Saham Superbank (SUPA) ''Terbang'' Usai IPO, Analis Soroti Valuasi dan Prospeknya
Superbank Resmi Melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten SUPA.(dok. Superbank)
12:08
18 Desember 2025

Saham Superbank (SUPA) ''Terbang'' Usai IPO, Analis Soroti Valuasi dan Prospeknya

- Saham PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) dinilai masih memiliki prospek menarik usai resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (15/12/2025). Selain diperdagangkan pada valuasi yang relatif lebih rendah dibandingkan bank digital sejenis, pergerakan saham SUPA juga ditopang oleh antusiasme pasar yang tinggi pada fase awal pasca penawaran umum perdana saham (IPO).

Investment Specialist Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Azharys Hardian, menilai saham SUPA memiliki prospek yang cukup menarik. Dari sisi fundamental, SUPA saat ini diperdagangkan pada valuasi price to book value (PBV) sekitar 2,5 kali.

Level valuasi ini dinilai relatif murah jika dibandingkan dengan bank digital sejenis, seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang berada di kisaran 3,3 kali dan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang diperdagangkan di sekitar 4,3 kali.

Valuasi yang lebih rendah ini memberikan ruang apresiasi bagi saham SUPA, terutama jika kinerja keuangan mampu tumbuh sejalan dengan ekspektasi pasar.

“Secara fundamental saham SUPA diperdagangkan pada valuasi PBV sebesar 2,5 kali yang tergolong murah dibandingkan dengan bank digital sejenis seperti ARTO (3,3 kali) dan BBHI (4,3 kali),” ujar Azharys kepada Kompas.com, Kamis (18/12/2025).

Dari sisi likuiditas, SUPA masih menghadapi tantangan dengan rasio loan to deposit ratio (LDR) yang sudah mencapai 99 persen. Kondisi ini menunjukkan penyaluran kredit yang relatif agresif dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun.

Momentum IPO diharapkan dapat menjadi katalis positif untuk mendorong ekspansi penyaluran kredit ke depan, namun pada saat yang sama perseroan perlu menjaga pertumbuhan dana pihak ketiga agar tekanan terhadap LDR dapat lebih longgar dan struktur pendanaan tetap sehat.

“Likuiditas SUPA saat ini relatif ketat dengan rasio LDR mencapai 99 persen, meskipun momentum IPO diharapkan mendorong pertumbuhan penyaluran kredit. Untuk melonggarkan tekanan LDR, SUPA perlu mempertahankan pertumbuhan simpanan (DPK),” paparnya.

Ke depan, potensi pertumbuhan SUPA dinilai cukup menjanjikan, terutama ditopang oleh Net Interest Margin (NIM) yang tinggi di kisaran 10 persen. Tingginya NIM ini memberikan ruang yang besar bagi peningkatan laba bersih, sehingga dapat menjadi motor utama pertumbuhan bottom line perseroan.

Selain itu, SUPA memiliki keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki banyak bank digital lain, yakni ekosistem yang kuat melalui kemitraan strategis dengan Grab. Kolaborasi ini dinilai mampu mempercepat akuisisi nasabah, meningkatkan volume transaksi, serta memperkuat posisi SUPA dalam persaingan industri perbankan digital.

Lebih jauh pengamat pasar modal, Reydi Octa, menilai munculnya auto reject atas (ARA) pada saham SUPA pada perdagangan Rabu kemarin mencerminkan ekspektasi pasar yang cukup positif dalam jangka pendek. Lonjakan harga tersebut menunjukkan permintaan yang sangat tinggi terhadap saham SUPA, meski pergerakan ini belum sepenuhnya merefleksikan kualitas fundamental perusahaan secara menyeluruh.

Untuk diketahui, SUPA mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu kemarin. Pada hari pertama perdagangan, saham SUPA langsung mencetak auto reject atas. Saham SUPA ditutup menguat 24,41 persen atau naik 155 poin ke level Rp 790 per saham.

