Seseorang yang berpura-pura sibuk (Freepik/freepik)
Orang yang Berpura-pura Sibuk Biasanya Menghindari 7 Kebenaran yang Tidak Mengenakkan Ini Menurut Psikologi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah bertemu atau bahkan menjadi seseorang yang terlihat sibuk sepanjang waktu. Jadwal padat, wajah tegang, langkah terburu-buru, notifikasi bersahutan. Namun, jika diperhatikan lebih dalam, kesibukan itu sering kali bukan karena pekerjaan yang sungguh banyak, melainkan karena kebutuhan untuk terlihat penting, takut dianggap tidak berharga, atau menghindari kenyataan tertentu.
Psikologi menyebut perilaku ini sebagai pseudo-productivity: kondisi di mana seseorang tampak sibuk, tetapi sebenarnya tidak produktif. Dilansir dari Geediting pada Jumat (21/11), ada beberapa kebenaran pahit yang mereka hindari. Berikut tujuh di antaranya.
1. Mereka Takut Menghadapi Kekosongan Diri
Orang yang pura-pura sibuk sering menghindari ketenangan. Keheningan membuat mereka harus mengakui apa yang tidak berjalan dalam hidup mereka, tujuan yang kabur, hubungan yang goyah, atau emosi yang tak terselesaikan. Sibuk menjadi tameng untuk tidak menghadapinya.
2. Mereka Butuh Validasi dari Orang Lain
Psikologi sosial menunjukkan bahwa rasa penting sering kali datang dari bagaimana orang memandang kita. Dengan terlihat sibuk, seseorang berharap dianggap berharga, dibutuhkan, dan kompeten. Padahal, nilai diri tidak seharusnya bergantung pada persepsi orang lain.
3. Mereka Menghindari Tanggung Jawab yang Sesungguhnya
Terkadang, pura-pura sibuk adalah cara untuk menghindari hal penting yang sebenarnya harus dikerjakan: keputusan besar, konflik yang harus diselesaikan, atau target yang menuntut fokus. Kesibukan semu menjadi alasan untuk menunda.
4. Mereka Tidak Mengelola Prioritas dengan Baik
Banyak orang keliru mengira bahwa "sibuk" berarti "berhasil". Padahal, psikologi kinerja menjelaskan bahwa orang yang benar-benar produktif justru memilih beberapa prioritas utama, bukan melakukan semuanya sekaligus. Kesibukan palsu menutupi ketidakmampuan untuk memilah mana yang benar-benar penting.
5. Mereka Takut Dinilai Tidak Kompeten
Beberapa orang menunjukkan kesibukan agar tidak terlihat “kurang berperan”. Dengan selalu tampak penuh pekerjaan, mereka merasa aman: tidak ada yang sempat menilai kualitas kerja mereka, hanya kuantitas kesibukan mereka.
6. Mereka Bersembunyi di Balik Aktivitas untuk Menghindari Emosi
Kesibukan tanpa henti sering kali adalah bentuk emotional avoidance. Daripada memproses rasa cemas, kecewa, sedih, atau tidak puas, mereka memilih terjebak dalam rutinitas. Aktivitas menjadi anestesi emosional.
7. Mereka Belum Berdamai dengan Batasan Diri
Mengakui bahwa manusia punya batas tenaga, waktu, dan kemampuan bukanlah hal mudah. Orang yang pura-pura sibuk sering menolak batasan itu. Mereka ingin dilihat serba bisa, serba sanggup, serba kuat. Padahal, batasan adalah bagian alami dari menjadi manusia.
Kesimpulan: Sibuk Tidak Sama dengan Berarti
Orang yang berpura-pura sibuk bukanlah sosok buruk; mereka hanya sedang berlari dari sesuatu yang tidak ingin mereka hadapi. Tujuh kebenaran ini menunjukkan bahwa kesibukan semu sering kali berakar pada ketakutan, kebutuhan akan pengakuan, dan kesulitan memahami diri sendiri.
Pada akhirnya, hidup bukan tentang seberapa padat jadwal kita, melainkan seberapa tulus hal yang kita kerjakan. Ketenangan bukanlah tanda malas; sering kali justru tanda bahwa seseorang sudah memahami apa yang benar-benar bernilai.
Jika kita mengenali diri dalam tulisan ini, mungkin itu bukan teguran—melainkan undangan untuk berhenti sejenak, bernapas, dan mulai hidup dengan lebih sadar. ***
Editor: Novia Tri Astuti
Tag: #orang #yang #berpura #pura #sibuk #biasanya #menghindari #kebenaran #yang #tidak #mengenakkan #menurut #psikologi