Hamas Dukung Pejuang Suriah Tumbangkan Rezim Bashar , Iran Kehilangan Sekutu Dekat
09:50
10 Desember 2024

Hamas Dukung Pejuang Suriah Tumbangkan Rezim Bashar , Iran Kehilangan Sekutu Dekat

Kelompok pejuang militan Hamas mengucapkan selamat kepada rakyat Suriah setelah pasukan oposisi bersenjata di negara itu menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad hari Minggu, 8 Desember 2024.

Dalam sebuah pernyataan yang dibagikan di saluran Telegram, Hamas meminta warga Suriah untuk “menyatukan barisan mereka, memajukan kohesi nasional dan bangkit mengatasi penderitaan masa lalu.”

“Kami mengucapkan selamat kepada saudara-saudara Suriah atas keberhasilan mereka dalam mencapai aspirasi mereka untuk kebebasan dan keadilan,” tulis kelompok militan tersebut, seraya menambahkan bahwa mereka menghormati kemauan, kemerdekaan, dan pilihan politik rakyat Suriah.

Dalam pernyataan terpisah, Ziad al-Nakhala, kepala Jihad Islam Palestina yang menjadi sekutu Hamas menyuarakan sentimen yang sama dan mengatakan kelompoknya berharap Suriah akan tetap menjadi pendukung rakyat Palestina dan perjuangan mereka.

Selama akhir pekan, para jihadis Hayat Tahrir-al-Sham (HTS), bersama dengan faksi anti-pemerintah lainnya, menguasai ibu kota Suriah, Damaskus menyusul kemajuan pesat di beberapa wilayah. Perwakilan dari kekuatan oposisi mengklaim telah menguasai negara tersebut.

Setelah bernegosiasi dengan sejumlah peserta konflik, Assad akhirnya memutuskan mundur dan meninggalkan negaranya, menyerukan peralihan kekuasaan secara damai, menurut Kementerian Luar Negeri Rusia.

Bashar al-Assad dan keluarganya mendapat suaka politik dari Pemerintah Rusia dan saat ini berada di Moskow, Kremlin mengkonfirmasi, dan mencatat bahwa mantan pemimpin Suriah tersebut secara pribadi diundang ke negara tersebut oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

Era baru di Suriah, Iran Kehilangan Sekutu Dekat

Penggulingan rezim Bashar al-Assad yang selama ini memerintah Suriah membuat Iran kehilangan sekutu dekat. Bashar selama ini membawa Suriah sebagai sekutu Iran dan Rusia.  

Terhadap fakta yang kini terjadi, Teheran harus mengevaluasi kembali perannya di kawasan dan menyesuaikan kebijakan luar negerinya agar mencerminkan realitas kontemporer

Pendapat itu disampaikan Farhad Ibragimov, pakar politik dan dosen di Fakultas Ekonomi Universitas RUDN, serta dosen tamu di Institut Ilmu Sosial Akademi Ekonomi Nasional dan Administrasi Publik Kepresidenan Rusia.

Menurut dia, tumbangnya rezim Bashar Assad menandai berakhirnya sebuah era yang tidak hanya menentukan nasib negaranya tetapi juga lanskap geopolitik Timur Tengah yang lebih luas.

Peristiwa ini merupakan simbol tidak hanya bagi rakyat Suriah, namun juga bagi seluruh wilayah dan komunitas internasional pada umumnya, karena peristiwa ini membuka babak baru dalam sejarah sebuah negara dengan budaya yang sangat kaya dan kuno.

Suriah telah menghadapi tantangan besar selama satu dekade terakhir: perang, kehancuran, jutaan orang kehilangan tempat tinggal, ketidakstabilan ekonomi, dan infiltrasi kelompok teroris.

Perayaan kejatuhan rezim Bashar al-Assad Orang-orang mengacungkan senjata ke udara, saat mereka berkumpul untuk merayakan jatuhnya rezim Suriah di Lapangan Umayyah, Damaskus, Minggu, 8 Desember 2024.

Negara ini telah menjadi medan pertempuran bagi berbagai kekuatan global dan regional.

Tumbangnya rezim Bashar al-Assad bisa menjadi momen penting, yang berpotensi memungkinkan Suriah untuk melepaskan diri dari siklus konflik dan memulai perjalanan menuju masa depan yang baru.

