Saling Kirim Reels dengan Anak Bisa Jadi Cara Menumbuhkan Empati, Ini Kata Psikolog
Psikolog klinis dewasa sebut reels bisa jadi sarana diskusi di rumah, sekaligus menumbuhkan empati anak secara alami. (freepik)
22:30
27 Oktober 2025

Saling Kirim Reels dengan Anak Bisa Jadi Cara Menumbuhkan Empati, Ini Kata Psikolog

Di era digital, kirim-mengirim video singkat atau reels di media sosial bukan sekadar hiburan.

Menurut Psikolog Klinis Dewasa Anggita H. Panjaitan, M.Psi., aktivitas sederhana ini bisa menjadi jembatan komunikasi antara orangtua dan anak, sekaligus sarana menumbuhkan empati di rumah.

“Anak-anak cenderung lebih nyaman membicarakan sesuatu yang mereka lihat di media sosial daripada langsung membicarakan perasaan mereka sendiri. Dari situ, orangtua bisa memanfaatkan reels yang relevan untuk membuka ruang diskusi,” jelas Anggita, saat dihubungi Kompas.com akhir-akhir ini.

Menggunakan reels sebagai alat komunikasi

Menurut Anggita, banyak anak dan remaja menggunakan konten digital untuk belajar dan mengekspresikan diri.

Video singkat tentang kebaikan, cerita sosial, atau bahkan curhatan orang lain dapat menjadi “pintu masuk” bagi orangtua untuk memahami perasaan anak.

Daripada langsung menasihati, orangtua bisa mengajukan pertanyaan terbuka, seperti:
“Kamu setuju enggak dengan isi video ini?” atau “Kalau kamu di posisi orang itu, kamu bakal gimana?”

Dengan cara ini, percakapan sederhana dapat berkembang menjadi pembicaraan yang lebih dalam tentang empati, nilai sosial, dan sudut pandang orang lain.

 

Psikolog klinis dewasa sebut reels bisa jadi sarana diskusi di rumah, sekaligus menumbuhkan empati anak secara alami.
freepik Psikolog klinis dewasa sebut reels bisa jadi sarana diskusi di rumah, sekaligus menumbuhkan empati anak secara alami.

Empati sebagai fondasi relasi sosial

Anggita menekankan, empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dialami orang lain, bukan sekadar merasa iba. Empati sangat penting dalam membangun relasi sosial, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

“Di media sosial, banyak orang merasa anonim sehingga berani mengeluarkan komentar kasar. Fenomena ini dikenal sebagai online disinhibition effect, di mana seseorang lebih mudah melanggar norma sosial dibandingkan dalam interaksi tatap muka,” ungkap Anggita.

Meski begitu, orangtua dan anak tetap bisa melatih empati melalui refleksi sederhana.

Misalnya, menanyakan dampak suatu perkataan terhadap orang lain atau membicarakan perilaku yang pantas di dunia maya.

 

Peran orangtua: hadir dan mendampingi

Orangtua perlu mendampingi anak tanpa menghakimi.

Anggita menyarankan agar orangtua menyimak apa yang anak bagikan, memberikan respons hangat, dan membangun dialog reflektif.

“Kalau anak mengirim reels lucu atau unik, jangan buru-buru menilai. Respon hangat dan ajak anak berdiskusi. Hal ini bisa membangun rasa aman dan keterbukaan anak,” kata Anggita.

Pendekatan ini juga membantu anak belajar mengekspresikan diri secara positif, menerima perbedaan karakter orang lain, dan memahami pentingnya bertindak dengan kesadaran reflektif.

 

Empati dimulai dari rumah

Anggita menekankan, menanamkan empati tidak selalu memerlukan momen besar.

Obrolan ringan di rumah, menonton video bersama, atau berbagi pendapat tentang berita atau reels yang sedang viral, dapat menjadi latihan empati yang nyata.

Dengan pendekatan ini, reels bukan hanya hiburan, tetapi juga alat untuk mengajarkan anak memahami perasaan orang lain, membangun komunikasi, dan menumbuhkan empati di lingkungan rumah.

Tag:  #saling #kirim #reels #dengan #anak #bisa #jadi #cara #menumbuhkan #empati #kata #psikolog

KOMENTAR