Psikolog Imbau Hindari Bandingkan Hubungan dengan Standar Media Sosial
Psikolog menjelaskan, membandingkan hubungan dengan pasangan viral di TikTok bisa menciptakan ekspektasi tidak realistis dan membuatmu tidak bahagia.(Dok. Unsplash/Hoi An Photographer)
22:05
30 Oktober 2025

Psikolog Imbau Hindari Bandingkan Hubungan dengan Standar Media Sosial

- Apa kamu sering menilai kualitas hubunganmu dengan apa yang ada di media sosial? Misalnya kamu membandingkannya dengan video pasangan yang romantis, video pasangan yang memberi hadiah mahal, atau video pasangan yang liburan bersama.

Menurut Psikolog Klinis Winona Lalita R., M.Psi., Psikolog, tren ini bisa berdampak negatif pada kesejahteraan emosional seseorang.

“Belakangan ini juga ramai istilah standar TikTok yang menjadi acuan dalam berhubungan atau membangun relasi dengan pasangan,” kata Winona saat diwawancarai Kompas.com, Senin (27/10/2025).

Fenomena standar Tiktok dan bahayanya untuk hubungan

Psikolog menjelaskan, membandingkan hubungan dengan pasangan viral di TikTok bisa menciptakan ekspektasi tidak realistis dan membuatmu tidak bahagia.Dok. Unsplash/Achmad Nur Imansyah Psikolog menjelaskan, membandingkan hubungan dengan pasangan viral di TikTok bisa menciptakan ekspektasi tidak realistis dan membuatmu tidak bahagia.

Fenomena yang disebut standar TikTok ini muncul karena banyak orang menjadikan konten media sosial sebagai tolok ukur hubungan ideal.

“Standar ini tidak bisa dibuktikan secara keilmuan, bahkan yang membuat standar ini juga tidak tahu siapa,” ujar Winona.

Ia menilai, banyak pengguna media sosial yang meniru atau menjadikan konten pasangan selebritas dan influencer sebagai acuan hubungan mereka.

“Bisa jadi dari public figure dan netizen menjadikannya acuan karena melihat relasinya yang harmonis,” tambahnya.

Padahal, kehidupan yang tampak di layar media sosial sering kali tidak menggambarkan kenyataan sepenuhnya.

Potongan video, foto, atau unggahan yang terlihat bahagia hanyalah sebagian kecil dari kehidupan seseorang. Konflik, perbedaan pandangan, dan tantangan dalam hubungan seringkali tak pernah dibagikan ke publik.

Citra hubungan di media sosial tidak selalu nyata

Psikolog menjelaskan, membandingkan hubungan dengan pasangan viral di TikTok bisa menciptakan ekspektasi tidak realistis dan membuatmu tidak bahagia.Dok. Freepik/Freepik Psikolog menjelaskan, membandingkan hubungan dengan pasangan viral di TikTok bisa menciptakan ekspektasi tidak realistis dan membuatmu tidak bahagia.

Winona mengingatkan, setiap unggahan di media sosial memiliki konteks yang berbeda, sehingga tidak bisa dijadikan tolak ukur kebahagiaan.

“Citra hubungan yang dilihat di media sosial bukanlah tolak ukur dari relasi yang ideal dan sehat. Apa yang kita nilai dari luar dan bagaimana orang lain menjalani hubungan tersebut bisa jadi berbeda,” jelasnya.

Menurutnya, banyak orang yang akhirnya terjebak dalam ilusi bahwa hubungan bahagia adalah hubungan yang terlihat sempurna di media sosial.

Padahal hubungan yang sehat justru dibangun dari komunikasi terbuka, saling menghargai, dan kemampuan menyelesaikan masalah bersama, bukan dari tampilan luar yang serba indah.

“Kita perlu hati-hati untuk tidak menelan mentah-mentah informasi atau standar media sosial, serta membandingkan secara langsung dengan hubungan yang dijalani,” lanjut Winona.

Setiap hubungan punya nilai dan dinamika yang berbeda

Psikolog menjelaskan, membandingkan hubungan dengan pasangan viral di TikTok bisa menciptakan ekspektasi tidak realistis dan membuatmu tidak bahagia.Dok. Freepik/Freepik Psikolog menjelaskan, membandingkan hubungan dengan pasangan viral di TikTok bisa menciptakan ekspektasi tidak realistis dan membuatmu tidak bahagia.

Winona menegaskan, setiap pasangan memiliki nilai dan cara pandang yang unik dalam membangun hubungan.

“Perlu diketahui bahwa nilai yang dipegang dalam relasi setiap orang itu berbeda. Jadi mau menyamakan standar sesuai dengan apa yang dilihat di media sosial juga tidak bisa,” ujarnya.

Bagi sebagian orang, bentuk perhatian bisa berupa waktu dan kehadiran, sementara bagi yang lain mungkin dalam bentuk pemberian hadiah atau kata-kata manis.

Perbedaan ini membuat setiap hubungan memiliki dinamika tersendiri yang tak bisa dibandingkan secara langsung.

“Ketika kita berusaha mengikuti standar dari luar, kita justru kehilangan esensi hubungan yang sesuai dengan kebutuhan diri dan pasangan,” kata dia.

Ekspektasi yang terbentuk bisa picu ketidakpuasan

Psikolog menjelaskan, membandingkan hubungan dengan pasangan viral di TikTok bisa menciptakan ekspektasi tidak realistis dan membuatmu tidak bahagia.Dok. Freepik/jcomp Psikolog menjelaskan, membandingkan hubungan dengan pasangan viral di TikTok bisa menciptakan ekspektasi tidak realistis dan membuatmu tidak bahagia.

Lebih jauh, Winona menuturkan, media sosial dapat menumbuhkan ekspektasi tidak realistis terhadap pasangan.

“Media sosial bisa jadi salah satu hal yang membuat seseorang membangun ekspektasi berlebih terhadap relasi yang dibangun,” tuturnya.

Ekspektasi berlebih inilah yang bisa memicu rasa kecewa dan ketidakpuasan. Misalnya, seseorang berharap pasangannya selalu bersikap manis seperti pasangan di konten viral, tanpa menyadari bahwa setiap orang memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan kasih sayang.

Oleh karenanya, sangat penting untuk mengutamakan kebijaksanaan dalam menggunakan media sosial.

Menurutnya, mengagumi hubungan orang lain tidak masalah, asalkan tidak dijadikan standar untuk menilai hubungan sendiri.

Ia juga menekankan pentingnya mengenali kebutuhan diri dan pasangan agar hubungan yang dijalani bisa lebih autentik, sehat, dan realistis.

“Maka penting untuk saling mengusahakan agar kamu dengan pasangan itu punya pola komunikasi yang setara, saling mendukung satu sama lain,” tutupnya.

Tag:  #psikolog #imbau #hindari #bandingkan #hubungan #dengan #standar #media #sosial

KOMENTAR