Hamas dan Houthi Gunakan Senjata Produksi Korut? Berikut Sejarah Panjang Hubungan Mereka
Tudingan tersebut setelah tentara Israel atau IDF mengklaim telah menyita sejumlah besar altileri dari Jalur Gaza.
Peluru dan alat-alat perang tersebut diduga diproduksi di Korea Utara.
Berdasarkan yang dilaporkan oleh Badan Intelijen Nasional Korea Selatan dikutip dari Yonhap
“Hamas diyakini memiliki hubungan langsung atau tidak langsung dengan Korea Utara dalam berbagai bidang, seperti perdagangan senjata, panduan taktis, dan pelatihan. Ada kemungkinan bahwa Korea Utara dapat menggunakan metode serangan Hamas untuk melakukan invasi mendadak ke Korea Selatan,” kata seorang pejabat senior JCS (Staf Gabungan) yang tidak mau disebut namanya.
Setelah amunisi tersebut disita IDF, informasi baru telah dipublikasikan yang mengungkapkan hubungan terkini dan historis antara Korea Utara dan Hamas, serta organisasi teroris lainnya, termasuk Hizbullah, Jihad Islam, Suriah, dan Houthi.
Sebuah lembaga studi di Israel yaitu Stimson Research mengungkapkan adanya hubungan antara Korea Utara dengan organisasi yang tersebut di atas.
Bahkan pada era sebelum Kim Jong Un berkuasa, Korut juga telah berhubungan mesra dengan Suriah dan Iran. Mereka telah memilikis ejarah panjang.
Dua negara yang disebut berada di belakang organisasi yang kini berperang melawan Israel dan Barat.
Korea Utara secara historis menggambarkan Israel sebagai “negara satelit imperialis” dan mengakui kedaulatan Palestina atas seluruh wilayah Israel, kecuali Dataran Tinggi Golan.
Dikutip dari Jerusalem Post, selama perang Gaza tahun 2008-2009 dan 2014, Korea Utara mengatakan Israel melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pada Era Kim Il Sung, kakek Kim Jong Un yang berkuasa saat ini yaitu tahun 1970an dan 1980an, Korut juga menjadi pemasok senjata Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang diketuai Yasser Arafat.
Dalam hubungan yang berlangsung puluhan tehun tersebut, teknologi militer Korut telah menjangkau proksi militan Iran, Hamas, Hizbullah, dan Houthi.
Sejak dimulainya perang, media pemerintah Korea Utara telah berulang kali menggambarkan kekerasan yang dilakukan oleh Israel.
Surat kabar harian partai Korea Utara, Rodong Sinmun, menyatakan bahwa komunitas internasional percaya “tindakan kriminal Israel yang terus-menerus terhadap rakyat Palestina” menyebabkan perang.
Perwira intelijen Korea Utara memberikan pelatihan kepada komandan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) George Habash dan memfasilitasi serangan teror PFLP-Tentara Merah Jepang tahun 1972 di Bandara Lod di Israel, ungkap laporan itu.
Antara berakhirnya Perang Dingin dan tahun 2007, hubungan ini melemah. Namun, mereka menguat setelah Operasi Tepi Pelindung tahun 2014 di Gaza, ketika Hamas meminta bantuan militer kepada Korea Utara.
Hamas dilaporkan memberi Korea Utara pembayaran enam digit untuk roket dan peralatan komunikasi yang digunakan militer. Hamas melakukan transaksi ini melalui perusahaan pihak ketiga di Lebanon.
Pada saat itu, Korea Utara mengatakan tuduhan bahwa mereka melakukan kegiatan semacam itu adalah “sofisme yang sama sekali tidak berguna dan fiksi belaka yang disebarkan oleh AS.”
Sekali lagi, rudal anti-tank Bulsae-2 Korea Utara ditemukan di inventaris Brigade al-Nasser Salah al-Deen, sebuah kelompok teroris yang berbasis di Gaza dan pernah menjadi sekutu Hamas.
Pada Mei 2021, sejumlah kecil roket F-7 ditemukan di Brigade Izz ad-Din al-Qassam, Brigade yang sama yang merupakan bagian dari serangan pada 7 Oktober.
Perpindahan persenjataan dari Korea Utara ke Hamas sebagian besar dilakukan melalui pihak ketiga, kata laporan Stimson, mungkin dari Korea Utara ke Iran, Sudan, dan kemudian ke Mesir, tempat senjata diselundupkan ke Hamas melalui jaringan terowongan Hamas.
Pada tahun 2009, sebuah pesawat Korea Utara yang menyelundupkan 35 ton peluncur roket, granat, dan rudal disita di Thailand. Penyelidik AS dan PBB mengatakan bahwa mereka adalah bagian dari jaringan penyelundupan senjata ilegal global Korea Utara yang digunakan untuk membiayai program senjata nuklirnya.
Selain Hamas, Korea Utara memiliki sejarah hubungan dengan Hizbullah dan Houthi. Pada tahun 1980an, teroris Hizbullah tiba di Korea Utara untuk pelatihan militer.
Setelah tahun 2000, instruktur Korea Utara datang ke Lebanon untuk melatih Hizbullah cara membangun bunker bawah tanah untuk menyimpan senjata, makanan, dan fasilitas medis.
Jaringan terowongan Hizbullah yang membentang hingga perbatasan Israel-Lebanon dibangun atas bimbingan Korea Utara.
Korea Utara juga diduga mentransfer roket rakitan Katyusha dan Grad ke Hizbullah, juga ditransfer melalui pihak ketiga di Suriah dan Lebanon dari Iran. Korea Utara telah membantu produksi beberapa jenis roket Iran, yang kemudian ditransfer ke Hizbullah.
Pada bulan Juli 2015, pejabat intelijen Korea Selatan mengungkapkan bahwa Houthi telah menembakkan 20 rudal Scud buatan Korea Utara ke Arab Saudi. Houthi diduga menangkap rudal scud ini di medan perang, karena rudal tersebut awalnya dibeli oleh Angkatan Bersenjata Yaman dari Korea Utara pada tahun 2002.
Setahun kemudian, kepemimpinan Houthi mengundang para pejabat Korea Utara untuk bertemu di Damaskus, Suriah, untuk membahas transfer teknologi. Transfer senjata ini belum dikonfirmasi secara resmi. (Jerusalem Post/Yonhap)
Tag: #hamas #houthi #gunakan #senjata #produksi #korut #berikut #sejarah #panjang #hubungan #mereka