Adapun, pada perdagangan Kamis, pukul 11.24 WIB, saham SUPA melonjak ke level Rp 985 per saham, menguat 195 poin atau setara 24,68 persen dibandingkan harga penutupan sebelumnya.

Reydi menyebut antusiasme pasar lebih banyak didorong oleh sentimen awal pasca pencatatan perdana, sehingga pergerakan harga masih sangat dipengaruhi faktor psikologis dan dinamika permintaan jangka pendek.

“ARA SUPA hari ini menunjukkan ekspektasi pasar cukup positif untuk jangka pendek. Lonjakan ini mencerminkan permintaan pasar sangat tinggi, tetapi belum tentu menggambarkan kualitas dari fundamental saham tersebut,” ucap Reydi kepada Kompas.com.

Dari sisi valuasi, SUPA dinilai memiliki daya tarik karena diperdagangkan pada rasio price to book value (PBV) yang relatif lebih rendah dibandingkan bank digital lainnya.

Kondisi tersebut memberikan ruang penguatan yang lebih besar dan menjadi salah satu faktor yang menarik minat investor, terutama mereka yang mencari peluang pada saham bank digital dengan valuasi yang masih kompetitif. Kehadiran SUPA juga dinilai cukup kompetitif di sektor perbankan digital, mengingat potensi pasar yang masih terbuka lebar.

“SUPA secara valuasi PBV relatif lebih rendah dibanding bank digital lainnya, artinya dapat menarik minat investor dengan ruang penguatan yang lebih besar,” katanya.

Meski demikian, Reydi menekankan dalam jangka menengah hingga panjang, perhatian investor akan beralih pada kinerja fundamental yang sesungguhnya. Investor akan mencermati kemampuan SUPA dalam mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan, menjaga efisiensi biaya operasional, serta mengendalikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).

Faktor-faktor tersebut dinilai jauh lebih penting dibandingkan sekadar narasi atau ekspektasi tanpa realisasi kinerja.

Untuk jangka pendek, Reydi melihat peluang ARA pada saham SUPA masih dapat berlanjut dalam beberapa hari ke depan. Namun, keberlanjutan penguatan tersebut sangat bergantung pada konsistensi permintaan pasar terhadap saham SUPA.

Selama minat beli tetap tinggi dan sentimen positif terjaga, pergerakan harga berpeluang melanjutkan tren penguatan, meski volatilitas tetap perlu diwaspadai oleh investor.

“Namun dalam jangka pendek ARA dari SUPA berpotensi terus berlanjut hingga beberapa hari kedepan, tentunya harus didukung permintaan akan saham SUPA yang terus meningkat,” lanjut Rey.

Dari sisi teknikal, analis teknikal MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, mencatat pergerakan saham SUPA saat ini belum dapat dianalisis secara memadai. Hal ini disebabkan saham tersebut baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia sehingga data historis pergerakan harga masih sangat terbatas.

Oleh karena itu dibutuhkan waktu ke depan agar saham SUPA memiliki histori perdagangan yang lebih panjang dan pergerakan harga yang lebih stabil, sehingga analisis menggunakan indikator teknikal dapat dilakukan secara lebih akurat dan objektif.

“Dari sisi teknikal pergerakan SUPA belum dapat dianalisa, selain baru saja IPO pergerakannya pun langsung ARA. Diperkirakan perlu beberapa waktu mendatang agar emiten IPO dapat di analisa menggunakan indikator,” ungkap Herditya kepada Kompas.com

Disclaimer: Artikel ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Seluruh rekomendasi berasal dari analis sekuritas. Keputusan investasi menjadi tanggung jawab investor. Pastikan melakukan riset mandiri sebelum menentukan pilihan.

Tag:  #saham #superbank #supa #terbang #usai #analis #soroti #valuasi #prospeknya

KOMENTAR