8 Etika Berbelanja Sering Terabaikan, Perilaku Pelanggan yang Tanpa Sadar Paling Dibenci oleh Karyawan
ilustrasi Seorang karyawan retail tampak lelah saat harus menata kembali pakaian yang berantakan.. (Freepik)
08:06
25 Oktober 2025

8 Etika Berbelanja Sering Terabaikan, Perilaku Pelanggan yang Tanpa Sadar Paling Dibenci oleh Karyawan

 

Bekerja di industri retail mengajarkan banyak hal tentang kesabaran, kerendahan hati, dan kemampuan untuk tetap tersenyum di tengah situasi sulit.

Pengalaman ini memberikan wawasan tentang sisi tersembunyi dari interaksi pelanggan yang seringkali tidak disadari oleh mereka yang berbelanja.

Seperti melansir dari Global English Editing  ada delapan perilaku pelanggan yang secara universal sangat dibenci oleh setiap pekerja retail, terlepas dari negara atau jenis toko tempat mereka bekerja.

Kebiasaan ini tidak hanya menyulitkan pekerjaan, tetapi juga menghancurkan semangat para karyawan yang berusaha keras.

1. Pelanggan yang Datang Beberapa Menit Sebelum Toko Tutup

Jantung setiap karyawan retail akan mencelos saat mendengar suara pintu toko berdering lima menit menjelang jam tutup yang sudah ditentukan. Mereka masuk sambil berkata, "Jangan khawatir, saya hanya butuh satu di antara barang saja," namun pada akhirnya menghabiskan waktu hingga setengah jam atau lebih. Pelanggan seperti ini tidak menyadari bahwa waktu tutup adalah saat pekerjaan sebenarnya dimulai, di mana karyawan harus merapikan dan menyiapkan toko untuk keesokan hari. Pelaku terburuk adalah mereka yang baru keluar lewat dari jam tutup, lalu pura-pura terkejut dengan jam operasional yang sebenarnya mereka ketahui.

2. Tipe yang Selalu Meminta "Tolong Cek di Gudang Belakang"

Pelanggan seringkali menganggap gudang belakang sebagai tempat ajaib yang penuh dengan stok barang, ukuran, dan warna apa pun yang mereka butuhkan. Kenyataannya, gudang seringkali merupakan ruang penyimpanan sempit dengan tumpukan kotak tinggi yang udaranya pengap dan berbau kardus. Permintaan untuk "mengecek di gudang" terasa seperti ketidakpercayaan, terutama setelah karyawan menjelaskan bahwa semua stok yang tersedia sudah ada di lantai toko. Karyawan retail pasti akan dengan senang hati menjual barang jika memang masih ada stoknya di gudang, mereka tidak menyembunyikan inventaris hanya karena iseng semata.

3. Pembeli yang Membiarkan Barang Tergeletak Sembarangan

Tipe pelanggan ini membawa sebuah produk, lalu kehilangan minat pada barang itu, dan membiarkannya begitu saja di rak mana pun yang mereka suka. Hal ini menciptakan kekacauan, seperti ketika seseorang meletakkan minuman beku di atas tumpukan sweater mahal atau menyembunyikan makanan sisa di balik pajangan celana jeans. Perilaku ini sangat menjatuhkan moral sebab karyawan menghabiskan waktu merapikan dan menata pajangan, namun pelanggan memperlakukan kerja keras itu seolah tidak berarti sama sekali. Aturan emas di retail sangat sederhana, yaitu jika Anda mengambilnya, tolong kembalikan ke tempat semula atau berikan kepada karyawan yang bertugas.

4. Negosiator yang Minta Diskon karena Barang Sedikit Kusut

Toko retail bukanlah pasar loak, namun beberapa pelanggan melihat sedikit kerutan atau label yang bengkok sebagai peluang untuk melakukan tawar-menawar harga. Mereka meminta diskon besar hanya karena alasan sepele, seperti T-shirt yang terlipat dengan "cara yang aneh" atau kotak produk yang sedikit penyok di ujungnya. Meminta potongan harga karena ketidaksempurnaan kecil menempatkan karyawan dalam posisi yang sulit sebab mereka tidak memiliki wewenang untuk menentukan harga. Karyawan melihat orang-orang ini sebagai individu yang mencoba mengambil keuntungan dari keterbatasan wewenang mereka, bukan sebagai pembeli yang cerdas.

