Mengejar Pertumbuhan Ekonomi 2026: Optimisme dan Tantangannya
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2026. (PEXELS/TOM FISK)
11:52
20 Desember 2025

Mengejar Pertumbuhan Ekonomi 2026: Optimisme dan Tantangannya

Menjelang 2026, indikator makro utama menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia bergerak menuju fase pemulihan yang lebih stabil.

Meski begitu, rentang proyeksi dan skenario yang dikemukakan pemerintah, otoritas moneter, asosiasi pengusaha, serta lembaga internasional masih menunjukkan variasi.

Target dan asumsi pertumbuhan ekonomi versi pemerintah

Pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 2026 sebesar 5,4 persen sebagai bagian dari asumsi makro yang disusun untuk penyusunan APBN 2026.

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Media asing soroti pertumbuhan ekonomi Indonesia.PIXABAY Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Media asing soroti pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dalam dokumen resmi Kementerian Keuangan dan paparan terkait RAPBN, angka 5,4 persen tersebut dipahami sebagai target yang menuntut akselerasi konsumsi domestik, dorongan investasi, dan dukungan belanja fiskal yang terukur.

Selain target pertumbuhan, asumsi makro awal pemerintah memasukkan indikator-indikator seperti laju investasi dan ekspor sebagai pengungkit utama.

Bank Indonesia: proyeksi berhati-hati namun optimistis

Bank Indonesia (BI) memaparkan proyeksi pertumbuhan Indonesia 2026 dalam kisaran yang lebih sempit dan kuantitatif.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2026 berada pada kisaran 4,9 sampai 5,7 persen, dengan estimasi titik tengah dan angka alternatif 5,33 persen.

BI juga memperkirakan inflasi tahunan 2026 akan relatif rendah, yakni di kisaran sekitar 2,6 persen, dan memproyeksikan nilai tukar rupiah rata-rata mendekati Rp 16.430 sampai Rp 16.500 per dollar AS sesuai kondisi pasar dan kebijakan intervensi.

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. FREEPIK/PIKISUPERSTAR Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.

BI menegaskan bahwa pencapaian angka tertinggi proyeksi akan sangat bergantung pada percepatan realisasi belanja fiskal dan sinergi kebijakan ekonomi.

BI juga menyampaikan target pertumbuhan kredit perbankan untuk 2026 pada kisaran 8 sampai 12 persen, lebih tinggi dibandingkan kisaran 2025, sebagai bagian dari upaya mendorong permintaan investasi dan konsumsi melalui pembiayaan yang lebih longgar.

BI menyatakan akan memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk mendukung perluasan likuiditas dan perbaikan struktur suku bunga perbankan.

Persepsi pelaku usaha: Apindo dan Kadin

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan sejumlah pengusaha menaruh ekspektasi moderat terhadap 2026.

Dalam pernyataan publik dan jumpa pers Desember 2025, Apindo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2026 di kisaran 5,0 sampai 5,4 persen.

Apindo memberi catatan bahwa prospek tersebut masih dibayangi risiko eksternal seperti perlambatan global dan gejolak nilai tukar, serta risiko domestik terkait realisasi investasi dan distribusi belanja pemerintah.

Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani menekankan pentingnya iklim usaha yang stabil untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi tersebut.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dalam sejumlah forum regional dan pernyataan pers menekankan optimisme pada sisi investasi, terutama terkait proyek-proyek infrastruktur dan transisi energi.

Beberapa pernyataan publik daerah Kadin menyebutkan potensi PDRB yang meningkat pada 2026, namun Kadin tingkat nasional juga mengingatkan bahwa realisasi investasi perlu didukung oleh kemudahan perizinan dan kepastian kebijakan.

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Freepik Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.

Pandangan lembaga kreditur dan pemeringkat

Lembaga pemeringkat dan analis pasar menempatkan proyeksi yang relatif sejalan namun dengan penekanan berbeda pada inflasi dan suku bunga.

Sebagai contoh, Pefindo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5,1 perse persen untuk 2026 dan memperkirakan inflasi berada pada rentang 2 hingga 3 persen (titik tengah sekitar 2,5 persen).

Pefindo sekaligus menyampaikan pandangan bahwa ada ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut jika inflasi tetap rendah dan risiko eksternal terkendali.

Bank Dunia (World Bank) dalam publikasi dan siaran pers memperkirakan pertumbuhan Indonesia pada kisaran 5,0 persen untuk periode 2025–2026, dengan peningkatan moderat ke 5,2 persen pada 2027.

Proyeksi ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan yang relatif kuat dibanding rerata kelompok negara berpendapatan menengah ke atas, namun masih di bawah target ambisius pemerintah.

