Idul Adha 2025: Boleh Gak Sih Potong Rambut Sebelum Kurban? Ini Kata Ulama
Hukum Mencukur Rambut Sebelum Penyembelihan Kurban (Unsplash)
19:17
1 Mei 2025

Idul Adha 2025: Boleh Gak Sih Potong Rambut Sebelum Kurban? Ini Kata Ulama

Hukum mencukur rambut sebelum penyembelihan kurban selalu menjadi pembahasan hangat di setiap menjelang perayaan Idul Adha. Sebab, para ulama memiliki pendapat yang berbeda mengenai ketentuannya. Sehingga, penting bagi muslim yang ingin berqurban mengetahui ketentuan tersebut agar qurban yang dilakukan diterima oleh Allah SWT.

Sebagaimana diketahui, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah secara resmi telah menetapkan Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah yang jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025. Penetapan tersebut dilakukan berdasarkan Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2025 terkait Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1446 H.

Sementara itu, pemerintah belum mengumumkan tanggal peringatan Idul Adha 2025. Biasanya, pemerintah baru menetapkan Idul Adha setelah melaksanakan sidang isbat.

Hari Raya Idul Adha sejaligus menjadi momen bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah qurban. Hukum berqurban di dalan Islam adalah sunnah muakad atau sangat dianjurkan bagi orang-orang yang telah memenuhi syarat. Dalam melaksanakannya, terdapat beberapa aturan yang perlu dipenuhi oleh orang yang hendak berqurban atau mudhohi.

Berbagai aturan ini berkaitan dengan hewan yang di sembelihan, tata cara penyembelihan, hingga hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan  saat akan berqurban. Termasuk terkait pemotongan rambut atau kuku.

Hukum Mencukur Rambut Sebelum Penyembelihan Kurban

Melansir dari NU Online, perbedaan pendapat mengenai hukum potong rambut sebelum Idul Adha bermula dari hadits riwayat Ummu Salamah. Di mana para ulama memiliki perbedaan tafsir terkait hadits tersebut. Dalam hadits itu menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah berkata sebagai berikut.

إذا دخل العشر من ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضحي فلا يمس من شعره ولا بشره شيئا حتى يضحي

Artinya: Apabila sepuluh hari pertama Dzulhijah telah masuk dan seorang di antara kamu hendak berkurban, maka janganlah menyentuh rambut dan kulit sedikit pun sampai (selesai) berkurban.

Dari hadits itu kemudian, muncul dua pandangan yang berbeda dari para ulama mengenai larangan memotong rambut dan kuku menjelang Hari Raya Idul Adha atau Lebaran Haji. Selengkapnya simak uraian berikut.

1. Pendapat Pertama

Pendapat pertama menyatakan bahwa hadist di atas memiliki maksud larangan Nabi untuk tidak memotong rambut atau kuku bagi orang yang ingin berkurban. Larangan ini dimulai dari sejak awal sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Itu artinya, mudhohi diperbolehkan untuk mencukur rambut atau memotong kukunya setelah selesai kurban.

Kemudian, tafsiran ini lantas melahirkan tiga pandangan baru, antara lain yaitu sunnah, makruh, dan haram apabila dilakukan. Mula Al-Qari dalam Mirqatul Mafatih menyimpulkan.

الحاصل أن المسألة خلافية، فالمستحب لمن قصد أن يضحي عند مالك والشافعي أن لا يحلق شعره، ولا يقلم ظفره حتي يضحي، فإن فعل كان مكروها. وقال أبو حنيفة: هو مباح ولا يكره ولا يستحب، وقال أحمد: بتحريمه

Artinya, “Intinya ini masalah khilafiyah: menurut Imam Malik dan Syafi’i disunahkan tidak memotong rambut dan kuku bagi orang yang berkurban, sampai selesai penyembelihan. Bila dia memotong kuku ataupun rambutnya sebelum penyembelihan dihukumi makruh. Sementara Abu Hanifah berpendapat memotong kuku dan rambut itu hanyalah mubah (boleh), tidak makruh jika dipotong, dan tidak sunah pula bila tidak dipotong. Adapun Imam Ahmad mengharamkannya".

