



Haifa jadi Target Menarik Bagi Hizbullah, Israel Langsung Pindah Fasilitas Penting
Hizbullah sebelumnya menerbitkan rekaman video drone Hoopoe yang memetakan wilayah Pelabuhan Haifa.
Media Israel, Maariv, melaporkan ancaman Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengenai tanggapan yang akan datang terhadap Israel dan menggambarkan skenario hari-hari pertama serangan Hizbullah di Haifa sebagai hal yang mengerikan.
“Penduduk di wilayah Haifa harus bersiap menghadapi skenario apa pun,” lapor Maariv, seperti diberitakan Al Mayadeen, Kamis (8/8/2024).
Maariv menghubungkan fakta bahwa Haifa adalah target yang menarik bagi Hizbullah setidaknya karena tiga alasan.
Alasan pertama, Haifa adalah kota terbesar ketiga, dengan populasi 300.000 orang atau lebih.
Kedua, Haifa memiliki konsentrasi fasilitas strategis, termasuk pelabuhan, kilang, kamp tentara, pabrik keamanan, pembangkit listrik, dan menampung fasilitas penyimpanan bahan berbahaya dalam jumlah besar.
Sedangkan alasan ketiga, kemungkinan serangan di Haifa adalah Hizbullah menilai Israel tidak siap untuk perang skala besar.
Untuk menghindari kerugian yang besar, Israel telah memindahkan bahan berbahaya dari Haifa.
"Selama minggu ini dilaporkan bahwa kontainer berisi bahan berbahaya telah dikosongkan di Teluk Haifa, dan Wakil Wali Kota, Sarit Golan, mengatakan semua persiapan telah dilakukan," lapor Maariv.
Militer Israel Giat Latihan, Persiapan Hadapi Skenario Terburuk
Setidaknya antara bulan Juni hingga Juli, Angkatan Darat Israel bersama badan-badan lain melakukan latihan bersama untuk mensimulasikan skenario ekstrem dan bahkan lebih berbahaya daripada Operasi Banjir Al-Aqsa Hamas pada 7 Oktober 2023.
Latihan militer itu dilakukan di Kamp Shura yang merupakan markas besar rabi militer, Kamp Tziporit dan markas Komando Front Dalam Negeri.
Angkatan Darat Israel menggandeng kepala Divisi Sumber Daya Manusia, kepala Divisi Investigasi dan Intelijen di kepolisian, Magen David Adom (MDA), ZAKA, Kementerian Dalam Negeri dan pihak berwenang lainnya.
"Tentara Israel memfokuskan latihan tersebut pada penyerapan sejumlah besar jenazah setelah terjadi ketidakcocokan antara berbagai jenazah pada 7 Oktober, yang mempengaruhi proses identifikasi secara real-time," lapor Maariv, merujuk pada simpang-siur soal jumlah korban tewas di Israel.
Selain itu, militer Israel sedang berupaya untuk membangun sistem yang dimiliki oleh semua badan dan mencegah kekacauan terkait penerimaan jenazah dan catatannya.
Israel saat ini sedang waspada dengan serangan balasan Iran dan Hizbullah.
Sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bersumpah akan membalas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam ledakan di Teheran, Iran pada Rabu (31/7/2024) pagi waktu fajar.
Beberapa jam sebelumnya, Israel membunuh Komandan Hizbullah, Fuad Shukr, dalam serangan udara di Beirut, Lebanon pada Selasa (30/7/2024) malam.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menargetkan Israel untuk mendukung Palestina dengan meluncurkan serangan ke sasaran militer Israel di perbatasan Israel utara, wilayah utara Palestina yang diduduki.
Sementara itu, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 39.677 jiwa dan 91.645 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (7/8/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Tag: #haifa #jadi #target #menarik #bagi #hizbullah #israel #langsung #pindah #fasilitas #penting