Faktor-faktor penopang dan risiko pertumbuhan ekonomi Indonesia 2026

Beberapa faktor dianggap sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026.

1. Konsumsi domestik

Konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap kuat, meski level pertumbuhannya bergantung pada daya beli dan inflasi. Pemerintah menargetkan program-program belanja sosial yang dapat menopang konsumsi.

Ilustrasi investasi. Dok. Shutterstock.com Ilustrasi investasi.

2. Investasi

Proyek infrastruktur dan investasi hijau disebut oleh Kadin dan sektor swasta sebagai motor penting. Percepatan pencairan belanja modal pemerintah juga dikaitkan dengan potensi kenaikan pertumbuhan.

3. Ekspor

Kondisi komoditas global dan permintaan eksternal akan memengaruhi kinerja ekspor. Bank Dunia dan BI sama-sama menyatakan ekspor masih dapat memberi kontribusi positif jika permintaan regional tetap mendukung.

Sementara itu, risiko yang disebut berulang oleh ekonom dan pelaku pasar meliputi beberapa faktor, yakni sebagai berikut.

1. Ketidakpastian global

Perlambatan ekonomi dunia, pengetatan moneter di ekonomi maju, dan potensi gejolak harga komoditas menjadi risiko eksternal utama.

2. Volatilitas nilai tukar

Meskipun BI menargetkan stabilisasi pada kisaran Rp 16.400 sampai Rp 16.500 per dollar AS, tekanan eksternal bisa memicu fluktuasi yang memengaruhi harga impor dan inflasi.

3. Realisasi fiskal

Beberapa pihak menekankan bahwa pencapaian target pertumbuhan 5,4 persen akan bergantung pada efektifitas dan percepatan realisasi belanja pemerintah sesuai jadwal APBN. BI menyatakan potensi kenaikan pertumbuhan jika belanja fiskal dapat dipercepat.

Proyeksi indikator kunci: inflasi, suku bunga, dan kredit

1. Inflasi

Ilustrasi inflasi. SHUTTERSTOCK/D.EE_ANGELO Ilustrasi inflasi.

Mayoritas proyeksi institusional menempatkan inflasi 2026 pada kisaran yang relatif rendah, di bawah 3 persen atau sekitar 2 hingga 3 persen menurut Pefindo dan estimasi BI (sekitar 2,6 persen).

Proyeksi ini menjadi alasan BI membuka kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut bila kondisi global mendukung.

2. Suku bunga

Sejak siklus penurunan yang dimulai pada 2024, BI pada akhir 2025 mempertahankan level kebijakan tetapi menyatakan ruang bagi pelonggaran suku bunga acuan BI Rate lebih lanjut di 2026 apabila inflasi tetap rendah.

Pasar menantikan arahan kebijakan BI yang akan menyeimbangkan antara dorongan pertumbuhan dan stabilitas nilai tukar.

3. Pertumbuhan kredit

BI menargetkan pertumbuhan kredit 8 sampai 12 persen pada 2026, sebagai bagian dari usaha meningkatkan likuiditas dan mendorong pembiayaan produktif.

Realisasi pertumbuhan kredit akan bergantung pada permintaan kredit dari sektor riil dan kesiapan perbankan menurunkan spread suku bunga pinjaman.

Optimisme pemerintah soal pertumbuhan ekonomi Indonesia 2026, serta tantangan yang akan dihadapi

Pemerintah menyatakan optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 dapat melampaui 5,4 persen.

Keyakinan muncul seiring stabilitas makro yang terjaga dan tekanan global yang mulai mereda setelah beberapa tahun penuh gejolak.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, perekonomian Indonesia terus bertahan di tengah berbagai krisis internasional.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kantornya, Jakarta, pada Jumat (12/12/2025).KOMPAS.com/DEBRINATA RIZKY Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kantornya, Jakarta, pada Jumat (12/12/2025).

“Pemerintahan sudah berjalan satu tahun, dan alhamdulillah perekonomian masih dalam situasi yang baik-baik saja. Pertumbuhan ekonomi kita 5 persen sudah tujuh tahun, artinya Indonesia tumbuh 35 persen dalam tujuh tahun di tengah ketidakpastian global dan berbagai krisis yang sudah kita lalui, termasuk perang tarif,” ujarnya di Jakarta, Minggu (30/11/2025).

Airlangga menuturkan tekanan global sepanjang 2025 sudah banyak diantisipasi. Stabilitas makro tetap terjaga.

Kepercayaan konsumen membaik. PMI manufaktur bertahan di zona ekspansif. Pasar keuangan menguat.

Nilai tukar rupiah dan inflasi berada dalam batas aman. Realisasi investasi menembus lebih dari Rp 1.400 triliun dengan target Rp 1.900 triliun hingga akhir tahun.

