Mantan Kepala Intelijen Israel: Houthi Proksi Terakhir Iran, Harus Jadi Prioritas Utama
Gambar arsip ini menunjukkan rudal balistik Toophan (Typhoon) buatan Yaman selama parade militer di Sana’a, Yaman. 
05:50
14 Januari 2025

Mantan Kepala Intelijen Israel: Houthi Proksi Terakhir Iran, Harus Jadi Prioritas Utama

Dalam beberapa minggu terakhir, Israel diserang sejumlah rudal.

Namun, serangan itu bukan berasal dari Gaza, Lebanon, atau Iran, melainkan dari militan Houthi di Yaman.

Hamas, Hizbullah, dan Iran telah melemah setelah 15 perang dengan Israel.

Namun, Houthi masih bertahan, menjadi pembela utama Palestina di kawasan dan benteng terakhir "poros perlawanan" Iran, menurut Financial Times.

Aksi Houthi mengingatkan perang belum berakhir.

Rudal balistik mereka dua kali berhasil menembus pertahanan udara, melukai 16 orang di Tel Aviv.

"Saya menyebut mereka 'proksi terakhir' Iran," kata Amos Yadlin, mantan kepala intelijen militer Israel.

"Butuh waktu bagi sistem Israel untuk menyadari hal ini, tetapi sekarang sudah dipahami bahwa Houthi harus menjadi prioritas utama."

Amos Yadlin saat ia menjabat sebagai kepala intelijen IDF Amos Yadlin saat ia menjabat sebagai kepala intelijen IDF (Kobi Gideon/Flash90)

Pejabat Israel menyatakan mereka akan menjadikan Houthi sebagai target serangan utama, termasuk dengan meluncurkan sejumlah serangan udara jarak jauh ke Yaman.

Serangan terbaru Israel menargetkan pelabuhan dan pembangkit listrik pada Jumat (10/1/2025).

Analis dan mantan pejabat memperingatkan, Houthi, yang bermarkas sekitar 2.000 km dari Israel, adalah tantangan yang jauh lebih kompleks daripada musuh-musuh Israel yang lebih dekat.

Houthi menguasai Yaman utara dan bertahan dari kampanye pengeboman Saudi selama bertahun-tahun dalam perang saudara negara itu.

Setelah perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober 2023, Houthi mulai menargetkan kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel di perairan Yaman.

Houthi juga meluncurkan drone dan rudal ke Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina.

Serangan ini sangat mengganggu pengiriman melalui salah satu jalur perdagangan maritim terpenting dunia dan secara efektif menutup pelabuhan Eilat, yang dikuasai Israel.

Satuan tugas angkatan laut yang dipimpin AS dan Inggris sejauh ini belum berhasil menghentikan serangan Houthi, meskipun telah membom platform senjata dan pusat komando mereka.

"Koalisi internasional tidak mampu menghalangi Houthi, dan sejak Oktober 2023 Israel pada awalnya tidak merespons," kata Ely Karmon, peneliti senior di Institut Internasional untuk Kontraterorisme di Universitas Reichman, Israel.

Berbeda dengan Hizbullah, Hamas, Suriah, atau Iran, Houthi tidak dianggap prioritas oleh militer dan dinas keamanan Israel, menurut salah seorang yang mengetahui masalah ini.

Informasi intelijen mengenai Houthi bahkan "hampir nihil" sebelum 7 Oktober.

Sejak musim panas lalu, Israel telah melakukan serangan langsung ke Yaman sebanyak lima kali, dimulai dengan Hodeida dan gerbang maritim lainnya, diikuti oleh pembangkit listrik di wilayah pedalaman, hingga ibu kota Sana'a — termasuk bandara internasionalnya.

Setiap operasi semacam ini, yang beberapa di antaranya merupakan operasi terjauh dalam sejarah angkatan udara Israel, memerlukan puluhan jet tempur dan pengisian bahan bakar di udara.

Ini jauh lebih rumit dibandingkan serangan singkat yang biasa dilakukan terhadap Gaza, Lebanon, atau Suriah.

Meskipun serangan bom Israel menyakitkan dan merusak Yaman — terutama di Hodeida, jalur penting untuk pasokan ke wilayah utara yang padat penduduk — analis Yaman mengatakan serangan itu tidak menghalangi Houthi atau memberikan pukulan militer yang signifikan.

Mohammed al-Basha, pendiri buletin analisis risiko Basha Report, menyatakan Houthi telah mendesentralisasi impor minyak langsung ke truk, sementara sebagian besar rumah tangga di Sana'a mendapatkan listrik dari sumber swasta.

Penerbangan di bandara Sana'a kembali beroperasi tak lama setelah serangan Israel bulan lalu.

Namun, kerugian terbesar mungkin ditanggung oleh rakyat Yaman — terutama jika impor pangan terbatas dan harga bahan bakar naik.

Meski begitu, serangan terhadap Israel telah membantu Houthi mengalihkan perhatian dari isu-isu domestik.

Israel tampaknya ingin menguji sejauh mana penderitaan rakyat Yaman dapat mempengaruhi Houthi.

Beberapa analis Israel memperkirakan serangan terhadap infrastruktur penting seperti pelabuhan dan fasilitas energi akan meningkat.

Menghentikan jalur penyelundupan senjata dari Iran juga menjadi prioritas.

Yadlin menyebut presiden AS terpilih, Donald Trump, mungkin akan memberi Israel kebebasan lebih dalam hal ini.

Pejabat Israel juga menyatakan, para pemimpin Houthi kini menjadi target pembunuhan, terutama komandan kelompok tersebut, Abdul Malik al-Houthi.

Karmon, salah satu pakar Houthi terkemuka di Israel, berpendapat, pembunuhan Abdul Malik yang karismatik akan berujung pada "perpecahan kekuasaan kelompok tersebut."

Namun, menargetkan para pemimpin dan persenjataan rudal mereka tidak akan mudah.

Pemimpin kelompok Pemimpin kelompok "Ansar Allah" Yaman (Houthi), Abdul Malik Al Houthi. (X)

Para analis yakin, Abdul Malik kemungkinan berada di ujung utara Yaman, di kubu Houthi di pegunungan Saada.

Namun, akses ke Saada — baik bagi warga Yaman maupun agen asing — sangat sulit kecuali bagi penduduk lokal, kata Basha.

"Sehebat apa pun pasukan, secanggih apa pun peralatan, Anda tidak bisa mengebom gunung sampai habis," kata Farea al-Muslimi, peneliti di lembaga pemikir Chatham House.

Dia menambahkan, selama satu abad upaya mengebom pejuang lokal hingga menyerah telah gagal.

"Kekaisaran Ottoman mencoba, Mesir mencoba, Saudi mencoba, Emirat mencoba. Kekerasan tidak menyelesaikan masalah. Anda tidak bisa memaksa mereka menyerah."

(Tribunnews.com)

Editor: Pravitri Retno W

Tag:  #mantan #kepala #intelijen #israel #houthi #proksi #terakhir #iran #harus #jadi #prioritas #utama

KOMENTAR