Memahami Karakter Orang yang Suka Stalking di Media Sosial, Apakah Merupakan Tanda Penyakit Mental?
Ilustrasi orang yang stalking di media sosial. (Freepik/gratispik)
10:34
10 Oktober 2024

Memahami Karakter Orang yang Suka Stalking di Media Sosial, Apakah Merupakan Tanda Penyakit Mental?

- Kita sering bercanda dengan teman-teman kita tentang ‘stalking’ profil mereka, yang biasanya tidak lebih dari sekadar menggeser foto mereka di media sosial dan melihat apa yang mereka lakukan. Hampir semua orang di media sosial melakukan ini sampai batas tertentu dan biasanya tidak berbahaya. Namun, cyberstalking sebenarnya adalah kejahatan serius yang dapat berakibat buruk bagi targetnya.

Jadi, apa yang dimaksud dengan ‘stalking’ dan pada titik manakah batas antara scrolling media sosial biasa dan aktivitas berbahaya yang telah dilampaui batas? Selain itu, apa yang diinginkan stalker dari korbannya dan mengapa mereka melakukannya?

Dilansir JawaPos.com dari laman FHE Health Restore, seorang psikolog menyebutkan bahwa perilaku stalker itu rumit dan motivasinya bisa sangat beragam.

Beberapa orang mungkin merasa bahwa stalking di media sosial tidak terlalu berbahaya dibandingkan menguntit di dunia nyata, tetapi hal ini tidak selalu benar. Selain itu, seseorang yang melakukan penguntitan di dunia maya mungkin memiliki penyakit mental yang mendasari perilakunya.

Penguntitan di media sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Sering kali, cyberstalking dimulai dengan hal yang sederhana, seperti mengirimkan beberapa pesan, makian, atau bahkan meninggalkan ulasan palsu untuk sebuah bisnis.

Dalam banyak kasus, seseorang akan berpura-pura menjadi orang lain untuk melakukan stalking. Hal ini dikenal sebagai ‘catfishing’ dan dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi atau uang, membangun hubungan, atau sekadar menyakiti orang lain.

Faktor yang menyebabkan seseorang melakukan stalking di media sosial

Penting untuk menyadari bahwa tidak ada yang namanya ‘stalker biasa.’ Menguntit adalah perilaku yang terkait dengan banyak gangguan, salah satu penemuan penting mengenai psikologi penguntitan adalah bahwa hal itu sering kali merupakan perilaku obsesif.

Ini berarti bahwa penguntitan berasal dari dorongan yang tidak terkendali yang terus-menerus dan berulang. Obsesi ini mungkin berasal dari delusi, seperti delusi yang disebabkan oleh gangguan psikologis.

Media sosial menghadirkan peluang unik untuk seseorang melakukan stalking, namun banyak penguntit bahkan tidak menyadari bahwa tindakan mereka merugikan orang lain. Sementara korban mungkin merasa tidak nyaman dengan masuknya orang asing secara tiba-tiba.

Kaitan antara perilaku obsesif dan kesehatan mental

Perilaku obsesif muncul dari pikiran atau dorongan yang terus-menerus, berulang, dan tidak diinginkan. Kebanyakan orang mengaitkan perilaku ini dengan kondisi seperti gangguan obsesif-kompulsif, tetapi perilaku ini memiliki kaitan dengan berbagai masalah kesehatan mental.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mayoritas cyberstalker menunjukkan ciri-ciri yang sesuai dengan gangguan kepribadian. Kondisi ini memengaruhi cara seseorang berpikir dan berperilaku, yang berarti mereka tidak menyadari bahwa tindakan mereka tidak lazim.

Perilaku obsesif, termasuk cyberstalking, dan kondisi kesehatan mental yang menyertainya bukanlah kegagalan moral, tetapi masalah yang dapat didiagnosis dan dikelola. Namun, mencari bantuan bisa jadi sulit.

Seringkali orang dengan obsesi ini tidak menyadari bahwa pikiran mereka tidak biasa. Ditambah lagi, obsesi atau perilaku yang ditimbulkannya bisa memalukan, sehingga mencari bantuan menjadi hal yang dihindari.

Editor: Edy Pramana

Tag:  #memahami #karakter #orang #yang #suka #stalking #media #sosial #apakah #merupakan #tanda #penyakit #mental

KOMENTAR