Mayjen Inggris: Israel Kini Hadapi No-Win Situation Seusai Berbulan Perang Habis-habisan Lawan Hamas
Tentara Israel beristirahat di dekat kendaraan mereka di Israel selatan di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza pada 9 Januari 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas. (Menahem Kahana / AFP) 
18:30
11 Januari 2024

Mayjen Inggris: Israel Kini Hadapi No-Win Situation Seusai Berbulan Perang Habis-habisan Lawan Hamas

Ketangguhan perlawanan milisi pembebasan Palestina di Gaza, Hamas dinilai sukses menyeret Israel ke dalam no-win situation, perang di mana sepertinya tidak ada kemenangan yang diraih.

Diketahui, Israel melancarkan sebuah perang yang tujuannya adalah menghancurkan kelompok militan Hamas.

Namun dalam prosesnya, Israel dianggap tidak dapat meneyimbangkan antara aksi yang mereka jalankan dan kehancuran yang ditimbulkan sehingga memunculkan reaksi balik tekanan dari publik internasional.

"Setelah tiga bulan pertempuran sengit di Jalur Gaza, militer Israel menghadapi dilema besar saat memasuki fase baru perang berdarah melawan Hamas: menyeimbangkan tujuannya untuk menghancurkan kelompok militan tersebut dan responsnya terhadap seruan yang semakin meningkat agar Israel mengurangi intensitas pertempuran demi menghindari pembahayaan warga Palestina yang tidak bersalah di daerah kantong yang padat itu," kata Mayjen Charlie Herbert, mantan perwira di tentara Inggris dilansir Insider, Kamis (11/1/2024).

Pensiunan jenderal tersebut menganalisis, untuk mencapai tujuannya, yang bahkan mungkin tidak mungkin tercapai, Israel perlu berperang dengan intensitas yang sama di selatan Gaza seperti yang mereka lakukan di utara jika berharap untuk menurunkan kemampuan Hamas.

"Namun aspek konflik ini adalah hal yang sangat penting, tepatnya soal apa yang menyebabkan begitu banyak masalah," jenderal tersebut.

Gambar yang diambil selama tur media yang diselenggarakan oleh militer Israel pada 8 Januari 2024, menunjukkan pasukan IDF beroperasi di daerah al-Bureij di Jalur Gaza tengah. Gambar yang diambil selama tur media yang diselenggarakan oleh militer Israel pada 8 Januari 2024, menunjukkan pasukan IDF beroperasi di daerah al-Bureij di Jalur Gaza tengah. (Photo by MENAHEM KAHANA/AFP via Getty Images)

IDF Serba Salah dan Dilanda Dilema

Tentara Israel (IDF) menjalankan skema perang bumi hangus, bombardemen tanpa pandang bulu di Gaza dengan asumsi kalau itu adalah hukuman kolektif bagi Hamas berikut seluruh penghuni Jalur Gaza.

Warga sipil Palestina yang menjadi korban, jumlahnya sudah menembus angka lebih dari 20 ribu jiwa, Israel narasikan cuma sebagai 'collateral damage' dan menolaknya sebagai tindakan genosida.

Cara ini juga dianggap IDF paling pas untuk menghancurkan Hamas.

Namun belakangan, tekanan publik internasional, termasuk sekutu abadi mereka, Amerika Serikat (AS) membuat Israel harus memikirkan cara lain yang lebih efektif menumpas Hamas tanpa harus mengorbankan banyak korban jiwa warga sipil.

Cara alternatif ini, dianggap mustahil karena pada kenyataannya, Hamas tetap eksis meski bombardemen hanis-habisan Israel sudah menguras keuangan negara mereka.

“Mereka terkutuk jika mereka melakukan hal tersebut (bombardemen Gaza), dan mereka terkutuk jika tidak melakukan hal tersebut, karena jika tidak (membumihanguskan Gaza), mereka tidak akan mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan,” kata Mayjen Charlie Herbert.

Ini jelas bukanlah situasi yang ideal bagi Israel.

Perang yang sedang berlangsung, yang dipicu oleh serangan Banjir Al Aqsa Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan gegara akumulasi penindasan tentara pendudukan selama bertahun-tahun, dibalas Israel dengan pemboman udara yang menghancurkan diikuti dengan invasi darat ke Gaza.

Agresi militer IDF dimulai di bagian utara daerah kantong pesisir tersebut, namun kemudian beralih ke bagian selatan, yang menjadi lokasi terjadinya sebagian besar pertempuran baru-baru ini.

Kini, para pejabat Israel memberi isyarat bahwa IDF menuju fase ketiga perang yang menurut mereka akan lebih tepat sasaran dan bersifat 'pembedahan'.