5. Pelanggan yang Minta Cek Online tapi Tidak Mau Melakukannya Sendiri

Skenario ini adalah neraka retail modern, di mana pelanggan datang dengan ponsel di tangan dan meminta karyawan mencarikan barang yang mereka lihat secara online. Mereka sering tidak tahu nama, kode, ukuran, atau bahkan warna item yang diinginkan, kadang hanya menunjukkan tangkapan layar buram dari bertahun-tahun lalu. Pelanggan ini akan asyik bermain ponsel sementara karyawan panik mencari informasi di sistem, menghubungi toko lain, dan menyegarkan layar inventaris. Setelah karyawan berhasil menemukan dan memberi tahu barangnya habis, mereka justru berkata, "Oh, baiklah, saya akan memesannya online saja," padahal itu bisa mereka lakukan sejak awal tanpa bantuan.

6. Pembeli yang Sengaja Membuat Kekacauan dan Membiarkan Karyawan Membersihkannya

Pelanggan ini meninggalkan sepuluh pakaian yang sudah dicoba dalam keadaan terbalik di lantai ruang pas, atau membuka kemasan tertutup hanya untuk "memeriksa" isinya, lalu meninggalkannya begitu saja. Orang tua yang membiarkan anak-anak menyebarkan mainan ke mana-mana dengan alasan "itu kan tugas karyawan" juga termasuk dalam kategori ini. Ketika Anda meninggalkan kekacauan, Anda secara tersirat menyampaikan bahwa waktu Anda lebih berharga daripada waktu karyawan. Pelanggan terbaik adalah mereka yang setidaknya berusaha merapikan atau meminta maaf atas kekacauan yang sudah mereka buat di toko.

7. Si "Karen", atau Orang Berhak yang Suka Menyalahkan Karyawan

Tipe pelanggan ini yakin bahwa alam semesta berputar di sekitar mereka, lalu mereka menjadi marah karena masalah seperti diskon yang berakhir atau antrean yang terlalu panjang. Mereka akan mencari seseorang untuk disalahkan, dan biasanya sasaran empuknya adalah karyawan yang digaji minimum di balik meja kasir. Penulis pernah dimarahi habis-habisan oleh seorang wanita yang ingin meminta pengembalian uang, kartu hadiah, dan permintaan maaf karena pesanan online-nya terlambat satu di antara hari saja. Meskipun kebaikan hati tidak selalu memperbaiki kesalahan, itu akan mengubah cara kesalahan itu ditangani dan diselesaikan.

8. Penghina yang Mengatakan "Saya Cuma Bercanda Kok"

Tipe pelanggan ini membuat lelucon yang seringkali bertujuan menghina, dan menyamarkannya sebagai humor yang ditujukan kepada karyawan di hadapannya. Komentar seperti "Wajahmu kelihatan lelah, habis begadang ya?" atau "Pasti seru ya melipat baju seharian," mungkin terdengar tidak berbahaya bagi yang mengatakannya. Komentar-komentar seperti itu justru mengikis semangat karena para pekerja retail adalah manusia, banyak dari mereka adalah pelajar, seniman, atau orang tua yang bekerja keras. Anda dapat mengetahui karakter seseorang dari bagaimana mereka memperlakukan pekerja retail, sebab bersikap baik kepada kasir membutuhkan karakter yang baik.

Setelah bertahun-tahun bekerja, penulis belajar bahwa karyawan retail tidak mengharapkan pelanggan yang sempurna; mereka mengerti jika pembeli sedang terburu-buru atau lelah. Namun, yang sangat dihargai dan membuat shift kerja menjadi lebih tertahankan adalah pelanggan yang menyapa sebelum meminta sesuatu, memperlakukan karyawan seperti manusia, dan mengucapkan terima kasih dengan tulus. Intinya, satu di antara bagian tersulit dalam pekerjaan retail bukanlah jam kerja yang panjang atau gaji kecil, melainkan kerja emosional tak terlihat yang menuntut keseimbangan antara empati dan batasan diri. Jadi, jadilah pelanggan yang penuh perhatian sebab kebaikan Anda akan selalu diingat oleh para pekerja retail.

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #etika #berbelanja #sering #terabaikan #perilaku #pelanggan #yang #tanpa #sadar #paling #dibenci #oleh #karyawan

KOMENTAR