Harga Pangan Merangkak Naik Jelang Nataru, Mentan Bakal Operasi Pasar
Mentan Andi Amran Sulaiman saat pelepasan bantuan di Kantor Pusat Kementan, Kamis (11/12/2025)(KOMPAS.com/SUPARJO RAMALAN )
19:04
11 Desember 2025

Harga Pangan Merangkak Naik Jelang Nataru, Mentan Bakal Operasi Pasar

- Harga sejumlah komoditas pangan mulai merangkak naik menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026.

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menjelaskan kenaikan harga menjelang Natal dan Tahun Baru bukan semata-mata disebabkan kurangnya pasokan, melainkan karena persoalan distribusi.

Menurutnya, pada periode tersebut sering terjadi bencana seperti longsor dan banjir, sehingga jalur distribusi terganggu. Kondisi itu membuat pengiriman barang menjadi sulit sehingga mengerek naik harga komoditas di pasar.

“Nah tinggal distribusi. Memang yang agak mengganggu harga biasanya di tahun baru Nataru itu adalah karena ada longsor, ada banjir, ini distribusinya yang biasa agak berat," ujar Amran saat ditemui di gedung Kementan, Jakarta Selatan, Kamis (11/12/2025).

Untuk diketahui harga bawang merah di tingkat konsumen menunjukkan disparitas yang cukup lebar antar provinsi, berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang dipantau Kompas.com pukul 17.30 WIB.

Secara nasional, harga rata-rata bawang merah mencapai Rp 48.637 per kilogram (kg), atau berada sekitar 17,2 persen di atas Harga Acuan Pembelian (HAP) nasional yang ditetapkan pada kisaran Rp 36.500-Rp 41.500 per kilogram.

Sejumlah daerah menunjukkan harga bawang merah yang jauh lebih tinggi. Di Maluku, harga rata-rata mencapai Rp 52.667, atau 26,91 persen di atas HAP. Kepulauan Bangka Belitung mencatat harga Rp 53.091, Kalimantan Tengah Rp 53.745, dan Sulawesi Tengah Rp 54.929.

Kenaikan yang lebih tajam terjadi di Kalimantan Timur Rp 55.016, Gorontalo Rp 55.250, serta Kalimantan Utara Rp 55.741.

Provinsi dengan harga termahal dipegang oleh Papua Barat Daya dengan harga bawang merah menyentuh Rp 60.000, sementara Papua mencatat harga tertinggi nasional di Rp 60.882, atau berada 46,7 persen di atas HAP.

Sebaliknya, beberapa provinsi tercatat memiliki harga bawang merah yang lebih rendah dari HAP. Di Nusa Tenggara Timur (NTT), harga rata-rata di Rp 39.542, atau sekitar 4,72 persen lebih rendah dari HAP.

Sumatera Barat juga mencatat harga relatif terjangkau di angka Rp 41.068, disusul Kepulauan Riau Rp 41.200, dan Jambi Rp 41.778.

Menyikapi kondisi tersebut, Amran meminta seluruh jajarannya segera turun ke lapangan melakukan operasi pasar untuk menekan kenaikan harga pangan. Ia mengaku akan menginstruksikan kepada Direktur Jenderal Hortikultura untuk menangani situasi ini.

“Kami minta nanti seluruh tim kita operasi pasar. Cabai nanti kami sudah beri tahu Dirjen Hortikultura. Cabai tolong, karena bawang merah kita sudah ekspor juga," paparnya.

Meski beberapa komoditas mengalami kenaikan, Amran memastikan harga beras tetap stabil. Ia merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan beras menjadi salah satu penyumbang deflasi dalam dua hingga tiga bulan terakhir.

“Beras terjadi deflasi sudah 2-3 bulan terakhir dan itu tidak pernah terjadi. Kita lihat 7 tahun terakhir tidak pernah terjadi di bulan paceklik. Oktober-November masuk Desember, tetapi harga stabil,” katanya.

Ia menambahkan, stok beras pemerintah masih mencukupi sehingga operasi pasar tetap akan digelar untuk menjaga harga tetap terjangkau.

“Kami harus operasi pasar, kenapa? Stok kita hari ini tanggal 11 itu 3,7 juta ton, dan ini tertinggi dalam sejarah Republik Indonesia,” jelas Amran.

Lebih jauh, stok beras pada akhir tahun berada diperkirakan menyentuh 3,67 juta ton, jauh lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya yang hanya sekitar 2 juta ton.

“Prediksi kami tinggal 20 hari di gudang kemungkinannya 3,65-3,67 juta ton. Jadi masalah beras untuk Republik Indonesia, Insya Allah aman,” ucap Mentan.

Di lain sisi, Kementan telah menginstruksikan operasi pasar beras di Papua, di mana harga masih relatif tinggi. Pengiriman dilakukan melalui jalur udara untuk mempercepat penyaluran.

Kebutuhan beras di Papua mencapai 660.000 ton. Namun, pemerintah baru memenuhi 120.000 ton, sehingga masih tersisa lebih dari 500.000 ton.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah menargetkan penambahan area persawahan sekitar 100.000 hektare (ha) hingga 2027.

“Insya Allah 2026-2027 kita beresin. Papua solusi permanennya adalah memproduksi beras dan juga umbi-umbian. Dua tahun Insyaallah selesai mandiri pangan,” ungkap Amran.

Tag:  #harga #pangan #merangkak #naik #jelang #nataru #mentan #bakal #operasi #pasar

KOMENTAR