Berapa Waktu Ideal Screen Time untuk Remaja?
- Saat ini, hampir setiap remaja sudah mahir mengakses internet karena tuntutan dari beberapa mata pelajaran. Akan tetapi, berapa waktu yang ideal bagi remaja untuk main intrrnet alias screen time untuk remaja?
“Kalau kita bicara ideal, mungkin maksimal dua jam,” terang psikolog sekaligus Ketua Bidang E (Humas, Media dan Edukasi) Himpunan Psikologi Indonesia, Samanta Elsener, M.Psi., saat ditemui di Kantor Google Indonesia, Jakarta Selatan, Kamis (20/11/2025).
Namun, remaja masa kini sudah lebih kreatif terkait penggunaan gawai. Mereka bisa saja mengambil waktu colongan untuk mengakses dunia maya.
Pada remaja yang sudah diberikan gadget (gawai) sendiri, misalnya, tidak jarang mereka akan membawanya ke mana pun mereka pergi, termasuk saat ke kamar mandi.
“Mereka sudah sangat kreatif, bisa sambil curi waktu di sekolah atau saat lagi mandi ketika enggak dalam pengawasan orangtua. Jadi sebetulnya balik lagi pada bagaimana kita sebagai orangtua bisa mengajarkan mereka self-control (kontrol diri),” tutur Samanta.
Cara atur waktu ideal screen time untuk remaja
Berdiskusi dengan anak
Psikolog dan Ketua Bidang Humas HIMPSI, Samanta Elsener, di sela acara Beranda Jiwa di kantor Google Indonesia di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Kamis (20/11/2025).
Salah satu cara untuk mengajarkan anak agar bisa mengontrol dirinya sendiri saat berada di dunia maya adalah dengan mengajak mereka berdiskusi.
“Dari kita ngobrol dengan mereka, mereka punya pemahaman (menggunakan dunia maya dengan bijak) dan akhirnya itu menjadi self-control mereka,” kata Samanta.
Lebih lanjut, berdasarkan panduan dari Family Online Safety Institute, berdiskusi adalah satu dari tujuh cara orangtua untuk menerapkan digital parenting supaya anak bisa lebih bijak di dunia maya.
Berdasarkan informasi dalam pamflet yang dibagikan oleh Family Online Safety Institute lewat situs webnya, Rabu (27/11/2025), obrolan harus terbuka dan orangtua harus santai dalam menanggapi seluruh pertanyaan anak terkait ruang digital.
Obrolan santai dan terbuka bisa membantu membuat anak lebih nyaman untuk mendiskusikan apa pun yang mereka temui di dunia maya.
Sepakati durasi bermain internet
Selanjutnya adalah sama-sama menyepakati berapa lama anak boleh berselancar di dunia maya, baik untuk mencari bahan pembelajaran maupun hiburan.
Jika sudah disepakati bahwa anak hanya boleh mengakses dunia maya selama dua jam setiap harinya, orangtua harus konsisten dalam memberi hukuman apabila aturan dilanggar.
Tak perlu ada pengingat waktu
Berapa waktu ideal screen time remaja alias remaja main internet? Simak jawaban psikolog dan cara mengaturnya.
Saat ini, kebanyakan gawai sudah memiliki aplikasi yang bisa digunakan oleh orangtua untuk membatasi penggunaan gawai anak. Salah satu yang paling sering digunakan adalah Google Family Link.
Melalui aplikasi seperti itu, ayah dan ibu bisa mengatur durasi penggunaan gawai, aplikasi yang ada di gawai, serta konten apa yang mereka akses. Namun, Samanta tidak merekomendasikan penggunaan fitur pengingat waktu.
“Kalau seperti itu, berarti dia tidak berkembang self-control-nya. Jadi kayak, sudah otomatis (gawai) mati, baru dia setop. Sementara, yang kita harapkan adalah anak punya self-control yang tepat,” tutur dia.
Orangtua punya literasi digital
Supaya lebih nyambung ketika berbicara dengan anak tentang dunia maya, orangtua harus punya literasi digital. Dengan begitu, orangtua lebih paham tentang bagaimana algoritma bekerja.
“Contohnya, kita tahu ketika sekali kita nonton sebuah video di media sosial, video dengan tema yang sama akan muncul terus. Jadi, inilah bagaimana kita ‘mengacak’ algoritma itu. Ini yang jadi PR untuk orangtua, untuk bisa ngajarin ke anak,” kata Samanta.
Misalnya, remaja punya akun Instagram. Di platform tersebut, ada fitur “Explore” yang memungkinkan anak terpapar oleh berbagai macam konten.
Jika remaja terpapar oleh satu konten negatif berdurasi lama, algoritma akun Instagram mereka akan terus menyarankan video serupa di fitur tersebut.
Orangtua dengan literasi digital yang baik, bisa mengajarkan kepada anak bagaimana menjaga algoritma media sosial tetap pada konten-konten positif.
Ketika terpapar konten negatif, remaja bisa mengontrol diri agar tidak terpapar dengan konten serupa karena diberi pemahaman bahwa mereka bisa memilih opsi yang menyatakan mereka tidak tertarik dengan konten seperti itu di Instagram.