Kecanduan Gawai Mirip Kecanduan Narkoba
TANPA GAWAI: Terapis Klinik Gangguan Belajar RS Menur memberikan pendampingan kepada pasien anak di ruang okupansi beberapa waktu lalu. (ALLEX QOMARULLA/JAWA POS)
17:48
28 Januari 2024

Kecanduan Gawai Mirip Kecanduan Narkoba

- Perubahan perilaku masyarakat pada era digital mengantarkan generasi muda pada banyak kebiasaan baru. Salah satunya adalah lekat pada gawai. Segala tanya seolah-olah bisa terjawab di internet yang dengan mudah dapat diakses lewat ponsel dan laptop.

Pada anak dan remaja, fenomena tersebut berdampak serius. Khususnya pada perilaku dan konsentrasi belajar mereka. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Provinsi Jawa Timur termasuk yang responsif terhadap dampak-dampak negatif kelekatan anak dan remaja pada gawai tersebut. Klinik Gangguan Belajar menawarkan solusi bagi anak dan remaja yang mengalami masalah mental akibat tak bisa membatasi kelekatan mereka pada gawai.

”Kami telah menyiapkan ruang rawat inap jiwa untuk anak dan remaja. Ini baru kami launching pada Desember 2023,” kata Direktur Utama RSJ Menur Vitria Dewi pada Jumat (26/1).

Periode 5 Desember 2023 sampai 26 Januari 2024, RSJ Menur merawat inap 25 anak dan remaja dengan rentang usia 10–18 tahun. Sebanyak 36 persen di antaranya harus dirawat karena kecanduan gadget. Jumlah itu belum termasuk yang rawat jalan.

Kecanduan gawai jenisnya beragam. Di antaranya, media sosial (medsos), games daring, cybersex dan cyberporn, serta belanja dan judi online. ”Ada yang datang dengan sexual online behaviour. Dia berteman dan berakhir dengan mencari kepuasan seksual melalui medsos. Ada yang sudah dalam kondisi gangguan jiwa berat, melantur karena belajar ilmu tertentu dari medsos. Yang bahaya kalau mereka terjerat cyberporn,” beber Psikiater Konsultan Anak dan Remaja RSJ Menur dr Ivana Sajogo SpKJ (K) kepada Jawa Pos.

Apa saja ciri-ciri anak dan remaja yang kecanduan gawai? Pelajar, menurut Ivana, malas bersekolah atau mengerjakan tugas karena sibuk bermain gadget pada malam harinya. Beberapa yang datang ke Klinik Gangguan Belajar mengeluhkan ketidakmampuan mereka untuk berkonsentrasi saat pembelajaran. Akibatnya, mereka sering ditegur guru.

”Anaknya di kelas melamun terus. Ternyata tiap malam melakukan video call seks di banyak aplikasi. Ada yang tidak ketahuan kecanduannya tiba-tiba datang dengan orientasi seks menyimpang,” ungkapnya.

Kerja otak yang kecanduan gawai, disebutkan Ivana, mirip kecanduan narkoba. Karena itu, neurotransmiternya perlu direm dengan obat. Tentu dengan lebih dulu dilakukan skrining lewat wawancara dan asesmen.

Gangguan kecanduan gawai sangat mungkin berulang. Jadi, diperlukan kerja sama semua pihak untuk menyelamatkan kesehatan mental anak dan remaja. (lai/c14/hep)

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #kecanduan #gawai #mirip #kecanduan #narkoba

KOMENTAR