Survei Harvard: Seperlima Pemilih di AS Lebih Suka Dukung Hamas ketimbang Israel
Survei itu dilakukan oleh Pusat Kajian Politik Universitas Harvard dan lembaga survei The Harris Poll.
Dalam survei yang dilangsungkan tanggal 15 hingga Januari 2025 itu, sebanyak 2.650 warga AS yang tercatat dalam daftar pemilih tetap dilibatkan sebagai responden. Margin error sebesar 1,9 persen.
Menurut hasil survei, ada seperempat pemilih Partai Demokrat yang mendukung Hamas. Adapun jumlah pemilih Partai Republik yang mendukung Hamas ada 19 persen.
Dikutip dari The Times of Israel, dukungan terbanyak bagi Hamas ada pada kalangan pemilih berusia 25 hingga 34 tahun, yakni sebanyak 32 persen.
Pada kalangan pemilih berusia 18 hingga 24 tahun, ada 21 persen dari mereka yang mendukung Hamas.
Rincian berikutnya adalah 29 persen pada umur 35 hingga 44 tahun, 23 persen pada umur 45 hingga 54 tahun, 17 persen pada umur 55 hingga 64 tahun, dan 10 persen pada umur di atas 65 tahun.
Anggota Komite Palang Merah Internasional (ICRC) berbicara dengan pejuang Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, di Lapangan Saraya di barat Kota Gaza pada 19 Januari 2025. (AFP/OMAR AL-QATTAA)Ada sebanyak 82 persen responden yang mendukung gencatan senjata antara Hamas dan Israel.
Pemilih Demokrat menjadi yang paling banyak mendukung gencatan, yakni sebanyak 87 persen. Sementara itu, ada 81 persen pemilik Republik yang mendukung.
Pada kalangan pemilih calon independen, ada 78 persen yang mendukung gencatan.
Dukungan dari para pemilih berusia lanjut, yakni 65 tahun dan di atasnya, lebih besar dan mencapai 88 persen. Adapun dari kalangan berusia 18 hingga 24 tahun, jumlah pendukung gencatan ada 64 persen.
Dari semua responden itu, ada 57 persen yang meyakini Hamas menyepakati gencatan gencata karena faktor pemerintahan baru AS di bawah Donald Trump. Sementara itu, ada 43 persen yang menyebut pemerintahan Joe Biden sebagai faktornya.
Dukungan kepadan Biden dalam penanganan perang telah turun sejak perang di Gaza meletus.
Pada bulan Oktober 2023 ada 44 persen responden yang mendukung Biden, sementara pada bulan Januari 2025 jumlah pendukung berkurang menjadi 33 persen.
Dalam survei itu, para responden diminta mengungkapkan pendapatnya tentang 19 entitas dalam negeri dan luar negeri.
Tiga entitas yang paling tidak populer ialah Hamas, Rusia, dan Otoritas Palestina. Israel berada di tengah-tengah.
Sebanyak 2 persen pemilih menganggap konflik Israel-Hamas sebagai isu yang penting.
Jumlah dukungan kepada Hamas tetap stabil dari awal perang Gaza hingga saat ini, yakni sebanyak 16 persen pemilih.
Warga Palestina merayakan kemenangan setelah presiden terpilih AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, di Kota Khan Yunis, Gaza selatan pada tanggal 15 Januari 2025. (Anadolu Agency/Abed Rahim Khatib)Mayoritas warga Israel ingin gencatan senjata dilanjutkan
Sementara itu, lembaga penyiaran Israel, Kan, menyebut sebagian besar warga Israel mendukung gencatan senjata diteruskan ke tahap kedua.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan Kan, ada 55 persen warga Israel yang ingin kesepakatan itu berlanjut meski hal itu berarti perang harus diakhiri.
Sebanyak 27 persen meyakini perang di Gaza harus tetap dilanjutkan setelah tahap pertama berakhir, sedangkan 18 persen mengaku tidak tahu.
Sebelumnya, Netanyahu telah berulang kali mengaku akan melanjutkan perang di Gaza hingga Hamas dihancurkan.
Tempo hari Partai Likud yang menaungi Netanyahu bahkan mengeluarkan pernyataan yang isinya mengklaim presiden terpilih AS Donald Trump telah memberikan jaminan kepada Netanyahu bahwa Israel bisa melanjutkan perang setelah gencatan tahap pertama.
Pada tahap pertama, Israel dan Hamas akan merundingkan syarat-syarat tahap kedua. Sisa sandera di Gaza akan dibebaskan pada tahap kedua.
Juru penengah akan memastikan kedua belah pihak tetap berada di meja perundingan hingga kesepakatan mengenai tahap kedua tercapai. Tahap kedua akan diakhiri dengan gencatan senjata permanen.
Tag: #survei #harvard #seperlima #pemilih #lebih #suka #dukung #hamas #ketimbang #israel