Anak yang Dibesarkan oleh Orang Tua yang Otoriter Seringkali Menunjukkan 8 Sifat ini Saat Dewasa, Apa Saja?
Ilustrasi delapan sifat umum yang sering ditunjukkan oleh orang dewasa yang tumbuh dan dibesarkan oleh orang tua yang otoriter. (Pexels)
13:18
1 Februari 2025

Anak yang Dibesarkan oleh Orang Tua yang Otoriter Seringkali Menunjukkan 8 Sifat ini Saat Dewasa, Apa Saja?

- Membesarkan anak bukanlah pekerjaan mudah. Hal ini karena gaya pengasuhan anak yang digunakan dapat memberikan dampak yang bertahan lama. Orang tua yang otoriter adalah mereka yang menerapkan aturan ketat dan ekspektasi tinggi.

Gaya pengasuhan ini seringkali meninggalkan kesan yang mendalam pada anak-anaknya. Tumbuh dalam lingkungan yang ketat dapat membentuk individu dengan cara yang unik dan berbeda.

Ketika anak-anak ini tumbuh dewasa, mereka seringkali memperlihatkan ciri-ciri kepribadian tertentu. Ciri-ciri ini seperti halnya sidik jari yang menunjukkan pengaruh pola asuh mereka.

Dilansir dari Geediting, inilah delapan sifat umum yang sering ditunjukkan oleh orang dewasa yang tumbuh dan dibesarkan oleh orang tua yang otoriter. Ini bukan untuk menyalahkan orang tua, tetapi memahami efek jangka panjang pada perilaku orang dewasa.

1. Berprestasi tinggi

Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang otoriter seringkali didorong untuk berhasil sejak usia dini. Harapan dan tekanan yang tinggi untuk berprestasi dapat menempatkan mereka pada jalur yang tak kenal lelah menuju pencapaian.

Mereka telah dikondisikan untuk berjuang demi keunggulan, menjadi yang terbaik dalam apa pun yang mereka lakukan. Maka tidak mengherankan jika banyak dari anak-anak ini tumbuh menjadi orang-orang berprestasi di masa dewasa.

Mereka sering menduduki posisi kepemimpinan atau karier yang menuntut tingkat kompetensi dan keahlian yang tinggi. Namun, ada sisi negatifnya. Dorongan yang kuat ini terkadang disertai dengan rasa takut gagal atau perfeksionisme, yang dapat menyebabkan stres dan kecemasan.

2. Kaku dan terstruktur

Sebagai anak dari orangtua yang otoriter, mereka tumbuh di rumah yang segala sesuatunya terstruktur. Dari saat mereka bangun hingga saat tidur, hari-harinya telah dijadwalkan hingga menit terakhir. Aturannya ketat dan penyimpangan tidak ditoleransi.

Pola struktur kaku ini mengikuti mereka hingga dewasa. Mereka akan merasa tidak nyaman ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana. Spontanitas cenderung membuatnya tidak nyaman dan mereka selalu lebih suka mengetahui apa yang akan terjadi sebelumnya.

3. Kesulitan dalam mengekspresikan emosi

Dalam rumah tangga yang otoriter, emosi mungkin tidak dapat diungkapkan dengan bebas atau didiskusikan secara terbuka. Anak-anak seringkali belajar untuk menekan perasaan mereka sebagai cara untuk menghindari konflik atau hukuman.

Jika kita melangkah maju ke masa dewasa, hal ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam mengekspresikan emosi. Sebagian orang ini mungkin kesulitan mengidentifikasi apa yang mereka rasakan, sementara yang lain mungkin merasa sulit untuk mengomunikasikan emosi mereka secara efektif.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang menekan emosinya lebih rentan terhadap masalah kesehatan seperti penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi bukan hanya masalah psikologis, tetapi juga masalah kesehatan fisik.

4. Sangat bertanggung jawab

Dibesarkan oleh orang tua yang otoriter seringkali berarti memikul tanggung jawab di usia dini. Baik itu membantu pekerjaan rumah tangga atau mengurus adik-adik, anak-anak ini sering diminta untuk memikul tugas-tugas yang melampaui usia mereka.

Saat mereka bertransisi menjadi dewasa, rasa tanggung jawab ini seringkali mengikutinya. Mereka cenderung menjadi individu yang sangat dapat diandalkan, selalu siap untuk bertanggung jawab dan melakukan apa yang perlu dilakukan.

Ini bisa menjadi hal yang baik, karena mereka seringkali dapat diandalkan dan dapat menangani tekanan dengan baik. Namun, hal ini juga dapat membebani diri mereka sendiri dengan tanggung jawab dan kesulitan mendelegasikan tugas.

5. Berjuang dengan harga dirinya

Tumbuh besar di bawah pengawasan ketat dari orang tua yang otoriter dapat merusak harga diri seorang anak. Harga diri mereka seringkali dikaitkan dengan prestasinya, sehingga mereka tidak memiliki cukup ruang untuk menghargai diri mereka sendiri sebagai individu di luar prestasi tersebut.

Saat mereka tumbuh dewasa, perjuangan dengan harga diri ini seringkali berlanjut. Mereka mungkin terus meragukan harga dirinya dan mencari validasi dari sumber eksternal. Sungguh menyedihkan melihat individu-individu berbakat ini mempertanyakan harga diri mereka sendiri.

6. Takut konfrontasi

Tumbuh di bawah keluarga yang otoriter seringkali berarti menghindari konflik dengan cara apa pun. Berbicara atau menghadapi masalah secara langsung bukanlah pilihan. Sebaliknya, mereka belajar untuk menekan pendapatnya dan menyesuaikan diri dengan harapan yang ditetapkan.

Sebagai orang dewasa, mereka seringkali menghindari konfrontasi. Mereka percaya bahwa menjaga kedamaian lebih penting daripada mengungkapkan perasaan yang sebenarnya atau mengatasi masalah secara langsung.

Bagi banyak orang dewasa yang dibesarkan oleh orang tua yang otoriter, konfrontasi bisa menjadi prospek yang menakutkan.

7. Kecenderungan perfeksionis

Mereka yang dibesarkan oleh orang tua yang otoriter memiliki kecenderungan ke arah perfeksionisme. Tekanan terus menerus untuk memenuhi harapan yang tinggi seringkali dapat mengakibatkan anak-anak berusaha keras untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal yang mereka lakukan.

Pengejaran kesempurnaan ini tidak hanya berakhir di masa kanak-kanak, tetapi seringkali berlanjut hingga dewasa. Mereka keras pada diri sendiri, selalu berusaha untuk menjadi lebih baik. Kesalahan tidak dilihat sebagai kesempatan untuk belajar, tetapi sebagai kegagalan pribadi.

8. Ketahanan

Terlepas dari semua tantangan dan perjuangan, ada satu sifat yang bersinar terang pada orang dewasa yang dibesarkan oleh orang tua yang otoriter yaitu ketahanan. Tekanan konstan dan harapan yang tinggi dapat membentuk individu yang sangat tangguh.

Pola asuh mereka telah mengajarkannya untuk terus maju melewati kesulitan dan bertahan, bahkan saat keadaan menjadi sulit. Ketahanan inilah yang memungkinkan mereka untuk menghadapi tantangan hidup dengan keanggunan dan tekad.

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #anak #yang #dibesarkan #oleh #orang #yang #otoriter #seringkali #menunjukkan #sifat #saat #dewasa #saja

KOMENTAR