Kenapa Kita Sering Merasa Kurang? Realita Perbandingan Sosial yang Menggerus Rasa Percaya Diri
– Di era sekarang, sulit membedakan mana realitas mana kepalsuan terlebih di sosial media. Semua orang berlomba-lomba memperlihatkan pekerjaan, penampilan, pencapaian, atau bahkan hal kecil seperti gaya hidup sehari-hari mereka. Tanpa sadar, bagi sebagian orang lainnya muncul perasaan "kurang" yang hadir secara tiba-tiba, bahkan di hari-hari ketika sebelumnya kita baik-baik saja.
Peristiwa ini ternyata memiliki penjelasan tersendiri secara psikologis. Disebutkan dalam Verywell Mind, manusia secara alami memiliki dorongan untuk menilai dirinya sendiri melalui orang lain. Proses ini disebut social comparison dimana kita cenderung menilai seberapa "berhasil" diri kita, bukan berdasarkan pencapaian pribadi, tapi berdasarkan posisi kita dibandingkan dengan orang lain. Artinya, otak kita secara otomatis menggunakan orang lain sebagai "cermin" tolak ukur terhadap siapa diri kita dan sejauh apa pencapaian yang kita miliki.
Penelitian dari jurnal ilmiah 'Social Comparisons: A Potential Mechanism Linking Problematic Social Media Use with Depression' yang dipublikasikan dalam PubMed Central 2022 menunjukkan bahwa kebiasaan menggunakan media sosial secara berlebihan terutama jika disertai kebiasaan membandingkan diri bisa memperburuk kesehatan mental. Dalam studi disebutkan bahwa jika seseorang hanya berfokus dengan perbandingan yang sifatnya negatif maka lambat laun akan mengantarkan pada situasi depresi.
Hal ini menunjukkan bahwa pemicu utama dampak negatif ini bukan berasal dari durasi yang kita habiskan di media sosial, melainkan cara kita menggunakan dan menyikapinya. Saat kita terus-menerus membandingkan diri dengan orang yang dianggap "lebih baik" kita mulai merasa tidak cukup, tidak sukses, bahkan tidak berharga.
Peneliti juga menemukan bahwa perempuan dalam studi tersebut cenderung mengalami tingkat perbandingan sosial ke atas lebih tinggi, yang bisa menjelaskan kenapa mereka lebih rentan terhadap tekanan emosional akibat media sosial. Seperti dijelaskan dalam laporan yang sama, "Women reported higher levels of PSMU and more frequent upward social comparisons than men."
Media sosial sering kali hanya menampilkan 'highlight' terbaik dari hidup orang lain misalnya seperti momen bahagia, pencapaian, dan keberhasilan tanpa menunjukkan perjuangan di baliknya. Maka, penting untuk berhenti menganggap kehidupan orang lain di layar ponsel sebagai standar universal untuk mengukur diri sendiri. Kita harus menanamkan mindset bahwa apa yang selama ini kita lihat adalah hanya sebagian kecil dari hidup seseorang, bukan keseluruhan.
Daripada sibuk membandingkan diri dengan orang lain, akan lebih baik jika kita berfokus pada perbandingan diri sendiri di hari ini dengan hari-hari sebelumnya. Lihat dan rasakan perubahan serta berbagai kemajuan yang mungkin tanpa kita sadari sudah kita lakukan. Perbandingan semacam ini jauh lebih sehat dan membantu membangun rasa percaya diri tanpa harus menumbuhkan rasa iri atau rendah diri.
Selain itu, kita juga bisa mulai membatasi konsumsi media sosial bila mulai merasa lelah secara emosional. Langkah ini dapat membantu kita untuk tetap fokus tanpa harus dibayang-bayangi rasa rendah diri dan selalu bercermin pada keberhasilan orang lain. Bijak bermedia sosial bisa menjadi salah satu bentuk self-love karena lebih mengedepankan ketenangan diri.
Pada akhirnya, rasa "kurang" yang sering kita rasakan bukan berarti kita lemah atau tidak bersyukur. Itu adalah respons alami manusia ketika terpapar pada lingkungan yang penuh perbandingan. Namun, jika dibiarkan tanpa kendali, perasaan ini bisa tumbuh menjadi sumber stres dan ketidakpuasan diri yang terus-menerus hingga pada akhirnya membawa dampak negatif terhadap tubuh secara fisik maupun emosional.
Dengan memahami bahwa tidak ada satu pun hidup yang benar-benar sempurna, kita bisa mulai membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri. Cukup bukan berarti berhenti berkembang, tapi menerima bahwa setiap orang punya ritme dan jalannya masing-masing. Jadi, sebelum kembali membandingkan diri, akan lebih baik jika kita terlebih dahulu memikirkan dan menyadari pencapaian yang telah kita miliki selama ini.
Tag: #kenapa #kita #sering #merasa #kurang #realita #perbandingan #sosial #yang #menggerus #rasa #percaya #diri