Fenomena Sleep Call: Tanda Sayang atau Kebiasaan Buruk yang Berisiko pada Kesehatan?
Ilustrasi seseorang tertidur setelah melakukan sleep call. (Freepik)
03:00
15 Oktober 2025

Fenomena Sleep Call: Tanda Sayang atau Kebiasaan Buruk yang Berisiko pada Kesehatan?

 

 – Di era digital, kebutuhan untuk tetap terhubung sering kali mengalahkan kebutuhan untuk beristirahat.

Salah satu bentuk nyata dari fenomena ini adalah sleep call, kebiasaan menelepon atau melakukan panggilan video hingga tertidur bersama.

Praktik ini belakangan populer di kalangan anak muda, baik pasangan romantis maupun teman dekat, sebagai bentuk keintiman baru di tengah keterbatasan jarak.

Secara psikologis, sleep call berakar pada kebutuhan manusia untuk merasa didampingi. Menurut penelitian Arsy & Rahmawati (2023), kebiasaan ini tidak hanya tentang komunikasi, tetapi juga menjadi bentuk emotional reassurance atau cara untuk mengurangi rasa sepi, cemas, atau kesepian sebelum tidur.

Dalam hubungan romantis, pasangan yang melakukan sleep call merasa lebih dekat dan aman karena kehadiran suara atau gambar pasangan memberikan rasa tenang layaknya tidur bersama di ruang yang sama.

Namun dari sisi kesehatan, kebiasaan ini tidak sepenuhnya tanpa risiko. Henry dan Tjhin (2024) melakukan survei terhadap 193 responden di Indonesia dan menemukan bahwa lebih dari 50% responden mengalami gangguan tidur, seperti sulit tidur atau insomnia ringan, akibat panggilan telepon atau video di malam hari.

Sebagian besar melakukan panggilan pada pukul 22.00 hingga lewat tengah malam, bahkan ada yang sampai dini hari.

Gangguan yang dilaporkan meliputi rasa kantuk di pagi hari, kualitas tidur menurun, hingga gangguan konsentrasi keesokan harinya.

Gangguan tidur ini tidak hanya disebabkan oleh lamanya panggilan, tetapi juga oleh faktor teknologi.

Henry & Tjhin mencatat bahwa perangkat yang panas, suara bising dari koneksi, dan paparan cahaya layar menambah stimulasi sensorik ketika tubuh seharusnya bersiap beristirahat.

Hal ini sejalan dengan temuan Alimoradi (2022) yang menunjukkan bahwa penggunaan perangkat digital menjelang tidur dapat menurunkan produksi melatonin, hormon pengatur siklus tidur, sekaligus meningkatkan risiko stres dan kelelahan mental.

Fenomena sleep call juga memiliki kesamaan pola dengan kondisi “on-call” yang diteliti Ziebertz. (2017).

Dalam eksperimennya, individu yang berada dalam kondisi on-call—yakni harus siap menerima panggilan kapan pun di malam hari—mengalami tidur yang lebih dangkal dan terfragmentasi.

Meskipun sleep call dilakukan atas keinginan sendiri dan bukan kewajiban kerja, kondisi psikologis “tetap terhubung” atau “tidak boleh menutup telepon” menciptakan tingkat kewaspadaan serupa yang menghambat tidur pulas.

Dari perspektif perilaku, sleep call juga dapat memunculkan bentuk ketergantungan emosional.

Jika seseorang mulai merasa sulit tidur tanpa panggilan dari pasangan, hal ini menandakan munculnya sleep association yang tidak sehat yakni otak hanya bisa rileks dalam kondisi tertentu.

Dalam jangka panjang, ini dapat menurunkan kemandirian emosional dan mengganggu pola tidur alami.

Meski demikian, sleep call tidak harus selalu dipandang negatif. Seperti yang dijelaskan Arsy & Rahmawati (2023), praktik ini juga bisa menjadi bentuk komunikasi suportif selama dilakukan dengan kesadaran dan batas yang sehat.

Dengan pengaturan waktu dan kesadaran yang tepat, aktivitas ini tetap bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk menjaga kedekatan tanpa mengorbankan kesehatan.

Tapi jangan khawatir, berikut beberapa tips agar sleep call tetap nyaman dan tidak merusak pola tidur kamu:

  1. Batasi durasi panggilan malam
    Usahakan sleep calltidak berlangsung lebih dari satu jam. Panggilan yang terlalu lama dapat memperpanjang waktu terjaga dan mengganggu ritme tidur alami.
  2. Hindari posisi layar terlalu dekat dengan wajah
    Paparan cahaya biru dari layar ponsel bisa menekan produksi melatonin—hormon yang membantu tubuh merasa mengantuk. Menjauhkan layar beberapa sentimeter dapat membantu otak lebih cepat rileks.
  3. Aktifkan mode malam atau fitur Do Not Disturb
    Fitur ini meminimalkan gangguan suara, getar, dan notifikasi selama tidur. Dengan begitu, tidur menjadi lebih tenang dan tidak mudah terbangun di tengah malam.
  4. Ciptakan rutinitas tidur yang konsisten
    Tentukan waktu tidur dan bangun yang sama setiap hari. Jadwalkan sleep callsebelum jam tidur utama agar tubuh tetap mengenali waktu istirahatnya.
  5. Tutup panggilan sebelum benar-benar tertidur
    Matikan panggilan saat mulai mengantuk agar ponsel tidak aktif semalaman. Ini mencegah gangguan dari suara, cahaya, atau panas perangkat.
  6. Gunakan alarm lembut untuk membatasi waktu
    Atur pengingat atau alarm tenang untuk menandai waktu berakhirnya sleep call, supaya tidak terlena dan tidur tetap cukup.

Selain itu, penting juga untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan emosional dan kesehatan fisik. Tidur yang cukup bukan hanya soal durasi, tetapi juga kualitas dan kedalaman istirahat.

Tubuh dan otak membutuhkan waktu bebas stimulus untuk melakukan proses pemulihan fisiologis dan konsolidasi memori.

Dengan demikian, menjaga batas dalam sleep call bukan berarti mengurangi keintiman, melainkan memastikan keduanya, antara koneksi emosional dan kesehatan tidur dapat berjalan beriringan.

Fenomena sleep call menunjukkan bagaimana teknologi telah membentuk ulang cara manusia menjalin kedekatan.

Di satu sisi, ia menjadi simbol kedekatan dan perhatian di era jarak digital. Namun di sisi lain, kebiasaan ini menantang batas biologis manusia yang tetap membutuhkan tidur berkualitas.

 

Editor: Bayu Putra

Tag:  #fenomena #sleep #call #tanda #sayang #atau #kebiasaan #buruk #yang #berisiko #pada #kesehatan

KOMENTAR