagian dari perencanaan kehamilan pada perempuan PCOS.
Pentingnya pengawasan dokter selama kehamilan dan pascapersalinan
Lebih lanjut, dr. Niken menegaskan, pengawasan dokter sangat penting, baik selama kehamilan maupun setelah melahirkan. Pendampingan medis membantu memastikan bahwa setiap masalah yang muncul dapat ditangani sejak dini.
“Jadi pengawasan dari dokter sangat diperlukan untuk memberikan pertolongan pertama yang bisa membantu ibu dan anak melalui proses tersebut,” ujarnya.
Pengawasan ini mencakup pemantauan kondisi hormon, kesehatan ibu, tumbuh kembang janin, hingga dukungan pada masa menyusui.
Tag: #saran #dokter #agar #perempuan #pcos #menjalani #kehamilan #lebih #aman