“Berbagai faktor ketidakpastian itu sudah priced-in di tahun ini. Headwind yang berat sudah kita lewati. Karena itu outlook 2026 lebih optimistis, dan kita berharap pertumbuhan di atas 5,4 persen. Tidak ada risiko yang seberat perang Ukraina, Gaza, Covid-19, maupun perang tarif, semuanya sudah dilampaui Indonesia,” kata Airlangga.

Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2026 dapat mencapai 6 persen, lebih tinggi dari capaian tahun-tahun sebelumnya.

“Saya perkirakan akan tumbuh lebih cepat lagi, mungkin di kisaran enam persen,” ujarnya di Jakarta, Minggu (16/11/2025).

Menurut Purbaya, proyeksi tersebut didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah yang saat ini mulai menunjukkan dampak signifikan terhadap perekonomian nasional.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (tengah) didampingi Wakil Menteri Keuangan Thomas A. M. Djiwandono (kiri) dan Suahasil Nazara (kanan) menyampaikan paparan saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/11/2025). Dalam rapat tersebut Purbaya meyakini pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2025 mampu mencapai rentang 5,6 persen hingga 5,7 persen lantaran tekanan ekonomi sudah berbalik menuju pemulihan.ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (tengah) didampingi Wakil Menteri Keuangan Thomas A. M. Djiwandono (kiri) dan Suahasil Nazara (kanan) menyampaikan paparan saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/11/2025). Dalam rapat tersebut Purbaya meyakini pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2025 mampu mencapai rentang 5,6 persen hingga 5,7 persen lantaran tekanan ekonomi sudah berbalik menuju pemulihan.

“Jadi, kelihatannya kalau kebijakan yang sekarang dijalankan terus dengan baik, kita berada di arah yang benar,” katanya.

Meski demikian, Purbaya mengakui ada beberapa tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 2026.

Ia memetakan tiga tantangan utama yang perlu dihadapi Indonesia pada 2026, yakni iklim investasi, sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter, serta dinamika ekonomi global.

Dari ketiganya, Purbaya menilai faktor global justru berada di urutan terakhir.

"Iklim investasi, sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter, dan ketiga baru global," katanya dalam acara KompasTV Bisnis Economic Outlook 2026 dengan tema "Nyalakan Mesin Pertumbuhan Baru" di Menara Kompas, Selasa (16/12/2025).

Menurut Purbaya, penempatan tantangan global di posisi ketiga bukan tanpa alasan. Ia menekankan, sekitar 90 persen penggerak ekonomi Indonesia bersumber dari kekuatan domestik, sementara faktor global berada di luar kendali pemerintah.

Ia menilai ketidakpastian global merupakan kondisi yang selalu hadir setiap tahun.

Konflik geopolitik, ketegangan antarnegara, hingga guncangan ekonomi dunia tidak bisa dihindari maupun dikendalikan secara langsung oleh Indonesia.

Karena itu, terlalu fokus pada risiko global justru berpotensi menghambat langkah ekonomi domestik.

Purbaya menegaskan, jika pemerintah terus-menerus diliputi kekhawatiran terhadap faktor eksternal, maka ruang untuk mendorong pertumbuhan akan semakin sempit.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa KOMPAS.com/DEBRINATA RIZKY Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa

Sikap defensif yang berlebihan dinilai hanya akan menyeret ekonomi ke arah perlambatan.

Sebaliknya, ia mendorong pemerintah untuk memusatkan perhatian pada kekuatan domestik yang menyumbang porsi terbesar terhadap perekonomian nasional. Fokus utama diarahkan pada bagaimana memastikan sektor dalam negeri tetap tumbuh sehat dan berkelanjutan.

Dalam konteks ini, Purbaya menekankan pentingnya menjaga kebijakan fiskal dan moneter agar berjalan selaras dan solid.

Stabilitas kebijakan dinilai menjadi fondasi penting untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mendorong aktivitas ekonomi.

Selain itu, ia juga menyoroti perlunya melindungi pasar domestik agar tidak dikuasai oleh produk asing ilegal.

Menurutnya, memastikan pasar dalam negeri didominasi oleh pelaku usaha nasional merupakan bagian penting dari strategi menjaga ketahanan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global.

"Dan yang kedua, pasar yang 90 persen tadi, jangan sampai dikuasai oleh barang asing yang ilegal masuk ke sini. Jadi kita pastikan nanti pasar kita, sebagian besar dikuasai oleh pemain-pemain dalam negeri," kata Purbaya.

Tag:  #mengejar #pertumbuhan #ekonomi #2026 #optimisme #tantangannya

KOMENTAR