Menguak Cara Menjadi Pembicara Handal! Ucapkan Selamat Tinggal pada 9 Kebiasaan Umum Ini
ilustrasi seseorang yang berusaha menjadi pembicara handal/ Sumber foto: Freepik
07:10
27 September 2024

Menguak Cara Menjadi Pembicara Handal! Ucapkan Selamat Tinggal pada 9 Kebiasaan Umum Ini

Menjadi pembicara yang baik adalah keterampilan yang sangat berharga, baik dalam dunia profesional maupun personal.

Kemampuan berbicara dengan jelas, meyakinkan, dan berhubungan dengan audiens dapat membuka banyak peluang dan membantu menyampaikan pesan dengan efektif.

Namun, untuk mencapai ini, ada sejumlah kebiasaan buruk yang seringkali tanpa disadari dilakukan oleh banyak orang ketika berbicara di depan umum.

Dilansir dari Ideapod pada Jumat (27/9), jika Anda ingin menjadi pembicara yang lebih baik, penting untuk mengucapkan selamat tinggal pada sembilan kebiasaan umum berikut ini.

1. Terlalu Banyak Menggunakan Kata-Kata Pengisi

Kata-kata pengisi seperti "uh", "um", "jadi", "seperti", dan "sebenarnya" sering digunakan ketika seseorang berpikir tentang apa yang ingin mereka katakan berikutnya.

Penggunaan berlebihan kata-kata ini dapat membuat pembicaraan terdengar tidak yakin atau tidak teratur.

Untuk menjadi pembicara yang lebih baik, cobalah melatih diri untuk berbicara tanpa kata-kata pengisi. Ini bisa dimulai dengan memperlambat tempo bicara dan memberikan jeda singkat saat berpikir.

Solusinya adalah dengan berlatih berbicara secara sadar. Cobalah rekam diri sendiri saat berbicara dan dengarkan apakah Anda sering menggunakan kata pengisi.

Ketika Anda menyadari kecenderungan ini, secara bertahap Anda bisa belajar untuk mengurangi atau bahkan menghilangkannya dari kebiasaan berbicara Anda.

2. Tidak Mengatur Kontak Mata

Kontak mata yang tepat menunjukkan bahwa Anda terhubung dengan audiens Anda.

Sering kali, pembicara yang gugup cenderung menghindari kontak mata atau justru terlalu terpaku pada satu orang.

Kedua hal ini bisa membuat audiens merasa diabaikan atau tidak nyaman.

Untuk meningkatkan kontak mata, bagilah audiens Anda menjadi beberapa zona dan secara bergantian lihat ke setiap zona selama beberapa detik.

Ini membantu Anda untuk tetap terhubung dengan seluruh audiens tanpa harus terfokus pada satu orang saja.

3. Bicara Terlalu Cepat

Ketika seseorang gugup, mereka cenderung berbicara lebih cepat dari biasanya.

Hal ini sering kali membuat audiens kesulitan untuk mengikuti alur pembicaraan dan memahami pesan yang disampaikan.

Bicara dengan kecepatan yang stabil tidak hanya membuat Anda terdengar lebih percaya diri, tetapi juga membantu audiens mencerna informasi dengan lebih baik.

Latihan pernapasan dalam dapat membantu mengatur kecepatan bicara. Selain itu, jeda setelah poin-poin penting tidak hanya memberi kesempatan bagi audiens untuk memproses informasi, tetapi juga memberi Anda waktu untuk berpikir tentang apa yang ingin disampaikan berikutnya.

4. Kurangnya Struktur yang Jelas

Kebiasaan berbicara tanpa struktur yang jelas membuat pesan yang ingin disampaikan menjadi membingungkan.

Audiens membutuhkan alur yang teratur untuk bisa mengikuti dan memahami isi pembicaraan.

Ketika pembicara melompat dari satu topik ke topik lain tanpa transisi yang baik, audiens bisa merasa tersesat.

Sebelum berbicara, selalu buatlah kerangka atau poin-poin utama yang ingin Anda sampaikan.

Dengan begitu, Anda dapat memastikan bahwa pembicaraan Anda berjalan dengan teratur dan memiliki alur yang logis.

