Joe Biden Upayakan Gencatan Senjata Israel-Hamas Minimal selama 6 Minggu
Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato bersama Raja Yordania Abdullah II ibn Al Hussein setelah pertemuan di Gedung Putih pada 12 Februari 2024 di Washington, DC. 
10:50
13 Februari 2024

Joe Biden Upayakan Gencatan Senjata Israel-Hamas Minimal selama 6 Minggu

Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengatakan pihaknya sedang mengupayakan gencatan senjata antara Israel dan gerakan perlawanan Palestina, Hamas, setidaknya selama 6 minggu.

Jeda tersebut akan digunakan untuk membebaskan sandera Israel di Jalur Gaza.

"Kami sedang mengupayakan kesepakatan mengenai penyanderaan antara Hamas dan Israel yang mencakup gencatan senjata untuk jangka waktu 6 minggu,” katanya, dikutip dari Al Ghad TV, Selasa (13/2/2024).

Pernyataan itu disampaikannya dalam konferensi pers bersama Raja Abdullah dari Yordania yang berkunjung ke Gedung Putih pada Senin (12/2/2024).

Joe Biden menentang upaya pemindahan paksa warga Palestina dari Jalur Gaza.

"Kami menentang pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza, dan kami berupaya mencari bantuan untuk mencapai Gaza dan kami berupaya membuka penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom," lanjutnya.

Joe Biden juga mengkritik keputusan Israel untuk melakukan operasi militer di Rafah, Jalur Gaza selatan.

"Operasi di Rafah tidak boleh dilanjutkan tanpa rencana yang kredibel bagi penduduk sipil yang harus dilindungi," katanya.

Selain itu, Presiden AS itu mengatakan sejumlah besar warga Palestina yang terbunuh dalam serangan Israel di Jalur Gaza adalah orang-orang yang tidak bersalah.

Namun, hal itu ternyata tidak membuat AS menghentikan bantuan militernya kepada Israel.

Ia memastikan, AS yang menjadi sekutu utama Israel, berkomitmen untuk mengalahkan Hamas.

"Kami memiliki tujuan yang sama dengan Israel dalam mengalahkan Hamas dan memulihkan keamanan bagi Israel dan warganya," katanya.

Setelah Biden berbicara, Raja Abdullah dari Kerajaan Yordania kembali menyerukan gencatan senjata secara luas.

“Kita tidak bisa berdiam diri dan membiarkan situasi ini terus berlanjut,” ujarnya.

Raja Abdullah menekankan perlunya gencatan senjata permanen, dengan mengatakan perang tersebut harus diakhiri.

Dia mengatakan dunia tidak dapat menanggung akibat serangan Israel terhadap Rafah.

"Situasi ini sudah tidak tertahankan lagi bagi lebih dari satu juta orang yang terpaksa mengungsi ke kota Rafah sejak perang dimulai," kata Raja Abdullah.

Yordania-AS Dukung Pembentukan Negara Palestina

Dalam pertemuan itu, Raja Abdullah dan Joe Biden sepakat terkait seruan pembentukan negara Palestina dalam jangka panjang.

"Ini adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan jangka panjang Israel," kata Joe Biden, yang terlihat mengutamakan sekutunya.

Sementara itu, Raja Abdullah berharap pembentukan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, hidup berdampingan dengan Israel.

"Ini adalah satu-satunya solusi yang menjamin perdamaian dan keamanan bagi Palestina, Israel, dan seluruh wilayah," katanya.

lihat fotoOrang-orang membawa jenazah orang-orang terkasih yang terbunuh dalam pemboman Israel di rumah sakit Al-Najar di Rafah, di Jalur Gaza selatan pada 12 Februari 2024, di tengah pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. Orang-orang membawa jenazah orang-orang terkasih yang terbunuh dalam pemboman Israel di rumah sakit Al-Najar di Rafah, di Jalur Gaza selatan pada 12 Februari 2024, di tengah pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.

Raja Yordania itu mengatakan sekitar 100.000 warga Palestina meninggal dunia, terluka atau hilang.

"Sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak," katanya.

"Kita tidak bisa diam dan membiarkan situasi ini terus berlanjut. Kita memerlukan gencatan senjata permanen dan perang harus diakhiri," lanjutnya.

Ia mendesak agar pengiriman bantuan yang berkelanjutan dalam jumlah yang cukup bisa masuk ke Jalur Gaza.

Raja Yordania itu kecewa dengan pembatasan bantuan penting termasuk bantuan medis yang memperburuk situasi kemanusiaan di Jalur Gaza.

Hamas Palestina vs Israel

Segera setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), Israel mulai membombardir Jalur Gaza.

Kematian warga Palestina di Jalur Gaza mencapai 28.340 jiwa dan 67.984 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (12/2/2024), 1.147 kematian di wilayah Israel, dan 375 kematian warga Palestina di Tepi Barat hingga Selasa (30/1/2024), dikutip dari Anadolu.

Israel memperkirakan, masih ada kurang lebih 136 sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Editor: Nuryanti

Tag:  #biden #upayakan #gencatan #senjata #israel #hamas #minimal #selama #minggu

KOMENTAR