Industri Pindar Tumbuh 22,16 Persen, Tapi Hadapi Tantangan Berat
- Pindar tumbuh 22,16% yoy, jadi momentum emas akses keuangan digital aman.
- AdaKami fokus pada teknologi dan tata kelola untuk penyaluran dana bertanggung jawab.
- Keberlanjutan industri wajib kolaborasi data, skoring risiko, dan skema berbagi.
Pertumbuhan pesat industri pinjaman daring (pindar) di Indonesia, yang mencatatkan kenaikan penyaluran sebesar 22,16% secara year-on-year (yoy) pada September 2025 dengan total mencapai Rp90,99 triliun, tidak hanya dilihat sebagai angka, tetapi sebagai "momentum emas" untuk memperkuat akses layanan keuangan digital yang aman, terjangkau, dan bertanggung jawab.
Hal tersebut dikatkan Direktur Utama AdaKami, Bernardino Moningka Vega, dalam sesi paparan pada Bulan Fintech Nasional Festival yang digelar Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) di Jakarta pada 11 Desember 2025.
Bernardino Moningka Vega menegaskan bahwa peningkatan signifikan ini membuktikan bahwa layanan pindar semakin diandalkan sebagai alternatif utama di luar sistem perbankan tradisional dan telah menjangkau populasi yang lebih luas.
Menurut Bernardino, peran fintech lending sangat vital dalam memperluas akses kredit inklusif. Untuk menjaga keberlanjutan dan kualitas pertumbuhan, ia menekankan pentingnya penguatan teknologi dan tata kelola serta kolaborasi multidimensi yang memadukan data, manajemen risiko, dan integrasi teknologi.
“Visi kami di AdaKami adalah menjadi perusahaan fintech lending dengan teknologi terdepan, sehingga kami dapat mendukung pertumbuhan ekonomi melalui pendanaan yang bertanggung jawab,” ujarnya.
Dalam paparannya, Bernardino merincikan empat pilar utama yang wajib diperkuat bersama oleh seluruh pelaku industri dan regulator:
Berbagi Data sebagai Fondasi Utama: Kolaborasi data antara platform pindar, biro kredit, dan data alternatif dapat menciptakan riwayat kredit yang lebih kaya dan akurat, meningkatkan ketepatan underwriting, dan menekan potensi gagal bayar.
Skoring Interoperable dan Standardisasi Penilaian Risiko: Adopsi kerangka skoring yang konsisten antar lembaga akan mengurangi kesalahan harga pinjaman dan membuka peluang pertumbuhan yang lebih stabil.
Jaminan Kredit dan Skema Berbagi Risiko yang Terarah: Skema risk-sharing membantu pemberi pinjaman memperluas akses kredit secara bijak ke segmen berisiko tinggi atau yang belum terlayani formal, tanpa mengorbankan kualitas portofolio.
Platform Kolaborasi Terintegrasi: Pilar-pilar di atas harus dioptimalkan melalui ekosistem yang aman dan teregulasi, menciptakan simbiosis di mana lender tumbuh, borrower memperoleh akses yang adil, dan risiko dikelola secara kolektif.
Menutup sesinya, Bernardino menyerukan komitmen untuk terus berinovasi dan memperkuat sinergi. “Akselerasi keuangan digital harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan kolaborasi. Dengan teknologi yang tepat dan tata kelola risiko yang kuat, kita bisa memastikan pertumbuhan fintech lending yang inklusif dan berkelanjutan,” tutupnya.
Tag: #industri #pindar #tumbuh #2216 #persen #tapi #hadapi #tantangan #berat