Kekayaan Miliarder AS Melonjak Rp11,6 Triliun Menurut Laporan Oxfam, Ketimpangan Ekonomi Kian Melebar
— Laporan terbaru Oxfam America mengungkap bahwa kekayaan gabungan sepuluh miliarder terkaya di Amerika Serikat (AS) melonjak sebesar USD 698 miliar atau sekitar Rp11,66 triliun (mengacu pada kurs Rp16.700 per dolar) dalam setahun terakhir.
Kenaikan tajam ini menyoroti jurang ketimpangan ekonomi yang semakin melebar di negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut, serta menimbulkan kekhawatiran akan dampak jangka panjangnya terhadap stabilitas sosial dan politik global.
Melansir The Guardian, Rabu (5/11/2025), Oxfam memperingatkan bahwa kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintahan Donald Trump berpotensi "mendorong ketimpangan di Amerika Serikat ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Namun, laporan itu juga menegaskan bahwa masalah ini bukan hanya hasil kebijakan satu pihak. Baik Partai Republik maupun Demokrat disebut turut memperdalam kesenjangan melalui kebijakan ekonomi yang lebih menguntungkan kelompok berpenghasilan tinggi.
Berdasarkan analisis data Federal Reserve periode 1989–2022, Oxfam mencatat bahwa rumah tangga di kelompok 1 persen teratas menambah kekayaan 101 kali lebih besar dibandingkan rumah tangga rata-rata, dan 987 kali lebih besar dari kelompok 20 persen terbawah.
Dalam nilai riil, setiap rumah tangga di kelompok 1 persen teratas memperoleh tambahan kekayaan sekitar USD 8,35 juta, sedangkan peningkatan bagi rumah tangga rata-rata hanya sekitar USD 83.000 selama 33 tahun terakhir.
Sementara itu, lebih dari 40 persen penduduk Amerika, termasuk hampir separuh anak-anak, kini tergolong berpenghasilan rendah, dengan pendapatan keluarga di bawah 200 persen garis kemiskinan nasional. Kondisi ini menempatkan AS di posisi kurang menguntungkan di antara negara-negara maju.
Dibandingkan dengan 10 ekonomi terbesar dalam Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), AS menempati peringkat tertinggi dalam kemiskinan relatif, kedua dalam tingkat kemiskinan anak dan kematian bayi, serta salah satu yang terendah dalam harapan hidup.
"Ketimpangan bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari pilihan kebijakan," ujar Rebecca Riddell, Pimpinan Kebijakan Senior Bidang Keadilan Ekonomi Oxfam America. Ia menambahkan bahwa data perbandingan antarnegara menunjukkan bagaimana keputusan politik dan ekonomi dapat secara langsung menentukan kesejahteraan masyarakat.
Oxfam juga menyoroti bagaimana sistem perpajakan, perlindungan tenaga kerja, dan jaring pengaman sosial secara bertahap dilemahkan selama beberapa dekade terakhir, memungkinkan akumulasi kekayaan besar berubah menjadi kekuatan politik.
Kebijakan pajak besar yang diluncurkan oleh pemerintahan Trump, yang dijuluki “satu undang-undang besar dan indah”, disebut sebagai salah satu bentuk transfer kekayaan paling signifikan ke arah kelompok kaya dalam sejarah modern Amerika.
Namun, tanggung jawab atas ketimpangan ini tidak hanya dibebankan kepada Partai Republik. “Para pembuat kebijakan telah memilih ketimpangan, dan pilihan itu didukung oleh kedua partai besar,” ujar Riddell.
Untuk menekan jurang ekonomi yang terus melebar, Oxfam merekomendasikan empat langkah strategis, yakni memperkuat regulasi antimonopoli dan reformasi pendanaan politik, menaikkan pajak bagi individu superkaya dan korporasi besar, memperluas jaring pengaman sosial, serta memperkuat posisi serikat pekerja.
Meski reformasi tersebut diperkirakan menghadapi hambatan politik besar, Riddell menegaskan bahwa “yang dibutuhkan saat ini adalah jenis politik baru, politik yang berpihak pada masyarakat luas dan berani mengoreksi ketimpangan secara nyata.”
Sejalan dengan itu, aktivis dari United Workers Maryland menilai bahwa meningkatnya kesadaran publik terhadap ketimpangan ekonomi menciptakan momentum penting untuk perubahan. “Semakin banyak warga Amerika menyadari bahwa sistem ekonomi saat ini hanya menguntungkan segelintir orang di puncak piramida sosial,” ujarnya.
Dalam konteks global, laporan Oxfam ini menjadi pengingat bahwa tren serupa juga terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Lonjakan kekayaan para miliarder dunia seperti Elon Musk, Jeff Bezos, dan Mark Zuckerberg mencerminkan bagaimana kebijakan fiskal dan ekonomi dapat memperlebar ketimpangan secara struktural.
Ketika segelintir orang menikmati akumulasi kekayaan luar biasa sementara mayoritas masih berjuang dengan stagnasi ekonomi, tantangan terbesar bagi dunia saat ini adalah menciptakan pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkeadilan, agar kemajuan tidak hanya dirasakan oleh segelintir orang di puncak, tetapi oleh seluruh lapisan masyarakat. (*)
Tag: #kekayaan #miliarder #melonjak #rp116 #triliun #menurut #laporan #oxfam #ketimpangan #ekonomi #kian #melebar