Jika Anda Tumbuh di Tahun 70-an dan 80-an, Anda Mungkin Memiliki 9 Keterampilan Hidup Ini yang Tidak Dimiliki Anak-anak Zaman Sekarang
Ilustrasi seseorang yang memiliki keterampilan hidup yang tidak dimiliki anak zaman sekarang (foto: Freepik/EyeEm)
19:46
25 November 2025

Jika Anda Tumbuh di Tahun 70-an dan 80-an, Anda Mungkin Memiliki 9 Keterampilan Hidup Ini yang Tidak Dimiliki Anak-anak Zaman Sekarang


Tidak dapat dipungkiri: tumbuh besar di tahun 70-an dan 80-an adalah pengalaman yang unik.    Generasi saat itu melewati masa transisi teknologi, menikmati permainan outdoor, menghadapi keterbatasan yang membentuk kreativitas, dan mengembangkan naluri bertahan hidup yang mungkin terdengar sederhana—namun itulah keterampilan yang membuat mereka tangguh hingga hari ini.

Dan menariknya, banyak keterampilan yang menjadi “bawaan alam” generasi tersebut kini mulai jarang terlihat di generasi yang tumbuh dengan smartphone di tangan, aplikasi instan, serta dunia serbadigital.

Dilansir dari Geediting pada Sabtu (22/11), terdapat sembilan keterampilan hidup yang dulu terasa biasa saja, tetapi kini menjadi “superpower” yang tidak dimiliki banyak anak zaman sekarang.  



1. Menemukan Jalan Tanpa Google Maps


Generasi 70–80an tumbuh dengan peta kertas, petunjuk arah verbal, dan intuisi geografis yang terasah.    Mereka terbiasa mengingat rute, menghafal patokan seperti “belok kiri di warung hijau”, atau membaca papan jalan dengan cepat.

Sementara anak masa kini, sekalipun sudah lewat di satu tempat berkali-kali, tetap bisa tersesat tanpa ponsel.

Kemampuan ini bukan sekadar soal navigasi, tetapi tentang ketelitian, orientasi ruang, dan kepercayaan diri saat berada di lingkungan asing.  



2. Mampu Menunggu Tanpa Kebosanan


Tidak ada smartphone. Tidak ada video instan.    Tidak ada TikTok. Jika bosan, mereka menemukan cara: membaca komik, bermain kartu, menggambar, atau sekadar melamun.

Generasi tersebut dibesarkan dengan kesabaran sebagai otot mental—bukan kelemahan.

Kini, kemampuan menunggu satu menit saja terasa menyiksa bagi banyak anak yang terbiasa stimulasi cepat.

3. Membetulkan Barang Sebelum Membelinya Lagi


Mainan rusak? Disolder. Radio bunyi parau? Dibuka dan dibersihkan. Celana sobek? Dijahit sendiri.

Generasi 70–80an tumbuh dengan budaya “perbaiki dulu, beli nanti”.    Mereka punya kecerdikan mekanis dan keberanian untuk mencoba memperbaiki, meskipun tanpa tutorial YouTube.

Sebaliknya, anak-anak modern cenderung mengganti barang rusak daripada mencoba memahami cara kerjanya.

4. Bermain di Luar Tanpa Pengawasan Berjam-jam


Pergi selepas sekolah, pulang saat matahari tenggelam.    Tidak ada pelacakan GPS, tidak ada pesan “di mana kamu?”, tetapi semua baik-baik saja.

Inilah yang membentuk kemampuan bersosialisasi, negosiasi, problem solving, dan kemandirian mental.

Generasi tersebut belajar menghadapi risiko nyata—jatuh saat bermain, tersesat sedikit, atau bertemu orang asing—dan justru itulah pengalaman yang membangun insting hidup mereka.

5. Menghabiskan Waktu Tanpa Konsumsi Digital

Hiburan waktu itu sederhana: radio, kaset, televisi dengan channel terbatas, atau permainan fisik.    Tidak ada notifikasi, tidak ada distraksi setiap detik.

Mereka belajar fokus dan menikmati aktivitas sepenuhnya—entah membaca majalah Bobo, merakit model pesawat, atau mendengarkan album kaset sampai pita hampir kusut.

Fokus mendalam ini kini menjadi kemewahan.

6. Kreatif dengan Keterbatasan


Tidak ada LEGO mahal? Batang kayu pun jadi pedang.    Tidak ada board game? Kreasi sendiri dari kardus. Tidak ada gadget? Imajinasi mengambil alih.

Keterbatasan membuat mereka inventif.


Generasi 70–80an tumbuh dengan kemampuan menciptakan permainan, alat, atau cara baru untuk bersenang-senang tanpa perlu benda canggih.

7. Mengelola Uang Secara Alami

Uang saku itu berharga. Tidak ada e-wallet, tidak ada “top up”, tidak ada microsubscription.

Setiap rupiah dihitung, ditabung, dan ditukar dengan sesuatu yang betul-betul diinginkan.

Keterampilan mengelola uang ini terbawa hingga dewasa—membuat mereka lebih sadar nilai barang, lebih bijak dalam membeli, dan tidak mudah tergoda impuls belanja instan.

8. Menghadapi Konflik Secara Langsung


Tidak ada ghosting. Tidak ada passive-aggressive lewat chat.    Jika bertengkar dengan teman, diselesaikan saat itu juga, biasanya saat bermain.

Konflik diselesaikan dengan dialog, saling bicara, atau kadang sekadar berjabat tangan setelah berdebat.

Kini, banyak konflik justru membesar karena disampaikan lewat layar, bukan tatap muka.

9. Memiliki Ketahanan Mental dari Pengalaman Nyata


Tantangan masa kecil generasi 70–80an bukanlah komentar pedas di internet, tetapi pengalaman konkret: jatuh dari sepeda, gagal dalam lomba, ditegur guru, atau belajar menghadapi konsekuensi nyata dari tindakan sendiri.

Kesulitan sehari-hari ini menumbuhkan ketangguhan emosional—mental toughness—yang membuat mereka tahan banting menghadapi tekanan hidup dewasa.

Anak masa kini sering terlindung dari hal-hal kecil semacam itu, sehingga lebih sulit membangun daya tahan mental alami.

Kesimpulan: Generasi Tangguh yang Terbentuk oleh Masa

Jika Anda tumbuh di tahun 70-an dan 80-an, Anda membawa serta paket keterampilan hidup yang tidak dibentuk oleh aplikasi, algoritma, atau kecanggihan teknologi—melainkan oleh pengalaman nyata dan ketangguhan sehari-hari.

Bukan berarti generasi sekarang lebih buruk—mereka hanya tumbuh di dunia yang berbeda.    Namun, sembilan keterampilan ini menjadi pengingat bahwa masa lalu membekali kita dengan sesuatu yang tidak pernah usang: ketangguhan, kreativitas, dan kemampuan bertahan tanpa bergantung pada teknologi.

Dan mungkin, sesekali, keterampilan-keterampilan lama itu perlu diajarkan kembali—agar generasi baru tidak hanya pintar secara digital, tetapi juga kuat secara mental dan hidup.  

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #jika #anda #tumbuh #tahun #anda #mungkin #memiliki #keterampilan #hidup #yang #tidak #dimiliki #anak #anak #zaman #sekarang

KOMENTAR