Tak sampai di situ, ada juga yang berpendapat jika larangan potong rambut dan kuku ini disamakan dengan orang yang sedang ihram. Itu artinya, selama sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah umat Islam yang ingin berkurban tidak dibolehkan untuk potong rambut dan kuku sebagaimana halnya orang ihram. Pendapat dempat dikritik oleh beberapa kalangan ulama lantaran analoginya tidak tepat. Imam An-Nawawi mengatakan sebagai berikut.

قال أصحابنا الحكمة في النهي أن يبقى كامل الأجزاء ليعتق من النار وقيل للتشبيه بالمحرم قال أصحابنا وهذا غلط لأنه لا يعتزل النساء ولا يترك الطيب واللباس وغير ذلك مما يتركه المحرم

Artinya, “Ulama dari kalangan madzhab kami mengatakan hikmah di balik larangan tersebut adalah agar seluruh anggota tubuh tetap ada/sempurna dan terbebas dari api neraka. Adapula yang berpendapat, karena disamakan (tasyabbuh) dengan orang ihram. Menurut ashab kami, pendapat ini tidak tepat, karena menjelang kurban mereka tetap boleh bersetubuh, memakai wangian, pakaian, dan tindakan lain yang diharamkan bagi orang ihram.

2. Pendapat Kedua

Pendapat kedua menafsirkan bahwa yang dilarang dalam hadits itu bukan memangkas rambut orang yang berkurban atay memotong kukunya, namun memotong bulu dan kuku hewan kurban. Sebab, bulu, kuku, dan juga kulit hewan kurban akan menjadi saksi di hari akhirat kelak.

Pendapat ini sebetulnya tidak cukup populer dalam kitab fikih, terutama fikih klasik. Oleh sebab itu, Mula Al-Qari menyebut jika pendapat ini gharib (aneh/unik/asing). Ia pun mengatakan dalam Mirqatul Mafatih.

وأغرب ابن الملك حيث قال: أي: فلا يمس من شعر ما يضحي به وبشره أي ظفره وأراد به الظلف

Artinya, “Ada pendapat gharib dari Ibnul Malak. Menurutnya, hadits tersebut berarti tidak boleh mengambil (memotong) bulu dan kuku hewan yang dikurbankan.”

Pandangan tersebut kemudian diperkuat oleh hadits riwayat al-Tirmidzi:

لصاحبها بكل شعرة حسنة

Artinya, “Bagi orang yang berkurban, setiap helai rambut (bulu hewan kurban) adalah kebaikan,” (HR At-Tirmidzi).

Berdasarkan pertimbangan dari dua hadits di atas, ulama Kiai Ali menyimpulkan jika yang dilarang Rasulullah itu bukan memotong rambut dan kuku orang yang berkurban, namun hewan kurbannya. Pasanya, rambut dan kuku hewan yang dikurbankan bisa menjadi saksi di akhirat kelak. Mendiang Kiai Ali mengatakan.

فالعلة في تحريم قطع الشعر والأظافر ليكون ذلك شاهدا لصاحبها يوم القيامة وهذا الإشهاد إنما يناسب إذا كان المحرم من القطع شعر الأضحية وأظافرها، لا شعر المضحى

Artinya, “’Illat larangan memotong rambut dan kuku ialah karena ia akan menjadi saksi di hari kiamat nanti. Hal ini tepat bila dikaitkan dengan larangan memotong  bulu dan kuku hewan kurban, bukan rambut orang yang berkurban.”

Adanya perbedaan pendapat mengenai tafsir hadits di atas merupakan upaya dari masing-masing ulama memahami sebuah dalil. Nah, yang perlu ditegaskan di sini yaitu onteks hadits di atas hanya tertuju bagi orang yang berkurban saja, bukan untuk semua umat Islam. Bagi orang yang tidak berkurban, tidak masalah jika ia ingin mencukur rambut atau memotong kukunya sebelum hari raya Idul Fitri.

Itulah penjelasan mengenai hukum mencukur rambut sebelum penyembelihan kurban. Semoga informasi ini bermanfaat dan menambah pemahaman kita terhadap ketentuan dalam menjalani ibadah kurban.

Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari

Editor: M. Reza Sulaiman

Tag:  #idul #adha #2025 #boleh #potong #rambut #sebelum #kurban #kata #ulama

KOMENTAR