Asosiasi: Klaim Asuransi Bencana Sumatera Capai Ratusan Miliar Rupiah
Rumah hancur akibat banjir di Desa Bungkah, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara, Rabu (17/12/2025)(KOMPAS.COM/MASRIADI SAMBO)
18:28
18 Desember 2025

Asosiasi: Klaim Asuransi Bencana Sumatera Capai Ratusan Miliar Rupiah

Industri asuransi Tanah Air baik asuransi jiwa maupun umum menghitung estimasi klaim dari bencana ekologis yang menimpa wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat mencapai miliaran rupiah.

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) melaporkan, nilai total estimasi sementara nilai klaim asuransi properti dan kendaraan dari bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat mencapai Rp 567,02 miliar.

Ketua Umum AAUI Budi Herawan mengungkapkan, angka tersebut didapatkan berdasarkan laporan sementara dari 39 perusahaan asuransi anggota AAUI dengan estimasi klaim asuransi properti senilai Rp 492,52 miliar.

Ilustrasi asuransi.SHUTTERSTOCK/PASUWAN Ilustrasi asuransi.

Sementara itu, estimasi klaim asuransi kendaraan bermotor mencapai Rp 74,49 miliar.

"Angka ini bersifat dinamis dan masih berpotensi berkembang seiring berjalannya proses pelaporan dan survei lapangan," kata dia.

Ia menambahkan, sampai saat ini juga terdapat beberapa wilayah yang masih sulit dijangkau, seperti di Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat.

"Sehingga menyulitkan pihak loss adjuster atau penilai kerugian untuk mencapai titik-titik spot di mana objek asuransi tersebut berada," imbuh dia.

Tingginya kesenjangan proteksi di Indonesia

Pemerintah telah menyiapkan anggaran senilai Rp 51 triliun untuk rehabilitasi untuk pemulihan bencana bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Sementara itu, estimasi klaim asuransi saat ini berada di kisaran Rp 560 miliar.

"Kondisi ini menunjukkan bahwa besar risiko bencana masih belum terlindungi oleh asuransi, sehingga menjadi tantangan bersama ke depannya untuk meningkatkan literasi, inklusi, dan penetrasi asuransi bencana di masa yang akan datang," ungkap Budi.

Ilustrasi asuransi.SHUTTERSTOCK/JIRSAK Ilustrasi asuransi.Perlu perluasan jaminan untuk tanggung kerugian akibat penjarahan

Lebih lanjut, Budi yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Asuransi Candi Utama ini bilang adanya kerugian akibat dari aksi penjarahan hanya dapat dijamin apabila terdapat perluasan jaminan.

Aturan tersebut tertuang dalam klausula 4.1 A terkait kerusuhan yang berbunyi kerusuhan adalah tindakan suatu kelompok orang minimal sebanyak dua belas orang yang dalam melaksanakan suatu tujuan bersama menimbulkan suasana gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta pengrusakan harta benda orang lain, yang belum dianggap sebagai suatu huru-hara atau tidak termasuk dalam pengertian terorisme.

"Oleh karena itu, AAUI mengimbau masyarakat dan pelaku usaha untuk selalu memahami cakupan dan perluasan jaminan dalam polis asuransi yang dimiliki," ucap dia.

Perlindungan asuransi atas risiko bencana alam

Budi menjelaskan perlindungan atas risiko banjir, angin topan, dan kerusakan akibat air pada prinsipnya dapat dijamin melalui polis standar asuransi harta benda.

Hal ini dijamin sepanjang terdapat perluasan jaminan klausula 43 A, yang berbunyi pertanggungan ini diperluas untuk menjamin kerusakan pada atau kemusnahan dari harta benda yang dipertanggungkan sebagai akibat satu atau lebih dari risiko-risiko seperti banjir, angin topan, badai, dan kerusakan akibat air.

Terkait dengan angin topan, AAUI juga mencatat bahwa berdasarkan informasi dari BMKG, kecepatan angin pada kejadian ini telah memenuhi kriteria angin topan dengan kecepatan di atas 30 knot, sebagaimana lazim digunakan dalam praktik perasuransian.

Dukungan AAUI untuk korban bencana alam Sumatera

Banjir bandang kembali menerjang Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (14/12/2025). Ini merupakan banjir keempat sejak 25 November. ANTARA FOTO Banjir bandang kembali menerjang Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (14/12/2025). Ini merupakan banjir keempat sejak 25 November.

Budi mengungkapkan, hingga saat ini sumbangan dari anggota AAUI telah terkumpul sekitar Rp 340 juta.

Selain itu, terdapat bantuan berupa barang kebutuhan pokok yang akan disalurkan kepada para korban terdampak bencana.

AAUI juga terus menghimbau seluruh anggota untuk segera melakukan survei kerugian bersama loss adjuster.

Tak hanya itu, AAUI juga mengimbau anggotanya untuk memproses klaim secara cepat, transparan, dan sesuai ketentuan polis yang berlaku.

"Sebagai wujud komitmen industri asuransi kepada masyarakat," ucap dia.

Estimasi klaim asuransi meninggal dunia berkisar Rp 100 miliar

Sementara itu, industri asuransi jiwa juga memiliki penghitungan estimasi klaim nasabah yang meninggal dunia dari bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengestimasikan, jumlah klaim nasabah meninggal dunia mencapai Rp 50 miliar sampai Rp 100 miliar.

Ketua Umum AAJI Budi Tampubolon mengatakan, nilai estimasi klaim tersebut hanya sebatas produk asuransi jiwa. Artinya penghitungan tersebut mengecualikan produk asuransi kesehatan.

