Sejarah Bakso Miesop Methodist Medan, Kuliner Legendaris dari 1970-an
Mie sop daei Mie Sop Methodist di Medan.(Kompas.com/Silvita Agmasari)
18:18
18 Januari 2024

Sejarah Bakso Miesop Methodist Medan, Kuliner Legendaris dari 1970-an

Bakso dan Miesop Methodist umumnya jadi salah satu rekomendasi kuliner halal di Medan, Sumatera Utara. Nama kedai bakso ini diambil dari lokasinya yang berada dekat Kampus Methodist di Jajaln Hang Tuah Nomor 17. 

Lokasinya berada di tempat yang teduh dan tenang, tetapi berada di tengah Kota Medan.

Ciri khas bakso miesop ini adalah potongan daging dan jeroan yang melimpah bahkan sampai menutupi bagian mi di mangkuk. Selain itu, kuah kaldunya yang terasa medok membuat kedai ini selalu ramai pengunjung. 

Penerus usaha bakso Methodist, Hafiz bercerita kepada Tribun Medan, bahwa usaha bakso miesop ini dirintis oleh kedua orangtuanya pada 1970 an. Orangtua Hafiz kebetulan adalah orang Jawa yang merantau ke Medan. 

"Pertama kali bapak jualan bakso itu di daerah Karang Sari Polonia dengan masih menggunakan gerobak dorong," pada Hafiz. 

Mulanya, usaha bakso ini diberi nama Bakso Siran. Setelah beberapa tahun berjulaan di daerah Karang Sari.

Kedua orang tua Hafiz memilih untuk pindah ke wilayah yang mudah dijangkau oleh masyarakat yaitu di depan Hotel Danau Toba, tetapi sayang gerobak orang tua Hafiz harus digusur karena dilarang berjualan di daerah itu. 

Setelah itu, kedua orangtua Hafiz memutuskan untuk pindah dan berjualan di depan kampus Methodist. 

"Ketika pindah lagi di depan kampus Methodist ternyata banyak yang suka, makanya lah dijuluki bakso Methodist dan disana bertahan selama kurang lebih 20 tahun, dan pindah ke tempat sekarang diteruskan oleh generasi kedua," ucapnya. 

Resep yang diciptakan oleh kedua Orang tua Hafiz sejak dahulu itu tidak pernah dirubah sedikit pun.

Bakso Miesop Methodist di Medan, Sumatera Utara. TribunMedan/ Diana Aulia Bakso Miesop Methodist di Medan, Sumatera Utara.

"Kita cuma ada bakso daging kecil dengan pilihan toping ada potongan daging, tetelan dan jugaa jeroan sapi biasanya ciri khasnya di tetelan," tutur Hafiz. 

"Dari dulu memang kita konsisten topingnya harus daging, sampai dibilang sama almarhum bapak berapa pun harga daging pasti akan ku beli," pungkasnya. 

Disampaikan Hafiz, biasanya dalam sehari rata-rata Bakso dan Miesop Methodis dapat menghabiskan 20 kilogram daging sapi. Belum dengan tetelan dan jeroan. 

Hafiz ingat betul, sejak bakso dan miesop mengalami enam kali perubahan harga sejak berlokasi depan Bakso dan Miesop Methodist, dari Rp 10.000 sampai jadi Rp 35.000. 

Bakso dan Miesop Methodist buka setiap hari mulai pukul 11.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. 

          View this post on Instagram                      

A post shared by Foodplace (@my.foodplace)

Tag:  #sejarah #bakso #miesop #methodist #medan #kuliner #legendaris #dari #1970

KOMENTAR