Peran Suami dan Keluarga dalam Menghadapi Mom Guilt Menurut Psikolog
Saat stres, Anda harus memilah makanan agar tidak memicu depresi.(SHUTTERSTOCK/FIZKES)
11:40
15 Desember 2025

Peran Suami dan Keluarga dalam Menghadapi Mom Guilt Menurut Psikolog

– Rasa bersalah kerap menjadi emosi yang paling sering dirasakan ibu dalam proses pengasuhan anak. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah mom guilt.

Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga Farraas Afiefah Muhdiar menegaskan, langkah pertama yang dibutuhkan ibu saat dilanda rasa bersalah adalah ketenangan dan validasi dari lingkungan terdekat.

“Pastinya keluarga atau lingkungan sekitar bisa membantu menenangkan, memvalidasi dulu bahwa apa yang ibu rasakan itu wajar,” jelas Farraas saat diwawancarai Kompas.com di Jakarta Selatan, (10/12/2025).

Validasi ini menjadi dasar penting agar ibu tidak merasa sendirian atau merasa emosinya berlebihan.

Validasi emosi lebih penting daripada langsung memberi solusi

Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga Farraas Afiefah Muhdiar saat diwawancarai Kompas.com di Jakarta Selatan, (10/12/2025).KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga Farraas Afiefah Muhdiar saat diwawancarai Kompas.com di Jakarta Selatan, (10/12/2025).

Rasa bersalah bisa muncul ketika anak mengalami masalah kesehatan, tumbuh kembang yang dianggap tidak sesuai, atau ketika ibu merasa tidak cukup hadir karena berbagai keterbatasan. 

Dalam kondisi seperti ini, dukungan dari suami dan keluarga memegang peran penting untuk menjaga kesehatan mental ibu agar tetap stabil.

Farraas mengimbau untuk tidak memberi respons yang terlalu cepat menawarkan solusi, tanpa memahami perasaan ibu, justru bisa memperparah rasa bersalah. 

Dalam praktiknya, banyak suami yang bermaksud menenangkan, tetapi cara penyampaiannya justru membuat ibu merasa tidak dipahami.

“Semisal anak ada masalah berat badan, terus misalnya ibunya nih khawatir banget, lalu ayahnya cuma bilang ‘Sudah enggak usah dipikirin’. Hal ini justru bikin ibu semakin kepikiran,” ujar Farraas.

Ucapan seperti ini bisa membuat ibu merasa kekhawatirannya dianggap sepele, padahal kecemasan tersebut muncul dari kepedulian yang mendalam terhadap anak.

“Sebaiknya divalidasi dulu bahwa wajar kalau ibu sangat mencemaskan perkembangan anak. Ayah juga bisa bantu mengapresiasi usaha-usaha yang sudah dilakukan selama ini atau yang bisa diupayakan,” lanjutnya.

Mengapresiasi usaha ibu dalam pengasuhan

Menurut Farraas, banyak ibu terjebak pada hasil akhir dan melupakan usaha yang sudah mereka lakukan setiap hari. 

Padahal, pengasuhan adalah proses panjang yang penuh dinamika dan tidak selalu menghasilkan hasil instan.

Apresiasi dari suami dan keluarga membantu ibu melihat bahwa apa yang ia lakukan memiliki nilai. 

Pengakuan sederhana terhadap kerja keras ibu bisa menjadi penguat emosional yang signifikan, terutama ketika ibu sedang dilanda rasa bersalah.

Membantu ibu membedakan hal yang bisa dan tidak bisa dikendalikan

Lebih lanjut, ia juga menekankan pentingnya dukungan keluarga dalam membantu ibu memahami batas kendali dalam pengasuhan.

“Jadi ada part yang kita bisa upayakan dan kontrol, tapi ada part yang enggak bisa diapa-apain, selain dipasrahkan dan didoakan saja,” jelasnya.

Pola Asuh Lebih Efektif saat Pasangan Tinggal Mandiri, Ini Alasannyafreepik Pola Asuh Lebih Efektif saat Pasangan Tinggal Mandiri, Ini Alasannya
Ketika ibu terus menyalahkan diri atas hal-hal di luar kendali, rasa bersalah bisa menumpuk dan berujung pada kelelahan emosional. 

Di sinilah peran keluarga diperlukan untuk membantu ibu melepaskan beban yang tidak semestinya ia tanggung sendiri.

Rasa bersalah berlebihan bisa mengganggu pengasuhan

Farraas mengingatkan, rasa bersalah yang muncul dari terlalu banyak faktor di luar kendali justru dapat berdampak negatif pada pengasuhan itu sendiri.

“Sebab, ketika perasaan bersalahnya muncul dari terlalu banyak hal yang enggak kepegang, akhirnya enggak keurus anaknya,” ujarnya.

Ibu bisa menjadi terlalu sibuk dengan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, hingga kehilangan fokus untuk hadir secara utuh bersama anak.

Dukungan nyata lebih dibutuhkan daripada sekadar kata-kata

Selain dukungan emosional, Farraas menegaskan, ibu sangat membutuhkan bantuan konkret dalam keseharian. 

Dukungan tidak cukup hanya berupa kata-kata penguatan, tetapi juga tindakan nyata yang meringankan beban.

“Berarti yang dibutuhkan bukan cuma bantuan secara perkataan tapi memang bantuan langsung, seperti apa yang suami atau keluarga bisa bantu untuk meringankan bebannya,” imbau Farraas.

Bantuan ini bisa berupa keterlibatan dalam pekerjaan rumah, pengasuhan anak, atau memberi ruang bagi ibu untuk beristirahat.

Cara menawarkan bantuan yang lebih empatik

Farraas mencontohkan pendekatan sederhana yang bisa dilakukan suami atau anggota keluarga.

“Misalnya bilang, ‘Aku tahu kamu harus ngerjain banyak pekerjaan rumah dan mengurus anak, kira-kira mana yang kamu pengin di bantu?’. Hal ini sangat dibutuhkan oleh para ibu,” ungkapnya.

Pertanyaan ini menunjukkan empati sekaligus menghargai ibu sebagai individu yang memahami kebutuhannya sendiri.

Dengan dukungan emosional, validasi, dan bantuan nyata dari suami serta keluarga, rasa bersalah yang dialami ibu dapat dikelola dengan lebih sehat. 

Lingkungan yang suportif bukan hanya membantu ibu merasa lebih tenang, tetapi juga menciptakan kondisi pengasuhan yang lebih seimbang dan penuh kehadiran bagi anak.

 

Tag:  #peran #suami #keluarga #dalam #menghadapi #guilt #menurut #psikolog

KOMENTAR