



Mengapa Ada Orang Rajin dan Malas? Begini Penjelasan Ilmiah dari Otak hingga Genetikanya
Pernahkah Anda merasa kagum pada seseorang yang tampak selalu bersemangat, disiplin, dan produktif, sementara Anda sulit menjaga motivasi bahkan untuk hal-hal kecil?
Fenomena “rajin” dan “malas” sering kali dianggap sebagai hasil dari niat atau kemauan pribadi.
Namun, sains menunjukkan bahwa hal ini jauh lebih kompleks daripada sekadar kemauan.
Menurut psikologi kepribadian modern, perilaku rajin dan malas tidak hanya ditentukan oleh lingkungan atau kebiasaan, tetapi juga oleh struktur otak dan faktor genetik yang sudah tertanam sejak lahir.
Artinya, sebagian besar kecenderungan untuk menjadi disiplin atau santai sudah tertulis di dalam DNA Anda.
Menariknya, baik sifat rajin maupun malas tidak selalu berarti baik atau buruk.
Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tergantung konteksnya.
Untuk memahami hal ini lebih dalam, mari kita bahas 3 faktor utama yang membentuk tingkat kerajinan seseorang menurut sains dilansir dari YouTube Satu Persen - Indonesian Life School.
1. Struktur Otak dan Peran Prefrontal Cortex
Dalam dunia psikologi, sifat rajin sering kali dikaitkan dengan tingkat conscientiousness, yaitu dimensi kepribadian yang mencerminkan ketekunan, kedisiplinan, dan rasa tanggung jawab seseorang.
Studi neurosains menunjukkan bahwa bagian otak bernama prefrontal cortex berperan penting dalam hal ini.
Bagian otak ini mengatur perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengendalian diri.
Penelitian menemukan bahwa individu dengan volume prefrontal cortex yang lebih besar cenderung memiliki tingkat conscientiousness yang tinggi.
Mereka lebih mudah fokus, terorganisir, dan mampu menunda kesenangan demi mencapai tujuan jangka panjang.
Dengan kata lain, otak mereka lebih “terlatih” dalam mengatur prioritas dan mengontrol dorongan impulsif.
Sebaliknya, orang yang memiliki struktur otak berbeda mungkin lebih impulsif, mudah terdistraksi, dan sulit mengikuti rutinitas.
Namun, hal itu bukan berarti mereka tidak bisa sukses.
Orang dengan pola otak seperti ini sering kali lebih kreatif, spontan, dan mampu beradaptasi cepat terhadap perubahan kualitas yang sangat berharga dalam lingkungan yang dinamis.
2. Pola Pikir: Antara Overthinking dan Fokus pada Reward
Selain struktur otak, pola pikir memainkan peran penting dalam menentukan apakah seseorang terlihat rajin atau malas.
Banyak orang yang sebenarnya memiliki niat kuat untuk berubah, tetapi terjebak dalam overthinking.
Mereka terlalu fokus pada kesulitan proses bukan pada hasil atau reward yang akan diperoleh setelah berjuang.
Misalnya, seseorang ingin rutin berolahraga, tetapi selalu membayangkan betapa melelahkannya berlari pagi, mengatur pola makan, dan pergi ke gym.
Akibatnya, niat itu tak kunjung diwujudkan.
Mereka lupa bahwa di ujung usaha tersebut ada manfaat besar: tubuh sehat, pikiran segar, dan rasa percaya diri yang meningkat.
Untuk keluar dari perangkap ini, ubahlah cara pandang Anda.
Alih-alih fokus pada hambatan, latih otak untuk memusatkan perhatian pada hasil positif yang ingin dicapai.
Pendekatan berbasis reward ini terbukti mampu menstimulasi motivasi alami manusia dan meningkatkan produktivitas jangka panjang.
3. Genetika dan Faktor Warisan Kepribadian
Faktor ketiga yang tak kalah penting adalah genetika. Sebuah studi terhadap ribuan pasangan anak kembar di dunia menunjukkan bahwa sekitar 41–44% perbedaan tingkat conscientiousness dipengaruhi oleh genetik.
Artinya, hampir separuh kecenderungan seseorang untuk rajin atau malas diwariskan secara biologis dari orang tua.
Namun, bukan berarti Anda tidak bisa mengubah diri.
Faktor lingkungan, pengalaman hidup, dan pola asuh tetap memainkan peran besar dalam membentuk perilaku.
Misalnya, anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menanamkan nilai tanggung jawab dan disiplin cenderung memiliki kebiasaan positif meskipun faktor genetiknya tidak mendukung.
Yang terpenting adalah mengenali kecenderungan alami Anda dan menyesuaikannya dengan bidang yang tepat.
Jika Anda tipe yang tidak suka rutinitas kaku, bukan berarti gagal.
Justru Anda bisa unggul di bidang yang dinamis seperti seni, bisnis kreatif, atau pekerjaan yang menuntut adaptasi tinggi.
Dengan memahami diri sendiri, Anda tidak perlu memaksa menjadi orang lain untuk bisa sukses.
***
Tag: #mengapa #orang #rajin #malas #begini #penjelasan #ilmiah #dari #otak #hingga #genetikanya