



Dr. Martens 1460: Sepucuk Surat Cinta Berbentuk Sepatu Boot
- Pada tanggal 1 April 1960, sebuah pabrik kecil di Wollaston, Northamptonshire, Inggris, memulai produksi sepasang sepatu boot yang kelak akan menjadi ikon global. Sepatu itu adalah Dr. Martens 1460.
Namun, di balik namanya yang kini mendunia, ada sebuah kisah yang justru sederhana dan mengandung makna: “1460” adalah kode tanggal peluncurannya—1 April 1960, sesuai format penanggalan Inggris yang menempatkan hari terlebih dahulu, lalu bulan dan tahun.
Dan kini, 65 tahun setelah kelahiran sepatu boot pertamanya, Dr. Martens mempersembahkan 1460 Love Letter—sebuah edisi khusus yang disebut-sebut sebagai “surat cinta yang ditulis dalam kulit.” Bukan hanya sebagai perayaan, tetapi juga sebagai penghormatan terhadap akar sejarah, warisan craftsmanship, dan filosofi desain yang lambat dan penuh makna.
Jejak Subkultur dalam Sepasang Sepatu
Sejak awal kemunculannya, 1460 bukan hanya sekadar alas kaki. Ia menjelma menjadi simbol ekspresi diri bagi berbagai subkultur. Dari panggung punk yang bising, lorong gelap goth yang misterius, hingga semangat bebas grunge di tahun 90-an, sepatu ini hadir sebagai saksi dan bagian dari gerakan. Tak heran jika kolektor dan penggemarnya kerap menyebutnya sebagai identitas berjalan.
Meski sebagian besar produksi kini dilakukan di luar Inggris, Dr. Martens tetap menjaga api warisan tetap menyala melalui lini eksklusif Made in England. Di sinilah 1460 Love Letter menemukan bentuknya: dirancang, dipotong, dijahit, dan dirakit dengan tangan oleh para pengrajin berpengalaman di tempat kelahirannya dulu.
Dr. Martens 1460 edisi 65 tahun
“Sepatu Ini Dibuat untuk Ditemukan”
“Ini adalah puncak dari koleksi Made in England kami,” ungkap Adam Owen, Direktur Desain Global Dr. Martens. “Sepatu ini bukan hanya tentang nostalgia, tapi juga tentang merayakan perjalanan panjang yang terus hidup.”
Dari kejauhan, tampilan Love Letter mungkin terlihat identik dengan 1460 klasik. Tapi mendekatlah, dan Anda akan menemukan detail yang dirancang khusus untuk mereka yang “suka mengulik.” Owen menyebutnya sebagai discoverable design, atau desain yang mengundang eksplorasi.
Contohnya adalah tambahan garis jahitan baru di bagian quarter sepatu, terinspirasi dari sketsa desain arsip tahun 1960-an. “Kami ingin memberikan sentuhan ekstra yang bisa ditemukan oleh mereka yang benar-benar memperhatikan. Subtil, namun bermakna,” ujar Owen.
Bahan Kulit Klasik yang Dibuat untuk Berumur Panjang
Tidak berhenti di situ, setiap pasang 1460 Love Letter menggunakan kulit klasik berkualitas tinggi dari C.F. Stead—penyamak kulit legendaris asal Leeds yang terkenal dengan hasil kulit full-grain bermutu tinggi. Kulit warna oxblood ini tidak hanya mewah dalam tampilan, tapi juga fungsional: ia diperkaya dengan campuran lilin dan minyak alami yang akan membentuk patina unik seiring waktu, menjadikannya pribadi bagi setiap pemilik.
Setiap pasang juga menampilkan eyelet emas antik, tali sepatu bernuansa senada, dan label tumit yang dipotong dari kulit yang sama dengan bagian atas sepatu. Di bagian lidah sepatu, tercetak angka “1.4.60”—sebuah referensi langsung pada hari lahir sang legenda.
Dr. Martens 1460 edisi 65 tahun
Menghormati Masa Lalu Lewat Kerajinan Tangan
Yang membedakan 1460 Love Letter dari produk Dr. Martens lainnya adalah pendekatan “old world craftsmanship” atau kerajinan gaya lama. Tidak diproduksi secara massal, sepatu ini dibuat dengan tangan, satu per satu, menggunakan teknik konstruksi Goodyear welt yang terkenal akan daya tahannya.
Sol bawahnya menggunakan versi vintage Trans DMS outsole, yang terinspirasi langsung dari model-model terdahulu. Gabungan semua elemen ini menjadikan Love Letter bukan hanya sepasang sepatu, melainkan kapsul waktu yang menyimpan nilai sejarah, teknik, dan keindahan visual sekaligus.
Bukan Hanya untuk Disimpan—Tapi Untuk Dikenakan
Mengingat tampilannya yang mewah dan statusnya sebagai edisi terbatas, mungkin banyak yang tergoda untuk menyimpannya rapi di dalam kotak. Tapi Owen punya pandangan berbeda.
“Saya adalah pendukung berat desain lambat—desain yang menekankan pada detail halus dan niat yang jelas,” katanya. “Kami ingin sepatu ini menjadi warisan. Sebuah benda yang bisa diwariskan dari generasi ke generasi.”
Meski begitu, ia percaya bahwa nilai sejati sepatu ini muncul saat dikenakan. “Perjalanan yang kamu lalui bersama sepatu ini akan terlihat dari jejak yang tertinggal. Dan semakin lama, sepatu ini akan semakin indah.”
Di tengah maraknya mode cepat dan produksi massal, 1460 Love Letter adalah pengingat bahwa ada nilai dalam proses yang perlahan, dalam benda-benda yang dibuat dengan cinta, dan dalam warisan yang ingin terus hidup.
Bukan hanya sepasang sepatu, tetapi sebuah pernyataan bahwa gaya tak lekang oleh waktu, bahwa kisah hidup bisa dituliskan lewat lecet dan gores di permukaan kulit. Dan bahwa, mungkin, sepatu ini bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk anak cucu yang akan bertanya: “Ini sepatu siapa?”
Tag: #martens #1460 #sepucuk #surat #cinta #berbentuk #sepatu #boot