Anak yang Dibesarkan oleh Orang Tua Otoriter Sering Kali Menunjukkan 8 Kerpibadian Ini Saat Dewasa Menurut Psikologi
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua memiliki dampak besar pada perkembangan kepribadian dan psikologis anak.
Salah satu gaya pengasuhan yang sering dibahas dalam psikologi adalah otoriter.
Gaya pengasuhan ini ditandai oleh aturan yang kaku, disiplin yang ketat, dan kurangnya ruang bagi anak untuk berpendapat atau mengekspresikan dirinya.
Orang tua otoriter cenderung menggunakan kontrol penuh terhadap anak tanpa memberikan dukungan emosional yang memadai.
Anak-anak yang tumbuh di bawah pola asuh ini sering kali membawa pengaruhnya hingga dewasa.
Dilansir dari Geediting pada Rabu (29/1), terdapat delapan sifat yang umum ditemukan pada mereka, berdasarkan pandangan psikologi:
1. Rendahnya Kepercayaan Diri
Orang tua otoriter cenderung tidak memberikan penghargaan terhadap usaha anak atau memberikan kesempatan bagi anak untuk merasa bangga pada dirinya sendiri.
Akibatnya, anak-anak ini sering tumbuh menjadi orang dewasa yang merasa ragu terhadap kemampuan mereka.
Mereka sering kali mencari validasi dari orang lain karena tidak terbiasa menerima pujian atau pengakuan dari orang tua.
2. Takut Mengambil Risiko
Ketika masih kecil, anak yang dibesarkan oleh orang tua otoriter sering dihukum atau dikritik ketika membuat kesalahan.
Hal ini membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang takut mengambil risiko karena khawatir akan gagal atau dihukum.
Mereka cenderung bermain aman dan menghindari situasi yang membutuhkan keputusan berani.
3. Sulit Menyuarakan Pendapat
Dalam keluarga otoriter, anak jarang diberi kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya.
Mereka terbiasa menuruti aturan tanpa bertanya atau berdiskusi.
Saat dewasa, mereka sering kesulitan mengekspresikan pikiran atau ide karena merasa takut dihakimi atau dianggap tidak cukup baik.
4. Rentan Terhadap Stres
Orang tua otoriter sering kali menciptakan lingkungan yang penuh tekanan dengan harapan tinggi yang harus dipenuhi oleh anak.
Ketika dewasa, individu ini cenderung lebih rentan terhadap stres karena mereka terbiasa hidup di bawah tekanan terus-menerus.
Mereka mungkin merasa sulit untuk rileks atau menikmati hidup tanpa merasa bersalah.
5. Ketergantungan pada Otoritas
Anak-anak yang tumbuh di bawah pola asuh otoriter biasanya belajar untuk selalu mengikuti aturan tanpa mempertanyakan.
Hal ini membuat mereka lebih cenderung bergantung pada figur otoritas saat dewasa, baik itu atasan, pasangan, atau pemimpin dalam kelompok.
Mereka merasa lebih nyaman ketika ada seseorang yang memberi arahan daripada harus mengambil inisiatif sendiri.
6. Sulit Membentuk Hubungan Emosional
Karena kurangnya kehangatan emosional dalam pola asuh otoriter, anak sering kesulitan memahami dan mengekspresikan emosi mereka sendiri.
Saat dewasa, ini bisa berdampak pada kesulitan menjalin hubungan emosional yang mendalam dengan orang lain.
Mereka mungkin terlihat dingin atau terlalu menjaga jarak dalam hubungan interpersonal.
7. Perfeksionisme yang Berlebihan
Orang tua otoriter sering kali menetapkan standar tinggi yang harus dipenuhi anak.
Akibatnya, anak tumbuh menjadi orang dewasa yang perfeksionis.
Mereka merasa bahwa kesalahan tidak bisa diterima, dan ini dapat menyebabkan tekanan besar dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
8. Cenderung Patuh atau Memberontak
Anak yang dibesarkan secara otoriter cenderung berada di salah satu dari dua ekstrem: patuh atau memberontak.
Beberapa individu menjadi sangat patuh karena telah terbiasa mengikuti aturan tanpa mempertanyakan.
Namun, ada juga yang menjadi pemberontak karena merasa terkekang selama masa kecilnya.
Mereka berusaha melawan segala bentuk kontrol yang mengingatkan mereka pada pengalaman masa lalu.
Bagaimana Mengatasi Dampak Pola Asuh Otoriter?
Meskipun dampak pola asuh otoriter bisa bertahan hingga dewasa, ada cara untuk mengatasinya.
Beberapa langkah yang bisa diambil meliputi:
Terapi atau Konseling: Berbicara dengan terapis dapat membantu individu mengenali dan mengatasi pola pikir yang berasal dari pola asuh otoriter.
Melatih Keterampilan Komunikasi: Belajar untuk mengekspresikan pendapat dan emosi dengan cara yang sehat bisa menjadi langkah penting.
Membangun Kepercayaan Diri: Fokus pada pencapaian dan kelebihan pribadi untuk memperkuat rasa percaya diri.
Mengatasi Perfeksionisme: Belajar menerima bahwa kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran dan bukan tanda kegagalan.
Setiap orang tua memiliki gaya pengasuhan yang berbeda, tetapi penting untuk diingat bahwa keseimbangan antara disiplin dan kasih sayang adalah kunci untuk membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara emosional.
Bagi orang dewasa yang pernah dibesarkan dengan pola asuh otoriter, perjalanan menuju pemulihan mungkin tidak mudah, tetapi dengan kesadaran dan usaha, mereka bisa mengatasi dampaknya dan hidup dengan lebih bebas serta bahagia.
Tag: #anak #yang #dibesarkan #oleh #orang #otoriter #sering #kali #menunjukkan #kerpibadian #saat #dewasa #menurut #psikologi