Seorang tentara Israel melompat dari pengangkut personel lapis baja (APC) di Israel selatan di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza pada 9 Januari 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas. (Menahem KAHANA/AFP)
Seorang tentara Israel melompat dari pengangkut personel lapis baja (APC) di Israel selatan di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza pada 9 Januari 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas. (Menahem KAHANA/AFP) (AFP/MENAHEM KAHANA)

Rincian Aksi Fase Ketiga Perang oleh IDF

Dalam sebuah dokumen yang dirilis pekan lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menguraikan visinya untuk transisi peralihan fase perang tersebut.

Gaza Utara, tulisnya, akan menghadapi “pendekatan tempur baru” yang mencakup aksi penyerbuan, serangan udara dan darat yang mendadak, operasi khusus, dan penghancuran jaringan luas terowongan Hamas yang selama ini dipakai gerakan milisi untuk mendukung taktik hit and run.

Gallant mengatakan upaya di wilayah selatan akan fokus pada 'pemenggalan' kepemimpinan Hamas, yang masih buron di Gaza dan sekitarnya, dan memulangkan lebih dari 100 sandera yang masih disandera oleh milisi pembebasan Palestina.

"Ini adalah upaya lintas tahap. Ini akan terus berlanjut selama dianggap perlu," tulisnya, seraya menambahkan kalau perang akan terus berlanjut sampai Israel mencapai tujuannya.

Apa tujuan Israel dalam fase ketiga perang Gaza ini?

"Memulangkan semua sandera, melenyapkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, dan demiliterisasi Gaza," tambahnya.

Cuplikan video yang dirilis oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), memperlihatkan anggota mereka melakukan penyergapan terhadap tentara Israel setelah memancing mereka ke sebuah terowongan di lingkungan Sheikh Radwan, Gaza utara pada akhir Desember 2023. Video ini dirilis pada Rabu (10/1/2024). Cuplikan video yang dirilis oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), memperlihatkan anggota mereka melakukan penyergapan terhadap tentara Israel setelah memancing mereka ke sebuah terowongan di lingkungan Sheikh Radwan, Gaza utara pada akhir Desember 2023. Video ini dirilis pada Rabu (10/1/2024). (X)

Hamas Melemah Tapi Tidak Kalah

Para analis perang mengatakan, agar Israel dapat mencapai tujuannya, Israel harus terus beroperasi dengan intensitas yang sama seperti yang dilakukannya selama tiga bulan terakhir.

Namun intensitas itulah yang menyebabkan melonjaknya angka kematian di Gaza, kecaman internasional, seruan luas untuk gencatan senjata, dan bahkan tekanan dari AS, sekutu utamanya, untuk menurunkan tensi perang.

“Pasukan Israel telah melemahkan beberapa unit Hamas dan menjadikan pertempuran lainnya tidak efektif, khususnya di jalur Gaza utara, sejak awal operasi pembersihan,” tulis para analis di lembaga pemikir Institute for the Study of War dalam penilaian awal Januari setelah serangan Israel.

IDF mengumumkan mereka akan menarik sejumlah pasukan dari bagian utara daerah kantong tersebut.

“Tetapi kekuatan militer Hamas belum dikalahkan atau dihancurkan saat ini. Penurunan tekanan Israel, pada kenyataannya, akan memungkinkan Hamas untuk membangun kembali kemampuan militer dan infrastrukturnya,” kata analis ISW.

Analisis tersebut menambahkan kalau “rekonstitusi apa pun tidak sejalan dengan pernyataan perang Israel” yang bertujuan untuk menghancurkan Hamas secara militer dan politik."

Israel mengatakan pihaknya telah membunuh atau menangkap hingga 9.000 dari sekitar 30.000 militan Hamas.

Pun, beberapa ahli memperingatkan kalau kematian para milisi dan kehancuran yang ditimbulkan agresi militer Israel dapat menciptakan lebih banyak pejuang perlawanan baru lewat regenerasi para penyintas.

Kementerian Kesehatan Gaza memperkirakan jumlah korban tewas mencapai lebih dari 22.000 orang – tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan, namun mayoritas diyakini adalah perempuan dan anak-anak.

Lebih dari 180 tentara IDF tewas, diyakini jumlahnya lebih banyak dari yang diumumkan IDF secara resmi, dalam perang yang sedang berlangsung.

Angka ini menambah lebih dari 370 tentara yang terbunuh pada 7 Oktober saat Hamas dan milisi pembebasan lain Palestina melancarkan serangan lintas batas pada Operasi Banjir Al-Aqsa.

(oln/*/BI)

Tag:  #mayjen #inggris #israel #kini #hadapi #situation #seusai #berbulan #perang #habis #habisan #lawan #hamas

KOMENTAR