



Empty Nest Syndrome Berperan Besar pada Grey Divorce, Ini Kata Psikolog
- Empty nest syndrome disebut berperan besar dalam grey divorce. Benarkah?
Grey divorce adalah perceraian yang dihadapi pasangan berusia lebih dari 50 tahun, dengan masa pernikahan lebih dari 20 tahun. Sementara itu, empty nest syndrome adalah keadaan ketika seseorang merasa sepi ketika ditinggal anaknya yang sudah dewasa untuk menikah dan/atau bekerja.
“Empty nest syndrome biasanya ditandai dengan perasaan kosong, kehilangan, atau bisa juga disertai rasa cemas, gelisah, dan menganggap tidak memiliki tujuan,” ujar psikolog klinis dewasa, Diandra Ayu Citi Wardhani, M.Psi. kepada Kompas.com, Rabu (8/10/2025).
Psikolog yang berpraktik di lembaga Ibunda.id dan Pusat Penguatan Karakter dan Konseling (P2K2) Universitas Padjadjaran ini menuturkan, empty nest syndrome bisa saja memengaruhi grey divorce.
Sebab, perasaan kehilangan ini bisa muncul pada individu yang selama ini terbiasa merawat dan menemani anak tumbuh, yang mana selama ini hal tersebut merupakan fokus utama mereka.
Ketika anak sudah tumbuh dewasa, orangtua bisa “meragukan” apa yang sebenarnya menjadi fokus utama dalam pernikahan.
“Terutama ketika ada masalah dalam hubungan pernikahan yang selama ini belum terselesaikan dengan efektif,” terang Diandra yang juga berpraktik di Telkom University.
Empty nest syndrome pengaruhi grey divorce, masalah identitas diri?
Empty nest syndrome disebut berperan besar pada grey divorce atau perceraian ketika masa pernikahan menginjak usia 20 tahunan. Benarkah?
Empty nest syndrome berkaitan dengan masalah identitas diri. Sebab, pernikahan yang dijalani selama puluhan tahun bukanlah "pernikahan", melainkan peran pasangan sebagai "ayah" dan "ibu".
Ketika memiliki anak, fokus pasangan lebih tertuju pada merawat dan mendidik anak karena peran tersebut.
Saat anak sudah dewasa dan pisah rumah, " ayah" dan "ibu" kebingungan, terutama jika pernikahan langsung dikaruniai anak. Sebab, artinya mereka menggunakan identitas itu untuk waktu yang sangat lama.
“Sebagai ‘suami’ dan ‘istri’ mereka kelimpungan (setelah anak pisah rumah), menjadi enggak cukup memahami dan menyadari peran sebagai suami dan istri,” kata Diandra.
Ketika tidak saling memahami, ditambah komunikasi yang terjalin tidak cukup baik dan jarang langsung menyelesaikan konflik, akan muncul konflik baru.
Hal ini bisa berujung pada konflik berkepanjangan dan menjadi bom waktu, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai.
Empty nest syndrome bikin kebingungan
Empty nest syndrome disebut berperan besar pada grey divorce atau perceraian ketika masa pernikahan menginjak usia 20 tahunan. Benarkah?
Psikolog klinis sekaligus pendiri Cup of Stories, Fitri Jayanthi, M.Psi., mengingatkan bahwa empty nest syndrome adalah fenomena yang nyata, bukan kiasan belaka.
“Mereka sudah puluhan tahun berperan sebagai ‘orangtua’. Ketika anak sudah dewasa, keluar dari rumah, dan punya kehidupan sendiri, mereka kehilangan peran itu. Mereka kehilangan identitas,” ucap Fitri, Selasa (7/10/2025).
Kehilangan identitas bisa membuat orangtua kebingungan. Mereka mempertanyakan siapa diri mereka kini anak telah punya kehidupan sendiri, ditambah kebiasaan mereka pun berubah.
Sebelum punya anak, suami dan istri punya kebiasaan yang saling berkaitan. Saat punya anak, mereka punya kebiasaan masing-masing dengan anak. Dan hal ini berlangsung cukup lama.
Saat anak sudah pisah rumah, mereka harus kembali ke kebiasaan sebelum punya anak, ketika masih berdua. Jangka waktu yang sangat lama bisa membuat keduanya merasa ‘asing’ untuk kembali beraktivitas berdua.
Manfaatkan waktu untuk dekat kembali
Empty nest syndrome disebut berperan besar pada grey divorce atau perceraian ketika masa pernikahan menginjak usia 20 tahunan. Benarkah?
Pasangan suami dan istri tidak perlu berlarut-larut dalam kekosongan ketika anak sudah pisah rumah. Justru mereka bisa memanfaatkan momen ini untuk dekat kembali.
“Di momen ini, perlu sekali untuk menciptakan kelekatan kembali antara suami dan istri. Apalagi di usia lanjut, masalah terbesar di usia itu adalah kesepian,” kata Fitri.
Kesepian adalah ketika seseorang merasa tidak dilihat, didengar, dan dipahami oleh orang lain.
Untuk menghindari kesepian di rumah saat bersama pasangan, keduanya harus saling belajar untuk kembali melihat, mendengar, dan memahami satu sama lain sebagai ‘suami’ dan ‘istri’.
"Karena sudah terlalu lama berperan sebagai orangtua dan mungkin mulai lupa atau meninggalkan peran sebagai suami dan istri, terkadang pasangan suka lupa untuk saling melihat, mendengar, dan memahami,” ucap Fitri.
"Jadi, kalau ingin menghindari grey divorce, kita harus menghindari yang namanya kesepian. Belajar untuk saling melihat, mendengar, dan memahami satu sama lain,” pungkas dia.
Tag: #empty #nest #syndrome #berperan #besar #pada #grey #divorce #kata #psikolog