Peraih Nobel Arsitek dari Jepang Berharap Kalangan Arsitek Lestarikan Sistem Kampung di Indonesia
Peraih Nobel Arsitek dari Jepang, Riken Yamamoto sangat berharap agar sistem kampung di Indonesia dapat dilestarikan oleh kalangan arsitek Indonesia sendiri. 
08:40
23 Maret 2024

Peraih Nobel Arsitek dari Jepang Berharap Kalangan Arsitek Lestarikan Sistem Kampung di Indonesia

- Peraih Nobel Arsitek dari Jepang, Riken Yamamoto sangat berharap agar sistem kampung di Indonesia dapat dilestarikan oleh kalangan arsitek Indonesia sendiri.

"Dulu sekitar 30 tahun lalu saya pernah ke Bali Indonesia bersama staf perusahaan saya dan sekitar 20 tahun lalu ke Bali lagi bersama keluarga saya. Senang sekali melihat Bali terutama arsitekturnya," kata Riken Yamamoto khusus kepada Tribunnews.com, Kamis (21/3/2024).

Meskipun kelahiran di Beijing, Yamamoto asli orang Jepang.

Ayahnya, Yamamoto berasal dari dari Shiga Jepang sebagai insinyur, saat itu bekerja di Beijing dan ibunya kelahiran Yokohama Jepang.

"Saat saya ke Bali, saya melihat sistem kampung di Indonesia. Orang Bali tinggalnya beberapa rumah satu keluarga di satu lapangan tanah luas dan ada juga kuburan keluarganya di dalam lingkaran rumah-rumah bersama itu. Hal demikian sangat menarik bagi saya," lanjutnya.

Yamamoto berharap jika suatu saat berkunjung lagi ke Indonesia, dia ingin melihat kampung lain yang ada di Jakarta, untuk mengetahui seperti apa sistem hunian di sana.

"Kalangan arsitek Indonesia diharapkan bisa melestarikan sistem kampung tersebut yang sangat bagus bagi komunitas dan bisa saling kenal dekat, kerja sama juga jadi bagus, kompak bersama-sama bisa meningkatkan kehidupan kita semua," ujarnya.

Riken Yamamoto, arsitek penerima hadiah Pritzker, Nobel Arsitektur. Riken Yamamoto, arsitek penerima hadiah Pritzker, Nobel Arsitektur. (Istimewa)

Konsep arsitek Yamamoto memang banyak ke arah Komunitas dan Transparan seperti hasil karya-karyanya selama ini.

Misalnya yang dibangun di Hiroshima, sebuah gedung pemadam kebakaran dengan konsep transparan mudah bergerak sehingga terlihat semua gerakan aktivitas oleh semua orang.

"Satu komunitas yang transparan dan bosnya berada di tengah sehingga mudah memonitor semua gerak bawahannya," kata dia.

Konsep Komunitas itu akan membuat sesama kita akan dengan mudah bisa saling membantu satu sama lain.

Kalau sudah bisa kelihatan, transparan demikian, dalam satu komunitas, tentu akan memudahkan kerja bersama dan saling bantu pula.

Yamamoto juga mengingatkan sistem sentralisasi yang membuat banyak rakyat di daerah mungkin juga akan mengalami bergerak.

"Oleh karena itu saya lebih setuju dengan desentralisasi. Tiap daerah punya karakter sendiri dan bagus untuk dikelola oleh sesama keluarga daerah itu sesuai karakter yang ada, supaya bisa hidup dengan lebih baik yang diatur sesuai ciri khas daerah yang bersangkutan," ujarnya.

Karya-karya Yamoto tersebar di banyak negara bukan hanya di Jepang, tetapi juga di Zurich Swiss, di China, di Korea dan Taiwan.

Profesor ini pernah mengajar di Universitas Nasional Yokohama, di pasca sarjana Universitas Nihon, di Universitas Kogakuin Tokyo serta di Universitas Nagoya Zokei sempat menjadi President.

Banyak sekali penghargaan yang diperolehnya.

Selasa (5/3/2024), Riken Yamamoto diumumkan akan mendapat Nobel Arsitek, Prizker yang dibuat Yayasan Harvard Chicago Amerika Serikat.

Dia menjadi warga Jepang ke-9 yang pernah mendapatkan penghargaan tersebut.

"Saya akan ke Chicago pertengahan Mei 2024 dan 16 Mei akan ceramah di AS dengan tema "The Escape of Power, The Power of Space". Lalu 17 Mei akan mendapatkan penghargaan Pritzker langsung diterimakan oleh saya," kata Yamamoto yang mengaku suka makanan Bali yang bercita rasa pedas.

Sementara itu bagi para UKM Handicraft dan pecinta Jepang yang mau berpameran di Tokyo dapat bergabung gratis ke dalam whatsapp group Pecinta Jepang dengan mengirimkan email ke: [email protected] Perihal: WAG Pecinta Jepang. Tuliskan Nama dan alamat serta nomor whatsapp.

Editor: Dewi Agustina

Tag:  #peraih #nobel #arsitek #dari #jepang #berharap #kalangan #arsitek #lestarikan #sistem #kampung #indonesia

KOMENTAR