Pasalnya, perhitungan klaim biaya kesehatan lebih sulit dilakukan karena mempertimbangkan tindakan rumah sakit, hingga pemberian obat.

Nasabah asuransi terdampak bencana tak perlu panik

Ia menjelaskan, nasabah terdampak bencana Sumatera yang memiliki polis asuransi kesehatan tidak perlu mengkhawatirkan pengajuan klaimnya.

Budi bilang, ketika nasbaah berobat, pihak rumah sakit akan menagih biaya klaim langsung ke perusahaan asuransi.

Ilustrasi asuransi. SHUTTERSTOCK/REDPIXEL.PL Ilustrasi asuransi.

”Kalau ada yang menjadi korban musibah meninggal dunia, kan, keluarganya secara keuangan langsung terdampak. Jadi, harus langsung dibayarkan kepada keluarganya,” ujarnya.

Adapun secara keseluruhan, tingkat keterpaparan (exposure) atas nilai manfaat yang ditanggung oleh industri asuransi jiwa akibat bencana ekologis yang melanda ketiga provinsi tersebut diperkirakan mencapai triliunan rupiah.

Lebih lanjut, asosiasi telah meminta semua anggotanya untuk mendata jumlah nasabah dan nilai pertanggungan di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Di sisi lain, AAJI juga tengah memperhitungkan risiko kerugian (potensial loss) akibat berkurangnya kemampuan membayar nasabah yang terdampak bencana.

Perusahaan asuransi harus aktif jemput klaim polis

Budi bilang, pihaknya akan proaktif untuk menjemput klaim polis yang terkait dengan bencana banjir di Pulau Sumatera.

AAJI sendiri telah mengeluarkan surat edaran kepada perusahaan asuransi untuk secara aktif turut mencari informasi terkait dengan pemegang polis yang terdampak banjir Sumatera.

"Jadi jangan tunggu klaimnya datang saja, tapi kalau boleh kantor pemasarannya, kantor layanan yang ada di daerah setempat, coba dong pada kesempatan pertama dimungkinakan untuk coba kontak nasabahnya lagi," kata dia.

Ia menceritakan, sebagian perusahaan telah mencoba menghubungi nasabah dan pegawai yang berada di lokasi bencana.

Namun demikian, upaya tersebut masih terhalang oleh minimnya akses komunikasi di wilayah tersebut.

"Semoga di minggu-minggu ke depan jadi lebih mudah," imbuh dia.

Ilustrasi asuransi.SHUTTERSTOCK/DEEMERWHA STUDIO Ilustrasi asuransi.

Perusahaan asuransi diminta permudah syarat klaim

Lebih lanjut, Budi juga mengimbau perusahaan asuransi untuk dapat mencari solusi ketika terjadi kendala klaim nasabah di daerah bencana.

Sedikit catatan, untuk melakukan klaim biasanya dibutuhkan beberapa dokumen penunjang.

Adapun, untuk kasus sebesar bencana di Sumatera ini, perusahaan asuransi diimbau untuk mencari solusi ketika nantinya nasabah tidak mampu melengkapi dokumen tersebut karena terendam banjir.

"Tetap harus ada solusinya untuk nasabah kami," ungkap dia.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang Kanal Distribusi AAJI Albertus Wiryono mengatakan, imbauan kepada perusahaan asuransi untuk mempermudah klaim korban bencana juga dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Untuk mempercepat proses, bahkan proaktif, proaktif lah karena ini bencana," ungkap dia.

Perusahaan asuransi diminta untuk melihat, mencari sendiri, dan membuka kanal untuk mempermudah pemegang polis yang menjadi korban.

"Prosesnya harus cepat. Kalau biasanya seminggu, kalau bisa sehari kenapa tidak, kan ini sifatnya khusus ya," timpal dia.

Albertus mengungkapkan, saat ini memang belum banyak klaim yang datang dari kawasan bencana tersebut.

Hal itu ditengarai karena sulitnya komunikasi dan korban masih berupaya menata kehidupan setelah tertimpa bencana.

"Kami harapkan ke depan mulai muncul klaimnya dari Sumatera," ucap dia.

Kerugian banjir Sumatera diprediksi Rp 68,67 triliun

Center of Economic and Law Studies (Celios) memproyeksikan dampak ekonomi nasional mencapai Rp 68,67 triliun.

Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira Adhinegara menyebut bencana itu menekan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 0,29 persen.

“Secara nasional, terjadi dampak penurunan Produk Domestik Bruto mencapai Rp 68,67 triliun atau setara dengan 0,29 persen,” kata Bhima, Jumat (5/12/2025).

Bhima menilai lumpuhnya akses transportasi di satu wilayah langsung memukul pergerakan barang konsumsi dan pasokan industri. Kondisi tersebut membuat tekanan ekonomi menyebar ke banyak daerah.

“Terlebih Sumatera Utara merupakan salah satu simpul industri nasional di Sumatera,” ujar Bhima.

Celios memperkirakan kerugian daerah mencapai Rp 2,04 triliun di Aceh, Rp 2,07 triliun di Sumut, dan Rp 2,01 triliun di Sumbar. Jambi, Riau, dan Sumatera Selatan ikut terdampak dengan kerugian sekitar Rp 2 triliun per provinsi.

Tag:  #asosiasi #klaim #asuransi #bencana #sumatera #capai #ratusan #miliar #rupiah

KOMENTAR