Banjir Sumatera Ancam Pasokan Komoditas, IHSG Waspada Jelang Akhir Tahun
PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menilai bencana banjir yang melanda tiga kawasan di Sumatera berpotensi mengganggu pasokan komoditas dalam negeri dan memicu lonjakan inflasi.
Kondisi itu dinilai dapat mengancam optimisme pasar modal menjelang akhir tahun, yang biasanya mendapat dorongan dari stimulus Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Iman Gunadi, mengatakan banjir yang melanda daerah penghasil komoditas seperti sawit, karet, dan gula dapat menyebabkan gangguan signifikan pada pasokan dan logistik domestik.
Distrupsi ini berpotensi memicu kenaikan inflasi, terutama pada kelompok volatile food. Jika inflasi melonjak akibat gangguan pasokan lokal, ruang gerak Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas harga bisa menjadi semakin terbatas.
Untuk diketahui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan pekan 24-28 November 2025 dengan performa solid di level 8.508,71 atau naik 1,12 persen dari pekan sebelumnya.
Penguatan indeks itu turut ditopang oleh lonjakan volume transaksi harian. Di tengah penguatan itu, pasar justru mencatat tekanan jual signifikan dari investor asing dengan net outflow mencapai Rp 765 miliar sepanjang pekan lalu.
Menurut Iman, derasnya arus keluar dana asing tersebut menunjukkan investor global masih berhati-hati terhadap kondisi domestik.
"Meskipun IHSG menguat, capital outflow asing yang besar ini menjadi sinyal peringatan. Investor global masih wait and see terhadap stabilitas domestik kita," ujar Iman Gunadi lewat keterangan pers, Senin (1/12/2025).
Ia mencatat pergerakan net foreign value didominasi oleh lima saham yang mencatatkan net buy(inflow) tertinggi, yaitu PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Rp 4,426 triliun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Rp 3,209 triliun, PT Petrosea Tbk (PTRO) Rp 969,2 miliar.
Lalu, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) Rp 6,83 triliun, dan PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) Rp 1,189 triliun
Mayoritas inflow ini didorong oleh sentimen positif dari hasil rebalancing indeks MSCI yang berlaku efektif pada 25 November 2025.
Sentimen Global dan Domestik
Dari sisi global, sentimen pasar didominasi oleh harapan terjadinya pivot kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed). Pada awal pekan, pelaku pasar menantikan rilis ISM Manufacturing PMI (Institute for Supply Management – Manufacturing Purchasing Managers’ Index).
Jika indeks ini berada di bawah konsensus 48,6, hal tersebut menjadi sinyal kuat bahwa sektor manufaktur Amerika Serikat mengalami kontraksi, sekaligus menegaskan bahwa kebijakan moneter The Fed yang ketat mulai memberikan dampak yang lebih nyata.
Fokus utama investor global pekan ini adalah rilis data inflasi Amerika Serikat, yakni PCE Price Index (Personal Consumption Expenditures Price Index) dan Core PCE Price Index baik secara bulanan (month-on-month/MoM) maupun tahunan (year-on-year/YoY). Konsensus memperkirakan inflasi inti (Core PCE YoY) akan melambat menuju 2,8 persen.
Di tengah derasnya perhatian terhadap sentimen global, stabilitas domestik menjadi kunci untuk menarik kembali arus dana asing. Dua indikator penting yang harus dicermati adalah Balance of Trade (neraca perdagangan) dan tingkat inflasi nasional.
Pasar saham domestik juga berpeluang mendapat dorongan dari momentum window dressing serta stimulus akhir tahun.
Menjelang Natal dan Tahun Baru, belanja pemerintah melalui pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) maupun penyaluran bantuan sosial (bansos) dapat meningkatkan likuiditas dan konsumsi masyarakat.
Secara historis, kondisi ini memberikan sentimen positif bagi saham sektor konsumsi dan ritel, serta memperkuat pola window dressing menjelang penutupan tahun. Namun demikian, risiko dalam negeri tetap perlu diwaspadai, terutama terkait dampak banjir di sejumlah wilayah sentra perkebunan di Sumatera.
Rekomendasi IPOT Pekan Ini:
1. Buy PT Mayora Indah Tbk MYOR (Entry: 2180, Target: 2300, Stop Loss: 2120). MYOR direkomendasikan sebagai salah satu emiten defensif-konsumsi yang diuntungkan dari agenda Nataru domestik. Kenaikan disposable income masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru, akan secara langsung meningkatkan volume penjualan produk Consumer Goods seperti MYOR.
2. Buy on Pullback PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) (Entry: 1820 – 1865, Target: 2000 dan Stop Loss: 1770. SSIA dengan eksposur di sektor kawasan industri (Subang Smartpolitan) akan menjadi penerima manfaat langsung dari peningkatan Foreign Direct Investment (FDI) yang cenderung meningkat di tengah dorongan sentimen risk-on global.
3. Buy on Pullback PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) (Entry: 670, Target: 745 dan Stop Loss: 640). Rekomendasi INET didasarkan pada potensi re-rating sektor teknologi dan telekomunikasi pasca-reaksi dovish The Fed dan dorongan sentimen risk-on global. Secara spesifik, INET, sebagai emiten di sektor infrastruktur digital, diuntungkan oleh penurunan risk-free rate global yang membuat valuasi forward-looking aset teknologi menjadi lebih menarik.
4. Buy Obligasi FR0100. Rekomendasi FR0100 didasarkan pada strategi investasi yang memanfaatkan ekspektasi penurunan yield domestik seiring dengan meredanya tekanan suku bunga global.
Disclaimer: Artikel ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Semua rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul.Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan investor. Pastikan untuk melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi.
Tag: #banjir #sumatera #ancam #pasokan #komoditas #ihsg #waspada #jelang #akhir #tahun