Berani Bilang Tidak Demi Kesehatan Mental: Yuk Kenali Fenomena Joy Of Missing Out!
Ilustrasi Joy Of Missing Out. (Freepik)
16:58
21 November 2025

Berani Bilang Tidak Demi Kesehatan Mental: Yuk Kenali Fenomena Joy Of Missing Out!

Pernah nggak sih kamu sering kali merasa cemas ketika terlewat satu kesempatan nongkrong teman, merasa takut ketinggalan update gosip terbaru, atau bahkan sampai muncul rasa iri ketika melihat story Instagram teman-teman yang lagi seru-seruan? Nah itu namanya Fear Of Missing Out atau FOMO.

Tapi, tahukah kamu kalau ternyata ada situasi yang justru kebalikannya, yakni Joy of Missing Out atau JOMO. Situasi ini membuat seseorang tetap merasa tenang sekalipun tidak ikut serta dalam suatu kesempatan. Nah, simak lebih dalam untuk tau penjelasan lengkapnya!

Apa Itu JOMO?

Hello Sehat menjelaskan, JOMO adalah istilah yang menggambarkan pilihan sadar untuk tidak ikut terlibat dalam suatu kegiatan, terutama yang berkaitan dengan media sosial atau bentuk hiburan lain. Alih-alih merasa takut ketinggalan, seseorang justru menikmati waktunya sendiri dan merasa nyaman dengan keputusan tersebut.

JOMO merujuk pada perasaan puas terhadap diri sendiri dan aktivitas yang sedang dilakukan, sehingga seseorang tidak merasa perlu untuk tahu atau mengikuti hal-hal yang sedang ramai dibicarakan orang lain. Secara tidak langsung, konsep JOMO juga dapat membantu seseorang mengendalikan obsesi terhadap sesuatu, salah satunya kebiasaan berlebihan menggunakan media sosial.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa saat ini ada banyak orang yang berusaha menjadi paling update dan mengikuti berbagai tren yang viral demi mendapatkan pengakuan atau validasi dari orang lain. Dalam beberapa kasus, demi terlihat keren atau diterima, seseorang bisa saja melakukan hal yang berlebihan misalnya menghabiskan tabungan untuk hal yang tidak perlu atau bersikap berpura-pura agar terlihat mengikuti arus.

Hal tersebut jika diteruskan akan berubah menjadi kebiasaan buruk yang membawa banyak efek negatif. Padahal, tidak ada salahnya untuk bersikap sederhana dan apa adanya sesuai kemampuan dan keinginan hati tanpa bergantung pada validasi dari orang lain. Secara tidak langsung, sikap tersebut juga bisa menyelamatkan diri dari rasa terbeban akan ekspektasi orang lain.

Melansir dari Psychology Today, JOMO membantu kita untuk benar-benar hadir dan menjadi diri sendiri pada momen yang saat ini berlangsung. Hal tersebut merupakan salah satu kunci untuk menemukan kebahagiaan. Ketika kita berhenti memenuhi kepala dengan rasa cemas, persaingan yang tidak perlu, dan pikiran ingin selalu unggul, kita akan memiliki lebih banyak ruang untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup.

Langkah-Langkah untuk Menerapkan JOMO dalam Hidup

Gunakan waktu dengan tujuan yang jelas dan terstruktur. Rencanakan kegiatan yang memang penting untuk diri sendiri misalnya itu olahraga, bertemu teman dekat, menulis, atau menyelesaikan pekerjaan.

Berusaha menjalani hidup di masa sekarang, bukan masa lalu atau masa yang akan datang. Jika hari ini terasa berat, beri ruang untuk istirahat, tapi jika sebaliknya rayakan dan syukuri. Jangan stuck dengan masa lalu atau terlalu overthinking terhadap apa yang belum tentu terjadi.

Nikmati waktu sejenak tanpa sosial media, unfollow atau mute akun yang memicu FOMO atau energi negatif. Batasi durasi penggunaan media sosial, atau bahkan hapus aplikasi sementara jika kamu merasa butuh.

Berlatih mengatakan “tidak” sebagai bentuk menghargai diri sendiri. Kamu tidak harus selalu menghadiri setiap acara atau menjawab semua telepon. Menolak sesuatu yang sekiranya berdampak buruk pada diri bukan berarti egois, tapi perlindungan untuk kesehatan mental.

Pada akhirnya, hidup tidak harus selalu terlihat menarik di mata orang lain. JOMO mengingatkan kita bahwa kebahagiaan tanpa disadari sering ada pada momen sederhana yang kita jalani sepenuh hati.

Dengan memberi ruang untuk diri sendiri, kita dapat memaknai hidup dengan lebih tenang, dan menyadari bahwa tidak ikut ramai pun bukan berarti tertinggal. Kita semua berhak untuk istirahat, berjarak, dan memilih apa yang membuat hati lebih damai tanpa harus senantiasa memikirkan penilaian atau validasi dari orang lain. Jadi, mulai sekarang ayo berani bilang tidak dan pahami apa yang dirimu ingin dan butuhkan. (*)

Editor: Siti Nur Qasanah

Tag:  #berani #bilang #tidak #demi #kesehatan #mental #kenali #fenomena #missing

KOMENTAR