8 Frasa Orang yang Kurang Sopan Santun Menurut Psikologi, Banyak yang Tidak Menyadari!
Frasa orang yang kurang sopan santun menurut Psikologi. (Pexels/ RDNE Stock project)
10:28
7 Oktober 2024

8 Frasa Orang yang Kurang Sopan Santun Menurut Psikologi, Banyak yang Tidak Menyadari!

 

 Menurut Psikologi, ada daftar frasa yang sering digunakan oleh orang yang kurang sopan santun, meskipun banyak yang tidak menyadarinya. Kalimat ini mencerminkan kurangnya empati atau kesadaran sosial dalam berkomunikasi, yang bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman atau tidak dihargai.

Psikologi menunjukkan bahwa kata-kata yang diucapkan dengan nada atau konteks yang salah dapat dianggap kasar, meskipun mungkin tidak dimaksudkan demikian oleh pembicara. Orang yang kurang sopan cenderung menggunakan frasa yang terdengar meremehkan, memotong pembicaraan, atau tidak mempertimbangkan perasaan lawan bicara.

Meskipun hal ini sering kali tidak disengaja, dampaknya bisa cukup signifikan dalam hubungan sosial. Dikutip dari Hack Spirit pada Senin (7/10), dijelaskan bahwa setidaknya ada delapan frasa orang yang kurang sopan santun menurut Psikologi.

  1. Terserah

Kata “terserah” sering dilontarkan tanpa sadar dampaknya. Frasa ini bisa terdengar sangat menolak dan menutup pintu komunikasi. Mengucapkan “terserah” seolah mengatakan bahwa kamu tidak peduli dengan pendapat atau perasaan lawan bicara.

Meskipun mungkin dimaksudkan untuk menghindari konflik, efeknya justru bisa menyinggung. Alih-alih menggunakan kata ini, cobalah ungkapkan pikiran kamu dengan lebih santun dan penuh pertimbangan.

  1. Bukan urusanku

Pernyataan “Bukan urusanku” menunjukkan ketidakpedulian terhadap kesulitan orang lain. Ucapan ini tidak hanya memperlihatkan kurangnya tanggung jawab, tapi juga ketidakpekaan terhadap masalah yang dihadapi seseorang akibat tindakan kita.

Meski kita tidak selalu bisa menanggung beban orang lain, menjawab dengan kalimat ini bisa dianggap tidak berempati. Pendekatan yang lebih baik adalah menjelaskan mengapa kamu tidak bisa membantu, atau bahkan berusaha mencari solusi bersama-sama.

  1. Aku tidak punya waktu untuk ini

Mengatakan “Aku tidak punya waktu untuk ini” bisa membuat orang merasa tidak dihargai. Menariknya, studi dari Universitas California menemukan bahwa orang yang sering mengatakan dirinya “terlalu sibuk” atau “tidak punya waktu” justru cenderung dipandang penting.

Ini mungkin menjelaskan mengapa beberapa orang sering menggunakan ungkapan ini tanpa menyadari dampak negatifnya. Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki 24 jam yang sama setiap hari dan kita semua punya prioritas masing-masing.

Cara yang lebih bijak adalah mengatakan, “Saat ini aku sedang sibuk, bisakah kita membahasnya nanti?” Ini menunjukkan bahwa kamu menghargai masukan orang lain, namun perlu mengatur waktu dengan efektif.

  1. Jangan tersinggung, tapi...

Ungkapan “Jangan tersinggung, tapi...” sering digunakan sebagai pembuka untuk komentar yang berpotensi menyakiti atau mengecewakan seseorang. Masalahnya, dengan mengatakan “jangan tersinggung”, pembicara seolah merasa dibebaskan dari tanggung jawab atas dampak negatif dari ucapannya.

Padahal, frasa ini justru membuat pendengar semakin waspada akan datangnya komentar yang menyinggung. Lebih baik langsung dan santun dalam menyampaikan pendapat, tanpa perlu menggunakan kata-kata semacam itu.

Ingatlah, kesantunan adalah tentang menghormati dan mempertimbangkan perasaan orang lain dalam berkomunikasi.

  1. Memang aku orangnya begini

Kalimat “Memang aku orangnya begini” sering digunakan sebagai pembelaan diri ketika perilaku seseorang dipertanyakan. Meski penting untuk menjadi diri sendiri, menggunakan ungkapan ini sebagai alasan atas ketidaksopanan atau ketidakpekaan bisa sangat menyakitkan.

Kita memang unik dengan kepribadian dan kekhasan masing-masing. Namun, itu bukan berarti kita bebas mengabaikan perasaan atau pandangan orang lain.

Mengucapkan “Memang aku orangnya begini” bisa dianggap sebagai penolakan untuk berkembang atau berubah, bahkan ketika tindakan kita berdampak negatif pada orang lain. Sangat penting bagi kita untuk terus berusaha memperbaiki diri dan berempati dalam interaksi dengan sesama.

  1. Kamu terlalu sensitif

Mengatakan “Kamu terlalu sensitif” bisa terasa seperti penolakan terhadap perasaan dan pengalaman seseorang. Seolah-olah mengatakan bahwa emosi mereka tidak valid atau tidak penting.

Hal ini bisa sangat melemahkan semangat dan menyakitkan, terutama ketika seseorang sedang merasa rentan. Setiap orang berhak atas perasaannya, terlepas dari bagaimana orang lain memandangnya.

Alih-alih melabeli seseorang terlalu sensitif, lebih baik memvalidasi perasaan mereka dan menawarkan dukungan. Empati sangat penting dalam membangun rasa saling menghormati dan pengertian.

  1. Tenanglah

Menyuruh seseorang untuk “tenang” ketika mereka sedang kesal atau marah sering kali justru memiliki efek sebaliknya. Ini bisa terdengar meremehkan dan menggurui, membuat orang merasa seolah emosi mereka tidak sah.

Wajar jika emosi meningkat selama diskusi yang sengit atau situasi yang menegangkan. Namun, alih-alih menyuruh seseorang untuk tenang, lebih baik memberi mereka ruang untuk mengungkapkan perasaan atau menawarkan kenyamanan dan pengertian.

Ingat, bukan tentang mengendalikan emosi orang lain, tapi tentang menyediakan lingkungan yang aman dan penuh hormat untuk mengekspresikannya.

  1. Aku hanya bercanda

Frasa ini sering digunakan sebagai penutup ketika seseorang menyadari bahwa mereka telah mengatakan sesuatu yang mungkin melewati batas. Niatnya mungkin untuk mencairkan suasana, tapi dampaknya bisa sangat berbeda. Ini bisa membuat orang yang menerima merasa direndahkan atau tidak dihormati.

Penting untuk diingat bahwa selera humor berbeda-beda pada setiap orang. Apa yang tampak seperti lelucon tak berbahaya bagi satu orang, mungkin menyakiti atau menyinggung yang lain. Jadi, selalu berhati-hati dengan kata-kata kamu dan ingat, lelucon hanya lucu jika semua orang tertawa.

 

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #frasa #orang #yang #kurang #sopan #santun #menurut #psikologi #banyak #yang #tidak #menyadari

KOMENTAR