Panas di Perbatasan Pendudukan Israel, Raja Yordania Hadiri Latihan Militer Artileri Tentara Arab
Raja Yordania, Abdullah II, menghadiri latihan militer yang diselenggarakan Korps Artileri Kerajaan pada Senin (9/9/2024). 
16:40
10 September 2024

Panas di Perbatasan Pendudukan Israel, Raja Yordania Hadiri Latihan Militer Artileri Tentara Arab

Raja Abdullah II, Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Yordania-Tentara Arab, pada Senin (9/9/2024) menghadiri latihan militer yang diselenggarakan Korps Artileri Kerajaan.

Menurut pernyataan istana kerajaan, Raja Abdullah diberi pengarahan tentang perkembangan Korps Artileri Kerajaan dan persenjataan serta peralatan terbaru mereka.

Raja juga diberi pengarahan tentang tujuan dan skenario latihan, yang mensimulasikan potensi ancaman dan langkah-langkah yang diterapkan untuk menghadapinya.

Latihan ini disebutkan bertujuan untuk menguji kesiapan, perencanaan, dan kapasitas koordinasi dari formasi yang berpartisipasi.

"Raja Abdullah juga melihat pameran senjata yang memamerkan perangkat, peralatan, dan amunisi yang digunakan oleh Korps Artileri Kerajaan," tulis laporan JN, dikutip Selasa (10/9/2024).

Raja Abdullah memuji keterampilan, kemampuan, dan kesiapan tingkat lanjut yang ditunjukkan selama latihan, memuji profesionalisme dan moral yang tinggi dari para peserta.

Anggota pasukan keamanan Israel berjaga di Jembatan Allenby, titik perbatasan antara Yordania dan Tepi Barat yang diduduki pada 8 September 2024. Anggota pasukan keamanan Israel berjaga di Jembatan Allenby, titik perbatasan antara Yordania dan Tepi Barat yang diduduki pada 8 September 2024. (Foto oleh Gil Cohen Magen/Xinhua)

Panas di Perbatasan, Front Baru di Lembah Yordan

Latihan militer ini digelar saat hubungan Yordania dan Israel tengah tegang pasca-penembakan tiga petugas keamanan Israel di Perbatasan Jembatan Allenby (Al-Karama) antara Yordania dan Tepi Barat yang diduduki pada Minggu pagi.

Tersangka pelaku disebutkan adalah warga negara Yordania yang bersimpati pada Gaza dan milisi perlawanan Palestina.

Sebelum insiden penembakan pada Minggu kemarin ini, Israel sudah dilaporkan mulai mengkhawatirkan situasi di area dekat perbatasan Israel-Yordania.

Bahkan, militer Israel mempertimbangkan pembentukan divisi baru untuk melindungi area perbatasan di timur.

Pertimbangan itu muncul setelah salah satu tentara Israel tewas ditembak di dekat pemukiman Mehola di Lembah Yordan yang berada di sepanjang Tepi Barat.

IRNA melaporkan Brigade Al-Qassam Hamas sudah mengklaim berada di balik penembakan itu.

Menurut Al-Qassam, para pejuangnya yang berada di Tepi Barat telah menembak tentara itu dalam jarak dekat dan bisa dengan aman kembali ke markas.

Disebutkan bahwa penembakan itu adalah operasi balasan atas serangan Israel di Sekolah Al Tabin di Kota Gaza pada hari Sabtu pekan lalu. Serangan itu menewaskan lebih dari 100 warga Palestina.

Kantor berita Shehab menyebut serangan itu dilakukan pada hari Minggu siang. Targetnya ialah sebuah mobil di dekat pemukiman Mehola.

Al-Qassam menegaskan para pejuangnya di Tepi Barat akan terus mengejar musuh di mana pun hingga mereka bisa mengusir musuh dari tanah Palestina.

Serangan di Lembah Yordan itu memunculkan kekhawatiran bagi aparat keamanan Israel karena ancaman itu tidak datang dari luar.

Ancaman itu muncul di Tepi Barat karena front baru sudah terbentuk untuk melawan rezim Israel.

Situasi di Tepi Barat hingga saat ini tetap tegang sejak perang di Jalur Gaza meletus pada bulan Oktober 2023.

Israel hampir tiap hari menyerbu Tepi Barat untuk menindak tegas para pemuda Palestina yang gusar karena Israel menyerang Gaza.

Iran dituding berupaya buka front baru di Lembah Yordan

The Jewish Press, media Yahudi yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mengklaim Iran berusaha membuka front baru di perbatasan Israel-Yordania.

