Kisah Sulistia: Dari Koma Dua Minggu hingga Menghadapi Gagal Ginjal Stadium 5
Sulistia, remaja 14 tahun, harus menghadapi kenyataan pahit setelah didiagnosis gagal ginjal stadium 5.
Gejala yang awalnya dianggap remeh, seperti bengkak, mual, muntah, dan sesak napas, ternyata menandakan kerusakan ginjal yang sudah parah.
Cerita ini ia bagian dalam unggahan di akun Tiktok miliknya, @culisanakbaik, 1 September 2025. Unggahan itu telah dilihat oleh 1,9 juta kali dan disukai 86.500 warganet.
https://www.tiktok.com/@culisanakbaik/photo/7556060135286639889?is_from_webapp=1&sender_device=pc&web_id=7580032231990314504
Saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (9/12/2025), ia menceritakan pengalamannya, mulai dari salah diagnosis hingga koma dua minggu. Kini, ia menjalani cuci darah rutin setiap minggu.
Lantas, bagaimana ceritanya?
Gejala yang salah diagnosis: Asam lambung dan flek paru
Awalnya, remaja yang kerap disapa Sulis ini merasakan gejala yang tidak biasa.
“Gejala sakitnya itu aku ada bengkak seluruh badan, mual, muntah, sama sesak napas,” ceritanya.
Sulis mengaku telah berulang kali ke klinik dan mendapatkan berbagai diagnosis, seperti asam lambung dan flek paru.
Ia pun sempat diminta untuk mengambil obat flek paru yang sudah diresepkan dokter. Namun sebelum mendapatkan obat tersebut, ia sudah tak tahan lagi hingga akhirnya pingsan.
"Aku langsung dibawa ke IGD, ternyata aku sudah gagal ginjal stadium 5," ujarnya.
Di sana, Sulis dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih lengkap. Setelah itu, ia langsung dibawa ke ICU karena kondisinya semakin serius.
"Selama 2 minggu keadaan aku koma, terus cuci darah rutin selama dirawat," jelasnya.
Apa penyebab gagal ginjal Sulis?
Menurut dokter yang menanganinya, penyebab utama gagal ginjal Sulis adalah kebiasaan mengonsumsi minuman berwarna dan makanan cepat saji.
"Dokter bilang penyebabnya karena minuman berwarna dan makanan siap saji," ungkap Sulis.
Ia mengakui bahwa selama ini ia lebih suka minum minuman berwarna daripada air putih, yang berkontribusi pada kerusakan ginjalnya.
Setelah itu, Sulis kembali harus dirujuk ke rumah sakit lain dan menjalani perawatan intensif, termasuk cuci darah secara rutin.
Perubahan yang dirasakan
Sejak diagnosis tersebut, hidup Sulis berubah total.
Aktivitasnya kini terbatas karena harus rutin menjalani cuci darah dua hingga tiga kali seminggu. Selain itu, ia juga perlu mengubah asupan makannya.
“(Pantangannya) buah-buahan yang berkalium tinggi, dan asupan cairannya hanya 600 mililiter dalam sehari, termasuk makanan berkuah,” ujarnya.
Bagi Sulis, mengontrol konsumsi cairan adalah tantangan besar, apalagi saat cuaca panas. Untuk mengatasi rasa haus, ia sering berdiam di kamar ber-AC atau mengunyah es batu.
Kunci bertahan Sulis
Dukungan keluarga, terutama dari ibunya, menjadi faktor utama bagi Sulis untuk tetap bertahan.
"Yang pertama dari dukungan keluarga yang selalu mendampingi saya, terutama mamah saya," ucapnya.
Selain itu, ia juga berusaha untuk tetap positif dengan cara menguatkan diri dan membuat dirinya bahagia, karena menurutnya, "kunci sehat yaitu selalu happy."
Apa kata dokter?
Dr. I Gusti Ngurah Adhiartha, Sp.PD-KEMD, FINASIM, menjelaskan bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan gagal ginjal pada remaja, salah satunya adalah konsumsi makanan cepat saji dan minuman manis yang mengandung pewarna.
“Gula yang tinggi itu pasti merusak ginjal. Awalnya bisa menyebabkan bocoran dari ginjal, akhirnya ginjalnya rusak,” jelas dokter yang berpraktik di RS Siloam TB Simatupang itu.
Selain itu, konsumsi garam yang tinggi, seperti pada makanan cepat saji, juga berisiko merusak ginjal.
Untuk mencegah gagal ginjal, Adhiartha menyarankan untuk mengurangi konsumsi makanan cepat saji dan minuman manis.
“Lebih baik makan makanan yang dimasak di rumah, dan hindari teh manis yang tidak jelas kandungannya,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya minum cukup air putih setiap hari, terutama bagi anak-anak yang sering mengonsumsi minuman manis.
Tag: #kisah #sulistia #dari #koma #minggu #hingga #menghadapi #gagal #ginjal #stadium