5. Kurangnya Variasi dalam Nada Suara

Monotoni dalam berbicara bisa membuat audiens kehilangan minat dengan cepat.

Jika Anda berbicara dengan nada yang sama terus-menerus, pesan Anda bisa terdengar membosankan, tidak peduli seberapa penting atau menariknya topik yang dibahas.

Untuk menghindari hal ini, penting untuk belajar mengontrol variasi nada suara Anda.

Tinggikan atau turunkan nada pada poin-poin penting, gunakan intonasi yang berbeda untuk menekankan ide-ide tertentu, dan berikan energi dalam suara Anda untuk mempertahankan perhatian audiens.

6. Mengabaikan Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh yang lemah, seperti berdiri dengan posisi tertutup, tangan yang terus-menerus disembunyikan, atau terlalu banyak bergerak, bisa memberi kesan negatif kepada audiens.

Bahasa tubuh yang tidak mendukung apa yang Anda katakan dapat membingungkan atau mengalihkan perhatian mereka dari pesan Anda.

Pastikan bahasa tubuh Anda mendukung pesan yang Anda sampaikan. Berdiri dengan posisi terbuka, gunakan tangan untuk menekankan poin-poin penting, dan jaga postur tubuh yang tegak untuk menunjukkan keyakinan.

7. Mengabaikan Reaksi Audiens

Salah satu kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh pembicara adalah terlalu fokus pada materi tanpa memperhatikan reaksi audiens.

Ketika Anda tidak memperhatikan apakah audiens tampak bosan, bingung, atau tertarik, Anda kehilangan kesempatan untuk menyesuaikan pendekatan Anda agar lebih efektif.

Selalu amati ekspresi wajah audiens, bahasa tubuh mereka, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan bagaimana mereka merespons pembicaraan Anda.

Jika mereka tampak tidak terlibat, mungkin sudah waktunya untuk berinteraksi lebih banyak atau mengubah pendekatan.

8. Tidak Menggunakan Humor atau Cerita

Pembicaraan yang terlalu formal dan kaku sering kali sulit diikuti oleh audiens.

Menggunakan humor atau menceritakan cerita yang relevan dapat membuat suasana menjadi lebih santai dan menyenangkan, sehingga pesan Anda lebih mudah diingat.

Namun, berhati-hatilah untuk tidak memaksakan humor atau cerita yang tidak relevan.

Humor yang baik adalah humor yang alami dan tidak mengalihkan perhatian dari topik utama pembicaraan.

Demikian pula, cerita yang efektif adalah cerita yang mendukung pesan yang ingin disampaikan, bukan sekadar hiburan.

9. Kurang Persiapan

Kebiasaan terakhir, dan mungkin yang paling merugikan, adalah kurangnya persiapan.

Banyak pembicara yang berpikir mereka bisa “improvisasi” dan akhirnya terdengar tidak terorganisir atau kehilangan poin-poin penting yang ingin disampaikan.

Persiapan yang baik mencakup memahami audiens Anda, mengatur konten yang akan disampaikan, dan melatih cara penyampaiannya.

Latihan di depan cermin atau di hadapan teman dapat membantu Anda merasa lebih percaya diri dan siap saat berada di depan audiens sesungguhnya.

Kesimpulan

Menjadi pembicara yang baik membutuhkan waktu dan latihan. Salah satu langkah penting adalah dengan menyadari dan menghilangkan kebiasaan buruk yang sering kali merusak efektivitas komunikasi Anda.

Dengan berkomitmen untuk mengucapkan selamat tinggal pada sembilan kebiasaan umum ini, Anda bisa membangun kepercayaan diri, memperkuat kemampuan berbicara, dan membuat pesan Anda lebih berdampak pada audiens.

Ingatlah bahwa berbicara di depan umum adalah keterampilan yang bisa dipelajari dan ditingkatkan seiring waktu, jadi jangan ragu untuk terus berlatih!

Editor: Hanny Suwindari

Tag:  #menguak #cara #menjadi #pembicara #handal #ucapkan #selamat #tinggal #pada #kebiasaan #umum

KOMENTAR