Data IASC: Kerugian Ekonomi Akibat Penipuan Digital Tembus Rp 7 Triliun
- Kementerian Koordinator bidang Perekonomian memperkirakan nilai ekonomi digital Indonesia menembus USD 360 miliar pada 2030. Di tengah proyeksi pesatnya perkembangan industri fintech tersebut, tantangan terkait keamanan serta kepercayaan digital (digital trust) kian mengemuka.
Meningkatnya penggunaan layanan keuangan berbasis digital turut diiringi risiko penipuan dan penyalahgunaan identitas yang semakin kompleks, sehingga menuntut penanganan yang terstruktur dan menyeluruh. Kondisi tersebut tercermin pada data Indonesian Anti-Scam Center (IASC) periode 22 November 2024 hingga 16 Oktober 2025.
Selama rentang waktu tersebut, tercatat 299.237 laporan penipuan dengan total kerugian mencapai Rp 7 triliun. Selain itu, terdapat 94.344 rekening yang diblokir, 487.378 rekening yang dilaporkan, serta dana yang berhasil dibekukan sebesar Rp 376,8 miliar.
Sebagai respons atas tantangan tersebut, Privy, penyedia layanan identitas digital dan tanda tangan elektronik kembali ambil bagian dalam rangkaian Bulan Fintech Nasional (BFN) 2025 dengan peran sebagai Official Digital Trust Provider.
Melalui keterlibatan ini, Privy berkontribusi dalam memperkuat fondasi kepercayaan digital di ekosistem fintech dengan menghadirkan solusi identitas digital yang aman, tepercaya, dan sesuai standar. Solusi tersebut ditujukan bagi seluruh pemangku kepentingan, mulai dari penyelenggara layanan fintech, pelaku UMKM, investor, hingga masyarakat umum.
Dalam pelaksanaan BFN 2025, dukungan Privy diwujudkan melalui penguatan literasi mengenai pentingnya digital trust, penerapan standar verifikasi identitas yang andal, serta pemanfaatan identitas digital tepercaya guna memitigasi potensi fraud sejak tahap awal interaksi pengguna dengan layanan keuangan digital.
Chief Information & Compliance Officer (CICO) Privy, Krishna Chandra menegaskan bahwa kepercayaan digital dan perlindungan konsumen merupakan pilar utama bagi keberlanjutan industri fintech di Tanah Air.
"Dengan pesatnya perkembangan layanan digital, pengguna semakin sulit membedakan mana informasi yang autentik dan mana yang merupakan hasil rekayasa. Karena itu, kepercayaan tidak bisa lagi dibangun hanya melalui imbauan untuk ‘berhati-hati’. Diperlukan kolaborasi antara industri dan regulator untuk mencegah fraud sejak awal, mulai dari verifikasi identitas yang tepercaya, mekanisme pelacakan dokumen, hingga standar interoperabilitas yang memastikan setiap transaksi dapat divalidasi dengan jelas," ujar Krishna dalam keterangannya, Minggu (21/12).
Ia juga menambahkan bahwa visi Privy dalam pengelolaan keamanan identitas digital berperan penting dalam melindungi konsumen sekaligus menopang pertumbuhan industri fintech yang berkelanjutan.
"Bagi konsumen, identitas digital memungkinkan data pribadi tersimpan aman dalam satu platform terpercaya, sehingga pengguna tidak perlu berulang kali memasukkan data sensitif saat mengakses berbagai layanan fintech. Sementara bagi penyedia layanan, sistem ini membantu mencegah penipuan sekaligus meningkatkan efisiensi onboarding dan menekan drop-off rate," jelas Krishna.
Peran tersebut telah diimplementasikan Privy melalui berbagai kolaborasi di ekosistem digital. Hingga kini, Privy telah melakukan verifikasi terhadap lebih dari 68 juta pengguna individu di Indonesia dan digunakan oleh lebih dari 167.000 organisasi, mencakup perusahaan besar, pelaku usaha, hingga individu.
Sebagai Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) yang berada di bawah naungan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) RI, Privy juga menyediakan Certificate Warranty hingga Rp1 miliar sebagai bentuk perlindungan apabila terjadi kerugian akibat penyalahgunaan identitas yang berkaitan dengan sertifikat elektronik yang diterbitkan.
"Kami berharap, keikutsertaan Privy dalam perhelatan BFN 2025 dapat memberikan kontribusi nyata bagi penguatan ekosistem fintech, khususnya dalam menghadirkan inovasi yang memperkuat keamanan dan kepercayaan terhadap identitas digital. Sebagai digital identity dan digital trust enabler, Privy akan terus membuka ruang kolaborasi bersama penyedia fintech, pemangku kepentingan, dan regulator untuk mendorong inklusi keuangan nasional yang lebih aman dan berkelanjutan," tutup Krishna.
Tag: #data #iasc #kerugian #ekonomi #akibat #penipuan #digital #tembus #triliun