Pada hari Senin pekan lalu Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz berujar kini muncul situasi berbahaya.

Situasi itu dipicu oleh Iran yang berupaya membuka front baru di perbatasan timur Israel.

Katz menuding Pasukan Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC) bekerja sama dengan agen Hamas di Lebanon untuk menyelundupkan senjata dan dana ke Yordan.

Kata dia, senjata kemudian diselundupkan dari Yordania ke seberang perbatasan.

Katz mengklaim Poros Perlawanan Iran kini menguasai kamp pengungsian di Yudea dan Samaria melalui proksi-proksinya.

“Pembangunan tembok pembatas di sepanjang perbatasan dengan Yordani harus dipercepat untuk mencegah penyelundupan senjata dari Yordania ke Israel, yang mengancam rezim Yordania maupun Israel,” ujar Katz.

Sementara itu, Memri mengabarkan bahwa pada minggu lalu Yordania dan Iran saling mengirimkan pesan resmi.

Perdana Menteri Yordania Ayman Al-Safadi berkunjung ke Teheran tanggal 4 Agustus dan bertemu dengan Pj. Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani.

Safadi menyebut Raja Yordania Abdullah telah meminta dia untuk menerima undangan kunjungan ke Teheran.

Undangan itu untuk mengakhiri “ketidaksepakatan” di antara kedua negara itu “dengan cara yang akan melayani kepentingan mereka” berdasarkan sikap saling hormat dan tidak campur tangan atas urusan masing-masing.

Media pemerintah Yordania melaporkan Safadi sudah berkata kepada Iran bahwa Yordania akan menangkis senjata apa pun yang melewati langitnya.

Saat Iran melancarkan serangan udara ke Israel pada bulan April, Yordania menangkis pesawat nirawak Iran.

Adapun ketika diwawancarai Al Arabiya tanggal 10 Agustus lalu, Safadi menyebut Yordania tak akan menjadi “arena untuk Iran dan Israel”.

Warga Yordania Rayakan Terbunuhnya 3 Petugas Israel

Adapun Ribuan warga Yordania, pada Minggu malam (8/09/2024), berbaris dari Masjid Al-Husseini di pusat kota Amman Lama, memadati jalanan untuk merayakan kesyahidan penduduk Yordania, Maher Al-Jazi, yang melakukan operasi di Perbatasan Karama yang membunuh tiga petugas keamanan Israel.

Aksi yang diinisiasi Gerakan Islam menyebut aksi Maher Al-Jazi sebagai “Dari Karama demi Kehormatan,” untuk memuji operasi penyeberangan, yang menewaskan tiga pasukan penjajah Israel.

Dikutip dari NPC dan RT Arabic, aksi pawai kesyahidan Maher Al-Jazi ini dihadiri banyak penduduk Yordania.

Sementara para aktivis mengatakan bahwa petugas keamanan Yordania melarang peserta aksi pawai menggunakan mobil yang membawa pengeras suara.

Para peserta aksi meneriakkan slogan-slogan yang mendukung tindakan Maher Al-Jazi dan mendukung kelompok pejuang Palestina yang melawan penjajah Israel. Sebagian peserta aksi juga membagikan kue dan manisan-manisan dalam rangka merayakan kesyahidan Maher Al-Jazi.

Para peserta aksi turut melantukan doa untuk Maher Al-Jazi yang melakukan operasi tersebut. Mereka juga meluncurkan kembang api ke udara untuk merayakan kesuksesan pelaksanaan operasi melawan penjajah Israel.

“Singkirkan militer dari perbatasan, perbatasan Tepi Barat. Siapa pun yang menginginkan tanah (Palestina) itu kembali, bawalah senjata. Rakyat Yordania adalah mimpi buruk yang menjawab seruan perlawanan dan menginjak-injak Zionis,” teriak para peserta aksi.

Tiga petugas keamanan Israel, pada Minggu (08/09/2024), tewas setelah ditembak di daerah pintu perbatasan Karama, perbatasan antara Yordania dan Tepi Barat Palestina.

Media Israel mengutip sumber yang mengatakan dalam informasi awal bahwa seorang sopir truk Yordania datang dari wilayah Yordania menuju pintu perbatasan, menyelundupkan senjata, mengeluarkannya, dan menembaki petugas.

Surat kabar Israel, Maariv, menunjukkan bahwa korban tewas dalam operasi penyeberangan Karama merupakan personel keamanan yang berafiliasi dengan Otoritas Penyeberangan Israel. Pintu perbatasan sempat ditutup di kedua arah.

