Cegah Stunting dengan Rutin Timbang Berat dan Ukur Tinggi Badan Anak
Berat badan anak yang rendah, bahkan angkanya cenderung turun, serta tubuh lebih pendek dibanding anak seusianya, merupakan alarm bagi orangtua untuk segera memeriksakan anaknya. Sebab, kondisi tersebut merupakan tanda terjadinya stunting.
Dijelaskan oleh dr.Devie Kristiani Sp.A, stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Gangguan tersebut terjadi dalam 1.000 hari pertama kehidupan yakni sejak masa kandungan hingga anak berusia dua tahun.
"Dampaknya tidak hanya pada tinggi badan, tapi juga perkembanga otak, kemampuan belajar, dan produktivitas di masa depan," kata dr.Devie dalam acara Festival Sehat Ceria si Kecil yang diadakan di Taman Pintar, Yogyakarta (26/10/2025).
Dokter spesialis anak dari RS Bethesda Yogyakarta ini mengatakan, pencegahan dan deteksi dini stunting menjadi hal yang krusial.
"Langkah pertama dalam pencegahan stunting adalah pemantauan tinggi dan berat badan anak secara rutin, lalu berkonsultasi ke tenaga kesehatan untuk memastikan tumbuh kembangnya sesuai dengan umurnya," paparnya.
Ia menekankan, deteksi dini menjadi kunci agar kondisi anak dapat segera diintervensi sebelum terlambat.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia 2024, prevalensi stunting nasional berada di angka 19,8 persen, sebuah penurunan yang signifikan dari 27,7 persen pada tahun 2019 dan berhasil mencapai target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di bawah 20 persen.
Fokus pada pencegahan stunting
Walikota Yogyakarta, dr.Hasto Wardoyo Sp.OG(K) menjelaskan, penanganan stunting khususnya di daerah Yogyakarta berfokus pada pencegahan.
"Kita bersyukur di Kota Yogyakarta prevalensi stunting telah turun menjadi 10.49 persen. Fokus kami adalah mencegah angka stunting baru karena kalau ditangani dalam kondisi stunting tingkat keberhasilannya mencapai 70 persen. Sedangkan jika ditangai setelahnya keberhasilannya hanya 20 persen," ujarnya.
Festival Sehat Ceria si Kecil yang diadakan Sarihusada dan jaringan apotek K-24 di Taman Pintar, Yogyakarta (26/10/2025).
Hasto mengatakan, pencegahan perlu dilakukan jauh sebelum anak lahir, yaitu pada fase pranikah dengan prakonsepsi serta pemenuhan nutrisi seimbang untuk calon ibu.
Ia juga mengapresiasi kegiatan Festival Sehat Ceria si Kecil. "Kegiatan ini menunjukkan pentingnya kolaborasi multipihak dalam mempercepat upaya pencegahan stunting," ujarnya.
Festival Sehat Ceria si Kecil merupakan kolaborasi antara Sarihusada dengan K-24 Group. Acara tersebut menghadirkan berbagai kegiatan seperti skrining tumbuh kembang anak dan edukasi gizi keluarga. Acara ini diikuti lebih dari 1.200 peserta yang terdiri dari anak-anak dan orangtua.
Sales Director Sarihusada, Rizki Imam Ardhi mengatakan, pihaknya mendukung acara ini melalui kegiatan skrining dan pemberian edukasi nutrisi.
"Ini juga merupakan bagian dari kampanye Generasi Maju Bebas Stunting dan 3 Langkah Maju yang telah dijalankan sejak 2023. Kami ingin terus membantu orang tua memahami pentingnya tiga langkah sederhana: memantau pertumbuhan anak, berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, dan memberikan nutrisi yang tepat, sebagai upaya konkret mencegah stunting,” jelas Rizki.
Founder & CEO K-24 Group, dr.Gideon Hartono menambahkan pentingnya peran retailer seperti apotek untuk menjadi garda terdepan dalam memperluas akses informasi.
"Sebagai jaringan apotek yang kini telah berkembang menjadi lebih dari 850 gerai, kami ingin hadir bukan hanya sebagai tempat memperoleh obat, tapi juga mitra kesehatan keluarga Indonesia," katanya.
Gideon menambahkan, sebagai wujud nyata pengentasan stunting, Apotek K-24 memberikan PKMK atau Pangan untuk Keperluan Medis Khusus kepada anak di atas 1 tahun yang telah terindikasi stunting sesuai dengan resep dokter. Program ini akan berjalan 3 sampai 6 bulan.
Tag: #cegah #stunting #dengan #rutin #timbang #berat #ukur #tinggi #badan #anak