Bisa Picu Anak Stunting, Sebanyak 57 Persen Ibu di Indonesia Alami Baby Blues
Ilustrasi seorang ibu sedang menggendong anaknya usai melahirkan. Perubahan mood negatif pada ibu yang baru melahirkan perlu diwaspadi sebagai gejala awal baby blues. (Medical News Today)
08:00
2 Maret 2024

Bisa Picu Anak Stunting, Sebanyak 57 Persen Ibu di Indonesia Alami Baby Blues

- Indonesia sampai saat ini masih berupaya mengejar penurunan angka anak stunting. Pemicu stunting tidak hanya faktor asupan gizi. Kondisi kesehatan mental atau kejiwaan pada ibu, juga bisa menyebabkan anak jadi stunting.    Informasi itu disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, di tengah peresmian kerjasama antara Pusat Kesehatan Jiwa Nasional (PJKN) Rumah Sakit Marzoeki Mahdi dengan King’s College London. Kerjasama itu dikhususkan untuk layanan perinatal, sebagai upaya pencegahan ibu baby blues.    Budi mengatakan bahwa di Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah stunting pada anak. Penyebab stunting ini tidak lepas dari kondisi kesehatan mental maupun fisik ibu. "Untuk itu pentingnya skrining kesehatan mental. Pemerintah sudah menyediakan layanan kesehatan mental mulai dari tingkat puskesmas, kata Budi dalam keterangannya Sabtu (2/3).    Menurutnya kerjasama PKJN  RS Marzoeki Mahdi  (PKJN RSMM) dengan King’s College London ini diharapkan bisa menjadi tempat bertukar ilmu. Kemudian juga bertukar pengalaman dan bisa belajar banyak mendapatkan teknologi baru dan cara-cara baru yang telah dilakukan oleh King’s College London. Apalagi kampus itu menjadi pionir dalam penanganan kesehatan mental dan beberapa ahli di sana telah memenangi penghargaan Nobel.    Direktur Utama PKJN RS Marzoeki Mahdi (RSMM) Nova Riyanti Yusuf menjelaskan rumah sakit yang dipimpinnya kini membangun pusat layanan Perinatal Mental Health Services. Hadirnya layanan ini tidak terlepas dari fakta di lapangan bahwa banyak perempuan mengalami baby blues usai melahirkan.    Merujuk data Kedeputian Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN dalam Kelas Orang Tua Hebat (Kerabat) seri pertama pada 29 Januari 2024 melaporkan 57 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat tertinggi di Asia dengan resiko baby blues.     Dokter yang akrab disapa Noriyu itu mengatakan, PKJN RSMM telah berdiskusi dengan Paola Dazzan, Professor of Neurobiology of Psychosis King’s College London sejak Oktober 2023 lalu. Tujuannya untuk menjalin kerjasama dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU) dengan Areas of Cooperation Perinatal Mental Health Services untuk mencegah Post-Partum Blues dengan pendekatan Consultation Liaison Psychiatry.    Menurut Noriyu, mereka membuat unit pelayanan komprehensif Perinatal Mental Health Services untuk ibu hamil. Serta bagi ibu-ibu yang merawat janin dan bayinya pada tahun-tahun pertama. "Saya rasa ini bisa membantu kita yang kekurangan jumlah psikiater. Sehingga kita bisa menggunakan teknologi karena terkendala SDM," katanya.   

  Lewat electronic health record, mereka ingin sekali mengembangkan sistem pencatatan data kesehatan. Tetapi yg bisa menjaga privacy sehingga pasien. Sehingga tidak ada stigma terkait masalah jiwa atau gangguan jiwa. Dengan demikian penanganan ibu yang alami Baby Blues bisa maksimal.    Selain pembentukan Perinatal Mental Health Services, PKJN RSMM juga bekerja sama dalam bidang Digital Psychiatry. Yaitu upaya intervensi secara digital untuk gangguan jiwa yang belum ada sama sekali di Indonesia. King’s College London akan mempertemukan PKJN RSMM dengan 5 technology company untuk pengembangan Digital Psychiatry. 

Editor: Kuswandi

Tag:  #bisa #picu #anak #stunting #sebanyak #persen #indonesia #alami #baby #blues

KOMENTAR