Pujian dari Hamas

Kelompok Palestina memuji penembakan di perbatasan Yordania, sementara Netanyahu menyalahkan 'Iran'.

Warga di Yordania dan Tepi Barat yang diduduki membagikan permen dalam rangka merayakan operasi perlawanan Yordania

Faksi perlawanan Palestina memuji operasi yang dilakukan oleh seorang pengemudi truk Yordania, yang menewaskan tiga personel keamanan Israel di dekat perbatasan Tepi Barat yang diduduki dengan Yordania.

"Operasi penyeberangan Karama merupakan penegasan penolakan masyarakat Arab atas pendudukan, kejahatannya, dan ambisinya di Palestina dan Yordania, dan dukungan kuat mereka terhadap rakyat kami serta perlawanan gagah berani mereka dalam mempertahankan Yerusalem dan Al-Aqsa," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

Anggota biro politik Hamas, Fathi Hammad, menyebut penembakan itu sebagai “tamparan keras bagi sistem keamanan dan militer Zionis, dan bukti konklusif mengenai rapuhnya entitas Zionis dalam menghadapi tekad para pahlawan.”

Ia menyebutnya sebagai “respons alami” terhadap genosida di Gaza, dan mengajak “pemuda Arab dan Islam untuk meningkatkan konfrontasi dengan musuh Zionis kriminal.”

Hammad juga memberi penghormatan kepada orang di balik operasi tersebut, yang ditembak mati oleh pasukan keamanan Israel di dekat Jembatan Raja Hussein.

"Kami memuji operasi heroik yang dilakukan pagi ini oleh salah satu pahlawan Yordania di persimpangan Karama antara Yordania dan wilayah kami yang diduduki. Tindakan heroik ini adalah ekspresi paling tulus dari sentimen rakyat Yordania, serta negara-negara Arab dan Muslim," kata gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) dalam sebuah pernyataan pada 8 September.

"Operasi heroik seperti itu adalah satu-satunya respons yang dipahami oleh pemerintah Amerika, mitra entitas kriminal dalam perang genosida yang dilancarkannya terhadap rakyat kami di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki," tambah pernyataan itu.

Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) mengatakan operasi tersebut “merupakan pukulan telak bagi keamanan Zionis dan pesan berapi-api dari pemuda Yordania terhadap kejahatan pendudukan,” menyebutnya “sah” dan “heroik.”

Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina (PFLP) mengatakan operasi tersebut memiliki arti penting “yang harus dipahami oleh negara pendudukan fasis,” menyebutnya sebagai “salah satu episode dalam serangkaian reaksi luas [terhadap kejahatan Israel] yang tidak akan berhenti.”

Masyarakat di Yordania dan Tepi Barat yang diduduki turun ke jalan, membagikan permen untuk merayakan operasi perlawanan Yordania.

Sementara itu, selama pertemuan kabinet mingguan Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyalahkan peristiwa tersebut pada “ideologi pembunuh yang dipimpin oleh poros kejahatan Iran.”

"Hari ini hari yang berat. Seorang teroris keji membunuh tiga warga negara kita dengan kejam di Jembatan Allenby. Atas nama pemerintah, saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban … Kita dikelilingi oleh ideologi pembunuh yang dipimpin oleh poros kejahatan Iran. Dalam beberapa hari terakhir, teroris keji telah membunuh enam sandera kita dengan kejam dan tiga polisi Israel. Para pembunuh tidak membeda-bedakan kita, mereka ingin membunuh kita semua, sampai yang terakhir; kanan dan kiri, sekuler dan religius, Yahudi dan non-Yahudi."

Tiga penjaga keamanan Israel ditembak dan tewas di perbatasan Jembatan Allenby (Al-Karama) antara Yordania dan Tepi Barat yang diduduki pada Minggu pagi.

Pria yang melakukan penembakan, seorang pengemudi truk dari Yordania, tiba di terminal dan melepaskan tembakan ke arah petugas keamanan dari jarak dekat dengan pistol yang disembunyikannya, menembak kepala mereka, sebelum ia sendiri ditembak dan dibunuh oleh petugas keamanan perbatasan. Ia telah diidentifikasi oleh media Israel sebagai Maher al-Jazi yang berusia 39 tahun.

Tag:  #panas #perbatasan #pendudukan #israel #raja #yordania #hadiri #latihan #militer #artileri #tentara #arab

KOMENTAR