4 Cara yang Bisa Dilakukan Pria untuk Tampil Glow Up dari Dalam Diri Menurut dr. Tirta
Ilustrasi pria mengenakan jaket bergaya militer(shutterstock)
10:10
17 November 2025

4 Cara yang Bisa Dilakukan Pria untuk Tampil Glow Up dari Dalam Diri Menurut dr. Tirta

- Tampil glow up untuk pria tidak selalu merujuk pada penampilan dari luar, baik dari betuk fisik yang atletis, rambut rapi, maupun pakaian necis.

Menurut dr. Tirta, glow up dari dalam juga bisa dilakukan apabila laki-laki ingin menampilkan sosok yang “berisi”, agar pasangannya semakin terkesan dengan mereka.

Glow up secara dari dalam itu bisa dari spiritual, mental, emosional, dan otak,” kata dia dalam peluncuran Bonvie For Men di Jakarta Pusat, Minggu (16/11/2025).

Cara pria tampil glow up dari dalam diri

1. Isi otak dengan berbagai pengetahuan

Mengisi otak dengan berbagai pengetahuan sangatlah penting. Jangan hanya mengandalkan pengetahuan yang diperoleh sepanjang jenjang pendidikan saja.

“Kamu belajar dari ilmu-ilmu yang tidak dipelajari. Kamu bisa belajar dari artikel, buku. Itu ngebuat kamu kalau ngobrol enggak kehabisan topik, jadinya serba tahu,” terang dr. Tirta.

Kebanyakan perempuan akan ilfee alias “ilang feeling” ketika mengobrol dengan laki-laki yang tidak bisa mencari topik obrolan, dan terkesan “kosong” saat membicarakan topik-topik tertentu.

“Supaya enggak begitu kalau diajak ngobrol, banyak baca. Tapi jangan sok tahu juga,” tutur dr. Tirta.

2. Jangan sok tahu

Selanjutnya adalah jangan sok tahu. Memperoleh banyak ilmu dari banyak sumber memang disarankan karena dapat membantu memperkaya topik obrolan.

Namun, bukan berarti kamu menjadi sok tahu dalam banyak hal, terutama yang menyangkut hal-hal di ranah profesional, misalnya kedokteran.

“Ada bedanya antara Dunning-Kruger Syndrome, sok tahu, dan kosong. Kamu ada di antaranya,” kata dr. Tirta.

Disadur dari Psychology Today, efek Dunning-Kruger adalah bias kognitif ketika seseorang, secara keliru, melebih-lebihkan pengetahuan atau kemampuan mereka di bidang tertentu.

Menurut konsep yang diungkapkan oleh para psikolog dari Cornell University dalam sebuah studi tahun 1999, David Dunning dan Justin Kruger, efek ini cenderung terjadi karena kurangnya kesadaran diri, yang menghalangi mereka menilai kemampuan sendiri secara akurat.

dr. Tirta dalam peluncuran Bonvie For Men di Jakarta Pusat, Minggu (16/11/2025).Kompas.com / Nabilla Ramadhian dr. Tirta dalam peluncuran Bonvie For Men di Jakarta Pusat, Minggu (16/11/2025).

3. Kelola amarah dengan bijak

Salah satu tanda seseorang pria memiliki kecerdasan emosional adalah ketika mereka bisa mengelola amarah dengan bijak.

“Kemarahan harus dilampiaskan, bukan dengan mukulin teman atau barang. Mukulin samsak boleh, spiritual dengan cuci muka boleh,” ujar dr. Tirta.

Amarah sebaiknya dilatih dan dikelola dengan baik, bukannya dipendam. Amarah yang dipendam bisa meledak. Ketika meledak, yang dirugikan adalah orang-orang terdekat.

“Kelola dengan baik dan dilampiaskan. Cari pelampiasan yang positif. Saya olahraga. Saya bad mood, saya dead lift atau long run,” ungkap dr. Tirta.

Amarah yang dipendam diibaratkan seperti kamu menggenggam HP selama dua hari dua malam, sehingga tangan menjadi keram.

Jika tidak ingin tangan menjadi keram, kamu perlu meletakkan beban tersebut dan lakukan peregangan. Kemudian, genggam kembali HP tersebut. Rasanya akan jauh lebih berbeda.

“Masalah hidup seperti itu. Caraku adalah, masalah tetap ada, tapi aku membuat diriku tetap stabil. Terus aku kembali lagi ke masalahku untuk memecahkan masalah itu,” jelas dr. Tirta.

“Masalah selalu ada, tapi enggak harus diselesaikan saat itu juga. Enggak masalah diselesaikan besok, tapi jangan ditunda terlalu lama. Masalah yang ditunda terlalu lama akan menumpuk, dan akhirnya membuat masalah dilupakan,” sambung dia.

4. Hindari emotional eating

Emotional eating adalah ketika seseorang cenderung makan secara berlebihan ketika perasaan tertentu muncul, termasuk perasaan sedih, kecewa, atau stres.

Emotional eating termasuk sebagai cara buruk mengelola perasaan dan bisa berujung pada obesitas.

Kata dr. Tirta, emotional eating berkaitan dengan comfort food atau makanan yang membawa kenyamanan.

“Saya pernah dulu makan soto sama bapak. Setiap saya makan soto, saya happy. Bukan masalah sotonya, tapi kenangan masa kecilnya. Itu namanya comfort food. Emotional eating kadang berhubungan sama comfort food. Bad mood, makan, jadinya obesitas,” ujar dia.

Menurut dr. Tirta, emotional eating sebenarnya adalah masalah kesehatan mental yang kecil, yang sering kali tidak disadari oleh banyak orang.

Apabila kamu merasa ingin makan setiap merasa kurang enak hati, ada baiknya menyetop diri untuk tidak merealisasikan keinginan tersebut.

Tag:  #cara #yang #bisa #dilakukan #pria #untuk #tampil #glow #dari #dalam #diri #menurut #tirta

KOMENTAR