Peristiwa ini tentunya akan ditafsirkan dengan cara yang berbeda – bagi sebagian orang, peristiwa ini mungkin melambangkan reformasi dan rekonsiliasi yang telah lama ditunggu-tunggu, sementara bagi sebagian lainnya, peristiwa ini dapat menandakan ketidakpastian baru.

Pada akhirnya, hasilnya akan bergantung pada apakah rakyat dan politisi Suriah memanfaatkan peluang bersejarah ini.

Bagaimanapun, negosiasi, reformasi, dan pencarian model pemerintahan baru untuk menyatukan masyarakat masih terbentang di depan mata.

Namun ada satu hal yang pasti: kekayaan sejarah Suriah tidak dapat dilupakan.

Transformasi yang terjadi di depan mata kita dapat menandakan dimulainya sebuah era baru, dimana dengan mengambil pelajaran dari masa lalu namun didorong oleh harapan untuk masa depan, Suriah menemukan stabilitas dan kemakmuran.

Tumbangnya rezim Bashar al-Assad juga merupakan kemunduran signifikan bagi ambisi kebijakan luar negeri Iran.

Bagi Teheran, Suriah telah menjadi penghubung penting dalam ‘Poros Perlawanan’ – sebuah jaringan aliansi dan kekuatan proksi yang dirancang untuk melawan pengaruh Barat dan meningkatkan peran Iran di Timur Tengah.

Namun, pengunduran diri Assad dianggap oleh Teheran sebagai tanda bahwa strategi ini – dan, pada kenyataannya, pengaruh Iran di seluruh kawasan – telah melemah secara signifikan.

Seorang pejuang oposisi Suriah merobek lukisan yang menggambarkan Presiden Suriah Bashar Assad dan mendiang ayahnya Hafez Assad di Bandara Internasional Aleppo di Aleppo, Suriah, 2 Desember 2024. Seorang pejuang oposisi Suriah merobek lukisan yang menggambarkan Presiden Suriah Bashar Assad dan mendiang ayahnya Hafez Assad di Bandara Internasional Aleppo di Aleppo, Suriah, 2 Desember 2024. (tangkap layar ToI/Kredit Foto: AP/Ghaith Alsayed)

Suriah telah menjadi sekutu strategis Iran selama beberapa dekade, berfungsi sebagai koridor penting untuk pasokan senjata dan dukungan bagi Hizbullah di Lebanon, dan sebuah platform politik untuk mengkonsolidasikan front anti-Barat dan anti-Israel.

Sejak dimulainya perang saudara di Suriah pada tahun 2011, Iran telah menginvestasikan sumber daya yang signifikan untuk mendukung Bashar Assad, menyediakan pasokan militer dan bantuan ekonomi, serta mengirimkan pakar militer dan pasukan Syiah ke Suriah.

Aliansi ini dipandang sebagai tulang punggung Poros Perlawanan.

Tumbangnya rezim Bashar al-Assad secara mendasar mengubah keseimbangan kekuasaan. Pertama, partai-partai politik baru di Suriah kemungkinan besar akan menjauhkan diri dari Iran demi meningkatkan hubungan dengan Barat, negara-negara Arab lainnya, dan Turki.

Kedua, kepergian Assad merusak citra Iran sebagai penjamin stabilitas sekutunya. Selain itu, melemahnya pengaruh Iran di Suriah memperumit posisinya di seluruh kawasan.

Hizbullah, yang sangat bergantung pada dukungan Suriah, kini jauh lebih rentan.

Karena yakin bahwa Teheran tidak lagi mempunyai kendali besar atas wilayah tersebut, Israel mungkin akan meningkatkan tekanan terhadap infrastruktur Iran di Suriah.

Bagi Iran, hilangnya Suriah sebagai sekutu setianya merupakan kegagalan strategis yang melemahkan posisi regionalnya dan berpotensi menimbulkan ketegangan hubungan dengan negara-negara tetangga yang semakin memandang Iran sebagai sumber ketidakstabilan dan bukan sebagai kekuatan pemersatu.

 

Tag:  #hamas #dukung #pejuang #suriah #tumbangkan #rezim #bashar #iran #kehilangan #sekutu #dekat

KOMENTAR